Rama mengetuk-ngetuk meja restoran tempat dia duduk menunggu dengan tidak sabar, beberapa kali dia melihat pada HP-nya.
Lebih dari 40 menit dia menunggu, tapi wanita yang dikatakan Ibunya akan datang belum juga kelihatan.Dia juga sudah menghabiskan dua cangkir kopi, sambil sesekali melihat pada gawainya untuk melihat beberapa pesan masuk.[ Cewek itu pakai baju biru, kulitnya putih badannya tinggi ][ Ibu sengaja ngak kirim fotonya biar kamu penasaran, tapi dia sudah tahu siapa kamu ][ Sudah Ibu kasih lihat foto kamu sama dia, cewek itu pasti suka sama kamu Karena kamu itu kan anak Ibu yang paling ganteng 😘]Pesan Ibunya terlalu berlebihan menurut Rama, dan hasilnya dia menjadi kesal sendiri karena menunggu.Beberapa kali dia melihat ke arah pintu masuk di restoran berharap ada wanita muda berbaju biru masuk.Dia hampir putus asa karena menunggu dan bermaksud pergi meninggalkan restoran saat melihat pintu restoran itu terbuka.Seorang gadis cantik dengan pakaian mididress tanpa lengan, berambut panjang yang di ikat ekor kuda masuk.Rama terpaku melihat gadis itu, apalagi dia mengenal siapa gadis itu walaupun cukup lama tidak bertemu.Rama ingin berjalan mendekati tapi langkahnya langsung terhenti ketika melihat seorang pemuda datang dan memeluk bahu gadis itu dan mereka tersenyum senang.Gadis dan pemuda itu duduk tak jauh dari tempat Rama duduk. Gadis itu duduk menghadap pada Rama yang membuat pria itu bisa melihat jelas wajah cantik itu.Cukup lama Rama memperhatikan wajah cantik tanpa polesan make up yang berlebih tampak natural , dan sepertinya gadis itu menyadari tatapan itu dan melihat pada Rama.Cukup lama mereka terpaku saling memandang sampai tak sadar Rama menarik ujung bibirnya membentuk senyum kecil yang jarang dia lakukan.Gadis itu terlihat tersipu malu dan menundukkan kepalanya, tapi senyum di wajah Rama menghilang saat pemuda yang bersama gadis itu berpaling dan melihat Rama dengan tajam."Rama ya?" sapa seorang wanita yang berdiri di sampingnya.Rama menoleh dan melihat seorang wanita dengan pakaian ketat super seksi berwarna biru gelap menyapanya."Ya, saya Rama," sahut Rama."Saya Nindita, saya yang punya janji bertemu sama kamu," kata wanita sambil memperhatikan penampilan Rama dengan seksama setelah itu langsung duduk tanpa di minta."Kamu terlambat datang lebih dari 40 menit," kata Rama dengan sinis."Saya punya urusan yang tak bisa ditinggalkan," kata Nindita sambil melambaikan tangan memanggil pelayan untuk memesan minuman."Kenapa kamu tidak mengabari kalau datang terlambat?" tanya Rama."Saya lupa," kata Nindita mengibaskan rambut panjang yang di biarkan tergerai.Rama mendengus kesal, melipat tangan di dadanya dia memandang pada wanita itu dengan tajam."Kau lupa?" Rama mengangkat sebelah alisnya dengan heran."Ya, dan lagian kau di sini masih menunggu kan?" kata Nindita sambil melihat hp miliknya."Seharusnya kau senang karena aku masih datang walaupun itu terlambat," kata Nindita dengan nada sombong."Kenapa kau pikir aku masih senang walaupun kau datang terlambat?" tanya Rama."Karena aku adalah wanita yang sangat sibuk, tapi masih sempat datang untuk melakukan ini," kata Nindita sambil sibuk dengan gawainya."Jadi kau