Share

Bab 4. Kesal

Teman cowok Fara menghentikan langkahnya ketika telah sampai di samping mobil Fara.

“Aku akan menyusul pakai motor saja,” Ia tidak merasa nyaman karena harus diatar Mikel.

“Malah nanti aku gak diantar ke sana kalau kamu gak ikut,” bisik Fara sambil mencabikkan bibirnya.

“Ok, ayo. Motorku biar ditinggal di sini saja.”

Mereka memasuki mobil yang di dalamnya sudah ada Mikel yang menunggu.

Mikel melihat Fara dan temannya sudah masuk, dia pun melajukan mobilnya dengan diam.

“Dad, perkenalkan ini teman baruku,” cicitnya.

“Hai, Om!” sapanya ramah.

Ciiiittttt!

Tiba-tiba Mike kaget dan gak sadar menginjak rem dengan mendadak.

“Bukannya temanmu cewek?” Mikel menatap anak di samping Fara dari kaca spion.

“Dad, dia laki-laki. Tapi daddy tenang, dia tidak tertarik pada perempuan!” Fara mengetahui betapa posesifnya Mikel jika berhubungan dengan teman lelakinya.

Teman Fara itu tersenyum indah kepada Mike dan menyibakkan rambutnya ke belakang telinga.

Mikel menggeleng pelan. Ia bergidik ngeri melihat tatapan anak lelaki itu yang melihatnya dengan lekat dari kaca spion. Walaupun begitu Mikel tidak percaya begitu saja. Dia sering menatap anak cowok itu dari kaca spion. Takut anak lelaki itu melakukan kontak pisik dengan Fara.

Teman cowok Fara diam-diam memperhatikan Mikel tahu sedang diperhatikan. Dia tersenyum mengembang dan menatap Mike juga dengan memberikan senyuman. Setelah itu Mikel menggelengkan kepalanya dan kembali fokus ke jalan.

Setengah hari waktu Mikel menemani Fara mengelilingi Mall dengan temannya itu. Ia berjalan di belakang mereka sambil melihat tawa Fara yang pertama kali ia lihat selepas ini.

“Hmm, kamu memang harus bahagia,” gumamnya sambil melihat senyum Fara.

Entah apa yang ada di pikiran Mikel. Dia telah keluar dari kebiasaannya, membuang waktu kali ini. Dia melirik jam tangannya tak sadar mereka sudah berkeliling dua jam lebih. ‘Shit, apa aku sudah mulai gila?’ gumamnya dalam hati.

Setelah kedua anak muda itu lelah, akhirnya mereka pulang dan menyadri waktu sudah sore.

“Rumahmu di mana?” Mike melihat ke kaca spion.

“Saya di turunkan di halte bus kota saja, om.” jawabnya.

“Tidak! Enak saja. Nanti kamu di culik bagaimana?” Fara tidak setuju, ia kemudian menatap Mike dengan tatapan memohon.

Kemudian ia pun memberi tahu alamatnya yang masih mereka lewati saat pulang, jadi masih di jalan yang sama.

Mikel hanya pasrah dan menuruti permintaan putrinya itu.

***

Seorang wanita tua dengan wajah yang masih terlihat cantik dan terawat sedang menikmati teh di ruang tamu. Senyumnya terukir lembut, wajahnya tegas dan pakaiannya terlihat elegan.

“Ma, kenapa datang tidak bilang-bilang.” Mikel kaget dengan kedatangan ibunya. Dia berjalan ragu-ragu sambil berjalan ke arah sang ibu yang merentangkan tangan siap memeluknya.

“Kamu libur kan sayang?”

“Hmm, daddy kok gak ikut mam? Jangan katakan dia lebih sibuk dari pada aku.” Maikel melepaskan pelukannya lalu duduk di samping sang ibu.

“Daddyyyy. belanjaan kemaren di mana!” Teriakan Fara terdengar menggema mengisi rumah.

Wajah ibu Mikel berubah datar. Ia melihat ke arah asal suara dengan tatapan bengis. “Kapan dia tinggal di sini?” Maria, tidak pernah setuju jika Mikel membesarkan Fara, itulah alasannya dulu Mikel mengirimnya ke luar negeri.

“Ma,” jawab Mikel dengan nada lembut. Mikel menggenggam tangan ibunya.

Maria, wanita tua itu membuang pandangan ketika melihat gadis yang ia benci itu mendekati mereka.

“Dad..” ucapan Fara terhenti ketika melihat Maria yang sedang duduk bersama Mikel.

“Sini, salam oma mu,” Mikel berdiri dan menarik lengan Fara untuk mendekati ibunya.

Fara kikuk. Ia melihat tatapan wanita tua itu tidak pernah suka padanya. Dengan takut-takut ia mengulurkan tangan dengan sopan.

