Share

3

Author: Anik Safitri
last update Huling Na-update: 2022-10-24 11:56:13

"Coba ibu tanya KTP suami Mbak Mala kalau kesini. Pasti tidak ada. Itu kan syarat untuk rental mobil,"

"Kamu kenapa seperti itu Gung? Sakit hati karena pernah ditolak Mala?" godaku.

Agung salah tingkah. Di usianya yang sudah dua puluh lima tahun, ia memang belum menikah.

"Ah enggak. Dunia juga tidak akan runtuh hanya gara-gara si Mala," kilahnya.

Aku hanya tertawa kecil.

"Sudah Gung. Kamu temani bapak di depan. Kamu itu laki-laki kok suka nya ke dapur,"

"Biarin lah bu. Tidak ada ya bantu Mbak Airin. Biar Agung saja,"

Aku tersenyum kecil kepada adik kesayanganku ini. Memang aku yang paling dekat denganya, juga karena usia kami juga tidak terpaut jauh. 

"Rin, benar apa kata Mbak Yanti tadi. Lebih baik si Agha itu suruh cari kerja lain saja. Walaupun ijazah SMP, setidaknya penghasilanya pasti begitu." lanjut ibu lagi.

Sebenarnya ada rasa tidak enak dalam hati, selalu ibu mengulik tentang profesi suamiku.

"Tetapi sejauh ini alhamdulillah hidup kami masih cukup bu,"

"Kamu itu susah dibilangin dari dulu Rin. Hidup hanya cukup saja dipertahankan. Dulu disuruh nikah sama Juragan Malik saja tidak mau. Umur empat puluh lima itu belum terlalu tua Rin. Jadi istri kedua juga tidak apa-apa asal berlimpah materi," ucap ibu bersungut.

Harta dan lagi - lagi karena itu. 

"Andai Agung jadi perempuan pun, mending jadi perawan tua bu daripada nikah dengan Juragan Malik. Sudah angkuh, hobi bermain wanita. Berlimpah materi tapi bikin sakit hati. Idih," kata Agung yang mengundang tawa kecil dariku.

Ibu hanya melirik dengan sebal. Tetapi justru aku merasa terbela.

*

"Laris jualan cilokmu Gha?" tanya bapak, saat Mas Agha momong Arsy.

"Alhamdulillah pak. Sejauh ini selalu habis,"

Bapak menyedot dalam dalam rokok kreteknya. Dan menghembuskan sembarangan layaknya juragan. Hal itu yang tidak aku suka saat Arsy ada didekatnya.

"Cario sampingan begitu. Jadi laki-laki itu harus punya harga diri. Apa anak istrimu akan terus menerus kamu ajak tinggal di rumah kontrakan ?" tanya Bapak.

Bang Agha menunduk. Ia sadar betul akan kewajibanya.

"Saya mengerti pak. Saya juga menabung pelan-pelan "

Jawaban Mas Agha justru mendapat respon tawa dari bapak.

"Semua laki-laki memang kebanyakan bersembunyi dibalik kata 'nanti'. Mau berapa puluh tahun kamu menabung dari hasil jualanmu cilok untuk membeli sebuah rumah?"

Bapak memang begitu. Sifat dan perkataanya sedikit arogan. 

"Apa lebih baik Airin menikah dengan orang lain saja. Agar lebih terjamin hidupnya?"

Aku yang kebetulan akan mengantarkan minuman mendengar semua itu. Dadaku rasanya sesak. Selama ini aku terima dihina dalam kekurangan. Tetapi perkataan bapak barusan mampu meluluh lantahkan pertahananku.

Aku meletakan minuman dengan sedikit kasar. Membuat semua yang ada disitu tersentak.

"Cukup pak. Selama ini Airin sudah bahagia hidup bersama Mas Agha. Walau di rumah kontrakan, walau bersuamikan tukang cilok. Tapi itu semua halal. Dan Alhamdulillah selama ini kami tidak kekurangan," ucapku sambil menyeka air mataku. 

Ibu yang melihat itu juga tersentak menghampiriku lalu menenangkanku. Tidak biasanya beliau seperti ini. Biasanya beliau selalu membela kedua kakak ku.

"Airin, bapak sebagai orang tua mu ingin kamu bahagia, hidup berkecukupan,"

"Lantas apa salahnya dengan Tukang Cilok, pak. Pekerjaan itu kan halal."

