Fara kembali menghampiri Mikel yang masih tertidur di sofa. Tangannya menggoyang dengan pelan lengan Mikel untuk membangunkannya.“Hmm, Apa kamu sudah selesai?” gumamnya masih setengah sadar. Dengan pelan Mikel membuka matanya yang masih sangat berat. Ia menatap samar Fara yang berdiri di depannya dengan tatapan mengernyit ke arahnya.“Kita tunggu Sam, dia sudah menuju ke sini!” lanjutnya kemudian beranjak dari sofa lalu berjalan ke dapur.Fara melihat Mikel yang meneguk minuman yang ia ambil dari lemari pendingin. Ia ikut menelan salivanya ketika jakun Mikel bergerak naik turun. Lalu ia menghampiri Mikel yang sepertinya sangat lelah. “Dad, kita besok saja ya ke rumah sakitnya. Daddy istirahat dulu!” tuturnya karena tidak tega.Mikel menatap Fara tajam, “Kamu pikir lukamu itu lelucon Fara, lukanya bisa infeksi kalau terlambat ditangani.” ucapnya sedikit meninggikan nada suaranya.Keduanya menoleh saat mendengar pintu terbuka. Samuel berjalan setengah berlari menghampiri mereka.“Fara!
Samuel yang mendapat tawaran yang mengagetkan dari Fara akhirnya mencoba menormalkan detak jantungnya. Dia menutupi kekagetannya dengan senyum yang ia paksakan.“Sebelum aku melamarmu, sepertinya nyawaku sudah habis di tangan daddymu,” jawab Samuel sambil bergidik ngeri.“Padahal kakak sudah perfek sekali, masih gak berani . Bagaimana kalau tidak ada yang melebihi kasih sayang daddy?” Fara menatap Samuel dengan memicingan matanya.Samuel terdiam mendengar ucapan Fara. “Pasti ada, dan dia akan menempuh cara apapun utuk mendapatkanmu,” dengan yakin Samuel mengelus rambut Fara.Fara hanya tersenyum getir. Ia mengangguk pelan membenarkan perkataan Samuel.“Gadis kecil kami sudah dewasa ternyata,” ucap Samuel tersenyum.‘Ternyata mereka hanya menganggapku anak kecil sampai sekarang’ batin Fara.“Baiklah, aku akan belajar dan mencari laki-laki yang lebih dari daddy,” ucapnya dengan semangat. Walau ia tahu itu tidak akan pernah mungkinSamuel tertawa geli mendengar perkataan Fara. “Aku tahu i
"Sudah daddy katakan jauhi teman anehmu itu!" Mikel menatap Fara dengan tajam."Daddy sudah Fara katakan dia tidak normal," sanggah Fara membela perbuatannya."Pokoknya daddy tidak suka kamu terlalu dekat dengannya. Cari teman cewek saja," jawab Mikel dengan sedikit meninggikan suaranya.Fara terdiam sejenak, lalu ia melihat Mikel dengan tatapan semakin lekat."Kenapa kau menatap daddy seperti itu?" "Daddy, sebentar lagi daddy akan menikah dengan wanita pilihan oma. Sepertinya Fara tidak bisa tinggal di sini lagi," ucapnya dengan suara tegas.Mikel terdiam sejenak, lalu i menatap Fara dengan dahi mengkerut. "Fara kau tidak akan kemana-mana. Tentang pernikahan itu...." Mikel tiba-tiba menghentikan kalimatnya lalu matanya menatap manik Fara dengan lekat."Apa kau setuju daddy menikahi wanita itu?"Fara terdiam sejenak, tentu saja dia tidak menginginkan ada wanita lain di samping Mikel. Ia menggeleng.Mikel menghela nafas dengan sedikit lega. Ada segurat senyum yang ia simpan di bibirny
Fara tersadar ia sedang berada di ranjang dengan tubuh tak mengenakan apapun dan Steven tergeletak di sampingnya dengan keadaan yang sama."Apa yang terjadi?" gumamnya mencoba mengingat apa yang terjadi.Steven mendengar suara lirih Fara di sampingnya. Ia membuka matanya dengan cepat."Fara?"Ia sangat kaget, bisa-bisanya dia membayangkan Fara ada di ranjangnya."Ini mimpi kan?" Fara mulai kalut dan air matanya menggenang. Ia menatap bagian tubuhnya dan melihat ada bercak merah di ranjang."Fara, kenapa kau ada di sini?" Steven sama kalutnya. Jantungnya mulai berdetak tak karuan. Ingatannya akan mimpi yang sangat panas dengan Fara membuatnya semakin kalut."Apa yang telah kita lalukan Stev?" Fara menangis , dia tidak menyalahkan Steven karena dia yang mengajak sahabatnya itu ke club."Fara, tenang dulu, jangan panik." Steven beranjak pelan dan memunguti bunya sambil mengenakannya dengan cepat."Bagaimana bisa aku tenang Steven. Kita telah melakukannya tanpa sadar." Fara terus terisak