Maria menerimanya dengan cemberut. Saat Fara ingin mencium tangannya,  Maria menarik tangan dengan cepat.

Mikel menarik nafas panjang melihat situasi di depannya. “Fara, ambil belanjaan di mobil, jangan lupa menatanya!” perintahnya dengan lembut. Begitu satu-satunya cara Mikel membantu Fara keluar dari situasi kaku itu.

Maria menatap kepergian Fara dengan tajam lalu menatap Mikel dengan seksama. “Apa kamu sadar nak, usiamu sudah sangat tua. Apa kamu tidak ada keinginan untuk melanjutkan keturunan dari kelaurga kita? Bukan sibuk mengurusi anak orang lain yang tidak tahu asal-usulnya,” ucap Maria dengan nada mengintimidasi.

Mikel yang melihat tatapan mata si ibu langsung menunduk. Ia mencoba memahami wanita yang telah membesarkannya itu, ia tidak ingin membantah dan menyakitinya.

Fara yang sedang sibuk menata barang belanjaan pada tempatnya terlihat berpikir keras. Ia tidak menyangka bahwa kehadirannya ternyata tidak semudah yang ia tahu. Ia telah menjadi permasalahan bagi dadynya.

Tanpa ia sadari air matanya bercucuran, ternyata ia kembali pada penolakan yang susah lama tidak ingin ia hadapi.

***

Maria sedang menyiapkan makan malam. Fara tetap membantunya mesti ia tahu Maria tidak menyukainya.

“Fara!” Maria menatap Fara dengan sengit.

“Ia, o.omaa,” jawabnya dengan ada ketakutan. Ia tersenyum pahit yang ia paksakan. Di usianya sekarang dia sudah bisa menimbang bahwa apa yang akan dikatakan orang tua itu.

“Sampai kapan kamu terus mengandalkan daddymu?” ucap Maria tanpa menghentikan pekerjaannya. Ia juga tidak menatap Fara yang melihatnya sendu.

Fara diam. Dia tidak bisa menjawab karena dia tidak pernah mengira akan berada di situasi ini. Situasi di mana ia harus mengandalkan diri sendiri.

Maria, menghela nafas kasar. “Gimana ada wanita yang mau sama anakku, jika selalu menenteng anak kemana-mana!” gerutunya pelan yang masih bisa didengar Fara dengan jelas.

“Oma,” cicit Fara sambil menatap Maria nanar.

“Oma?” Maria menatap Fara dengan heran, “Jangan pikir kamu bisa memanggilku dengan sebutan itu, jika tidak ada Mike.” ucapnya dengan tegas.

“Panggil saya, Nyonya,” jawabnya dengan sinis. Ia menabrak bahu Fara yang menghalangi jalannya.

Fara terdiam, kali ini ia kembali diterpa badai. Kenangan masa lalunya kembali berputar di ingatan, penolakan, dan dibuang.

“Siapa yang harus di panggil nyonya?” ucapnya tanpa menoleh ke arah sang ibu dan menarik kursi makan.

“Ah, itu… Bukan seperti yang kamu khawatirkan!” Maria mendelik ke arah Fara.

“Ma, Fara ayo makan. Setelah ini aku akan mengantar mama pulang!” Mikel dengan santainya mengambil sarapan yang sudah tersedi adi meja. Lelaki itu terlihat semakin tapan jika ia memakai pakaian casual. Atasan berwarna putih dengan celana jins yang membuatnya jauh terlihat muda.

“Mikel, apa kamu mengusir mama?” Maria mendelik kesal sambil menarik kursi di depan putranya itu.

“Ma,” jawabnya dengan tatapan lembut.

Maria heran melihat tatapan kekecewaan putranya itu kembali ia dapatkan. Ia melihat tatapan itu dulu ketika melarang Mikel menikahi istrinya.

“Kenapa? kamu sekarang ingin membenci mama lagi karena anak yang tidak tahu asal usulnya ini?” Maria meninggikan sedikit suaranya. Dia berdiri dan menunjuk ke arah  Fara. Marahnya sudah tidak terbendung lagi.

Cring!

Mikel membanting garpunya dengan keras. Kemudian melihat sang ibu dengan tajam. “Sekarang apa lagi, Ma? apa yang harus Mikel lakukan agar mama puas dengan pilihanku?” Mikel bersuara rendah dan penuh penekanan.

“Menikahlah dengan Sarah, setelah itu mama tidak akan lagi mempermasalahkan pilihanmu!” Maria tidak akan pernah puas sebelum Mikel menikahi wanita pilihannya itu.

“Ma, apa yang wanita itu lakukan sehingga mama masih tertipu oleh wanita iblis itu?” Mikel tidak percaya dengan keputusan Maria yang selalu ingin menikahkannya dengan Sarah sekretarisnya itu.

Setelah itu Mikel meninggalkan meja makan dengan sangat marah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status