"Iya. Airin kan selalu beranggapan tukang cilok itu bos," kata suara yang aku kenal tiba-tiba datang. Mala.

"Pakdhe, Budhe maaf ya mengganggu. Aku kesini mau silaturahmi. Sekalian minta do'a mau liburan ke Menara Condong Pisa di Paris," kata Mala sambil sesekali merapikan gelangnya yang tampak berkilau membuat mata sakit.

Bukanya Menara Condong ada di Italia? Apa sudah pindah?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • ISTRI TUKANG CILOK   44

    Tono hanya melongo saat mendengar panggilan untuknya. Mau menjawab apa, memang namanya bukan Agha. Dan dia juga belum punya anak.Begitu pula dengan Arsy, ia juga terdiam saat berhadapan pria bernama Tono tersebut.Ia hanya reflek. Karena memang Tono semirip itu dengan Almarhum Ayahnya."Eh maaf," ujar Arsy salah tingkah sekaligus tidak enak hati.Tono hanya tersenyum."Iya tidak apa apa. Kamu pasti ingat Ayah ya?"Arsy tersenyum kecil."Hati siapa yang tidak rindu Om setelah kehilangan Ayah. Aku kira ayah hidup lagi." jawab Arsy dengan candanya.Hal tersebut rupanya dilihat oleh Airin dan ibunya."Rin, sepertinya memang Arsy butuh sosok Ayah." Airin hanya tersenyum kecil menanggapi."Tapi yang dibutuhkan Arsy adalah sosok Bang Agha Bu. Bukan yang lainnya. Airin yakin seiring berjalannya waktu, Arsy pasti akan mengerti. Terkadang berdamai dengan keadaan memang tidak semudah itu," jawab Airin dengan bijak.Tahun demi tahun berlalu.Tak terasa putri kecil yang telah ditinggal mati ayah

  • ISTRI TUKANG CILOK   43

    Namun lambat laun aku mengambil keputusan. Yang menurutku terbaik. Aku mengikhlaskan sawah yang dibeli bapak dan ibu dari hasil kerjaku dulu untuk ku beri pada Mbak Devi. Memang dirasa sayang, tapi nuraniku memberontak melihat kondisi ibu."Ibu, jangan difikir lagi. Nanti aku akan memberikan sertifikat sawah pada Mbak Devi. Kebutuhan bapak dan ibu biar aku yang memenuhi,"Mata ibu mukai berkaca-kaca. Tanganya melambai mencari tanganku."Terimaksih nak. Untuk semua kebaikanmu. Hatimu bersih seperti malaikat,""Ibu do'akan saja usahaku lancar ya,"Namun ibu justru menangis tergugu."Ibu kenapa? Airin ada salah?""Ya Allah pak. Pekerjaan yang dulu kita remehkan, nyatanya sekarang yang menghidupi kita. Ibu malu Rin. Malu padamu. Terlebih pada almarhum suamimu,"Perih memang yang aku rasakan ini. Hatiku selalu trenyuh kala mengingat Mas Agha. Dia hanya menelan pahitnya tanpa diberi kesempatan sedikitpun mencicipi manisnya."Bang Agha sudah tenang bu. Surga menantinya,""Rin,"panggil bapa

  • ISTRI TUKANG CILOK   42

    Dan tidak ku sangka yang berdiri di depan pintu adalah Bu Sri. Beliau hanya menundukan kepalanya seraya meremas-remas ujung bajunya."Saya, ma-mau melamar menjadi ART, Rin. Eh nyonya."Aku selidik penuh selidik. Bagaimana bisa Bu Sri yang terkenal sombongnya mau menjadi ART. Di rumahku pula. Yang selalu sirik dengan kehidupan keluarga kami. Bukan hanya dia, tetapi juga Mala anaknya."Ma'af apakah Bu Sri tidak salah?"Dia tertunduk dan dengan pelan menggelengkan kepala. Bahkan beberapa saat, dia juga tidak mau menatapku."Ta tapi Mala,"Bu Sri langsung menyeka sudut matanya. Aku baru tau kalau sedari tadi ia tengah menangis."Kenapa menangis bu? Saya ada salahkah?". Aku panik. Bagaimana tidak, aku tidak tau duduk masalahnya tiba-tiba beliau menangis. Atau jangan-jangan ada kata-kataku yang menyakitinya."Mala tertangkap polisi." ucapnya sesenggukan.Mataku membulat sempurna. Semenjak pindah rumah, aku maupun keluarga memang tidak tahu menahu tentang keadaan keluarga itu."Bagaimana bis