“Bagaimana keadaannya, dok?” Mikel menatap sang dokter dengan tatapan khawatir.“Dia kehilangan kesadarannya saat mandi, sepertinya dia kebanyakan pikiran.” Sang dokter menatap Mikel dengan dahi mengernyit. Lalu ia menuliskan resep dengan cepat.“Kenapa dia belum sadar, dok?” tanyanya tak peduli dengan tatapan curiga sang dokter tersebut padanya.Sang dokter menghela nafas, lelaki itu dokter keluarganya jadi sudah sangat tahu dengan sikap Mikel. “Sebentar lagi dia akan sadar jangan khawatir,” jawab dokter tersebut dengan senyum tipis.Mikel mengangguk dan menerima resep dokter tersebut, lalu mengantar sang dokter ke parkiran.Setelah melihat mobil sang dokter berlalu, Mikel merogoh sakunya dan menghubungi seseorang dengan suara datar. Setelah selesai ia kembali berjalan menuju kamar Fara.“Bi, masakkan bubur untuk Fara!”“Baik, Tuan.”Mikel berjalan dengan sedikit lebih cepat. Setelah sampai ke kamar Fara, ia kembali duduk di sisi ranjang Fara sambil menggenggam lengan Fara yang lemas
“Dad, kenapa membawa Fara ke sini?” Fara merasa tidak nyaman dengan tatapan Mikel. Jantungnya berdegup kencang. Perasaannya semakin tidak karuan. Seandainya Mikel terlahir bukan sebagai ayah angkatnya dia akan menghambur ke pelukan lelaki itu.“Ah, daddy membawamu ke sini agar oma tidak memarahimu. Pergilah ke kamar dan jangan lupa minum obatmu!” jawab Mikel setelah tersadar dari lamunannya.Fara menghela nafas lega. Hampir saja ia salah sangka pada tatapan Mikel. Tanpa menjawab ia pun keluar dari ruangan Mikel.Mikel terduduk di kursi kerjanya sambil menguras wajahnya kasar.“Argh!” erangnya tertahan.Ia benar-benar merasa frustasi. Ia menatap lembaran kertas di meja kerjanya dengan tatapan tidak berminat untuk menyentuhnya.Ia pun memilih keluar kembali dari ruang kerjanya dan menyambar kunci mobil.“Mikel, mau ke mana?” Sarah menyapa Mikel yang duduk bersama sang ibu di ruang tamu.Mikel memutar bola matanya malas. “Ma, Mikel keluar sebentar menemui Samuel.”“Sayang, sekalian antar
Fara menatap Mikel yang terus bekerja dan mengabaikannya dengan sengaja. Ia mencabikkan bibirnya karena kesal. Ia tidak suka didiami.“Dad!”Mikel menghentikan pekerjaannya. Ia menahan senyum karena tahu Fara kesal karena ia diami. “Hmm,”“Jika daddy terus mendiamiku seperti ini. Aku akan menghubungi Steven!” ancamnya.Raut wajah Mikel berubah keras dan penuh amarah. Ia menatap Fara sejenak lalu ia berdiri menghampiri putrinya itu.“Ulang lagi!”Fara sedikit gelagapan ketika Mikel mendekatinya. Wajahnya pucat pasi. Jantungnya berdetak hebat. “Dad,” cicitnya.Mikel seperti kehilangan kesadarannya. Ia terus mendekatkan wajahnya ke wajah Fara. Tangannya terangkat dan merapikan rambut Fara yang menutupi garis wajahnya. “Kamu mengancam daddymu, hmm?” Mata Mikel menatap manik Fara tajam dengan suara yang serak dan berat.Fara menggeleng, ia semakin kelagapan karena melihat binar Mikel yang berbeda kali ini. “Dad!” hanya itu yang bisa keluar dari mulut Fara. Ia tidak tahu apa yang ada di kep
“Kau menemui anak itu?” Mikel menatap Fara yang mendatangi ruang kerjanya.Fara menatap sang daddy dengan lekat. “Daddy, Fara ingin dengar langsung dari daddy. Apa benar daddy yang melakukan itu pada Steven?”Mikel menghela nafas kasar. Ia meletakkan penanya dengan sedikit kasar. ”Anak itu benar-benar sudah meracuni pikiranmu Fara. Daddy percaya kamu sudah cukup dewasa menyikapi masalah ini.” Mikel berdiri dari kursinya dan mendekati Fara yang sedang berdiri di depan meja kerjanya.Fara terdiam. Matanya menatap lekat manik Mikel, dia melihat tidak ada sesal di sana. “Fara berharap daddy tidak menyakiti orang yang Fara cintai!” ucapnya dengan sedikit keras. Tangannya terkepal, menandakan ia mencoba untuk terlihat baik-baik saja.Mikel mengernyitkan dahinya. Kemudian memiringkan kepalanya mencoba mencerna perkataan Fara. “Cinta?” Mikel berharap dia salah dengar.“Ya, Fara mencintai Steven dad!” ulangnya dengan segenap keberanian yang tersisa.Lutut Mikel rasanya lemas, ia tak menyangka