  • ISTRI TUKANG CILOK   41

    Bapak tertegun melihat kedatangan Devi. Beliau hanya memandang putrinya itu. Masih sama tidak berubah. Mimik muka dan penampilanya. Bagaimana rona wajahnya jika tidak suka dengan sesuatu."Bapak hanya ingin membantu Airin. Ia punya rumah bahkan sepeserpun bapak sebagai orang tua tidak bisa memberinya,"ujar lirih bapak.Justru Devi berkacak pinggang. Matanya melotot."Memangnya dulu saat Devi membuat rumah, bapak juga membantu begitu?"teriaknya lantang."Ketara sekali sekarang membela Airin. Mentang-mentang sekarang kaya. Bapak juga dari dulu tidak berubah. Selalu melulu tentang uang," lanjutnya tak perduli dengan perasaan bapaknya yang mematung berdiri di depanya.Bapak menghela nafas pelan. "Keadaanya berbeda Devi. Kamu punya suami. Pekerjaanya mapan. Beda dengan Airin yang sudah menjadi janda,""Karena bapak sendiri yang membuat Airin menjadi janda. Sudahlah pak Devi kesini mau pinjam sertifikat rumah,"Bapak yang semula tertunduk lalu mendongakan kepala."Untuk apa Dev?""Untuk t

  • ISTRI TUKANG CILOK   40

    "Tapi kedatangan kami bukan untuk itu mbak," ujar Devi lirih.Yanti menautkan alis. Dia heran, lalu apa maksud kedatangan adiknya ini."Aku ingin meminjam sertifikat bapak. Kalau tidak boleh, aku ingin meminta warisanku. Untuk tambah biaya kampanye suamiku."Yanti mulai berkacak pinggang. Dia melotot."Bapak dan ibu masih hidup Dev. Kenapa kamu sudah berbicara warisan?"Nada suara Yanti mulai meninggi."Memangnya salah? Toh aku juga anak bapak. Jadi aku juga berhak atas harta bapak.""Lagipula apa sampai segitunya Dev. Iya kalau suamimu jadi. Kalau enggak ? Uang sudah hilang. Belum lagi kalau kamu pinjam sertifikat. Yang ada suamimu tidak jadi sementara utang menumpuk. Mikir dong."Devi tertawa kecil meremehkan. "Tau apa sih mbak kamu tentang strategi politik? Urus hidupmu sendiri. Bodoh sekali bisa ditipu lelaki."Plakk...Yanti menampar dengan geram pipi mulus Devi hasil perawatan dengan skincare mahal yang dulu selalu ia pamerkan."Apa-apa an kamu? Manusia kere beraninya menampar

  • ISTRI TUKANG CILOK   39

    "Bagaimana ya mbak. Kalau mbak ikut kan jadi serumah ada tiga keluarga. Pamali mbak," jawabku."Iya Nduk. Benar kata Airin," lanjut ibuMbak Yanti melengos dengan muka kesal dan menatap kami dengan tajam."Jadi bapak dan ibu sekarang membela Airin? Mentang-mentang kaya?" tanyanya sembari berkacak pinggang."Yanti, ini bukan maslah membela siapa. Tetapi apa yang dikatakan Airin saat ini itu benar. Kita orang jawa yang masih menjujung tinggi adat istiadat," kata bapak mencoba menengahi."Kalau gitu bangunkan aku rumah dong Rin," kata Mbak Yanti dengan entengnya."Mbak kira bangun rumah itu kayak beli tempe? Mbak sedari dulu terlalu membanggakan suami, mengandalkan suami. Jadi nya gini kan. Tidak bisa mandiri."Aku mulai kesal. Perangai Mbak Yanti sedikitpin tidak berubah walau sudah mendapat teguran.Bapak hanya menggelengkan kepala."Dasar pelit. Aku minta Devi aja lah. Sebentar lagi kan suaminya jadi bupati. Gampanglah kalau sekedar membangunkan rumah.""Sudah sudah. Kalau mau, tingga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status