adalah wanita yang sibuk?" tanya Rama sinis."Ya,""Kalau begitu kenapa kau masih datang padahal kau sangat sibuk?""Karena kata Tanteku pria yang akan aku temui itu pria tampan, mapan dan juga adalah orang yang sangat penting pemilik perusahaan besar.""Tapi ternyata kelihatannya.."Rama menunggu wanita itu melanjutkan kalimatnya.Wanita itu tertawa meremehkan, "ternyata dari penampilanmu saja terlihat kau itu seperti apa.""Seperti apa?""Ya seperti biasa-biasa saja, bukan orang penting yang seperti di katakan oleh Tanteku," jawab Nindita lugas.Nindita sekali lagi melihat penampilan Rama dengan kemeja berwarna abu yang lengannya digulung, celana hitam dan sepatu sneaker yang lama juga kusam."Sayang sekali kalau begitu, ternyata saya di luar ekspektasi yang kamu bayangkan?" tanya Rama."Ya benar, ternyata kamu itu di luar dari syarat yang aku inginkan," kata Nindita."Di luar syarat?""Ya, kalau kau tidak tampan tak masalah, tapi paling tidak kau itu harus kaya dan punya banyak uang," kata Nindita dengan nada meremehkan."Kenapa begitu?""Karena biaya untuk hidupku sangat mahal," jawab Nindita sombong."Sayang sekali, sepertinya aku tidak bisa memenuhi syaratmu itu, aku tidak kaya dan tidak punya banyak uang," jawab Rama."Jadi bukankah ini jadi sia-sia karena aku tetap datang ke sini?" tanya Nindita mengejek.Rama mengangguk, "Ya sia-sia.""Baiklah kalau begitu, aku harus pergi karena masih ada keperluan lain," kata Nindita.Rama melambaikan tangan untuk memanggil pelayan, meminta nota.Pelayan datang membawa nota dan Rama mengeluarkan kartu berwarna hitam dari dalam dompetnya.Nindita yang sudah berdiri ingin meninggalkan Rama melihat pada kartu itu dan dia terkejut saat melihat benda itu.Saat Nindita ingin bicara dengan Rama pria itu berpura-pura sibuk dengan Hp miliknya berjalan berlalu melewati Nindita."Halo Mr Owen, How are you? So glad that you contacted me now.""Of course our conversation yesterday must be continued."Dan ketika Rama melewati gadis yang tadi di tatapnya saat masuk, dia berhenti sebentar menatap wajah gadis itu dan setelahnya ia pun berlalu pergi.@@@@Rama tiba dikantor dengan hati yang kesal, dia langsung pergi ke ruang kerja Danu.Terkejut dengan kedatangan Rama yang datang dengan wajah marah membuat Danu penasaran."Bagaimana dengan kencannya?" tanya Danu."Itu bukan kencan," jawab Rama."Jadi di sebut apa?""Tidak di sebut apa-apa.""Berjalan dengan lancar tidak?""Tidak.""Kenapa tidak?""Karena setelah menunggu lebih dari 40 menit, hasilnya mengecewakan.""Siapa yang dikecewakan, kamu atau wanita itu?""Wanita itu ""Kenapa dia kecewa?""Karena aku tidak memenuhi syarat yang diinginkan olehnya.""Ha! Syarat? Syarat apa?""Wanita itu bilang, aku tak harus tampan tapi paling tidak aku harus kaya dan punya banyak uang juga orang yang penting pemilik perusahaan.""Jadi aku jawab sayang sekali aku tidak punya itu semua.""Apa? Tapi kau kan .." Danu hanya bisa melongo saat Rama mengatakan hal itu.tapi kemudian tawa Danu meledak, dia terpingkal-pingkal mendengar semua perkataan Rama."Edan kamu Ram!" kata Danu tak berhenti tertawa."Biar saja, lebih baik aku bilang begitu jadi aku tahu setulus apa wanita itu padaku," kata Rama dengan raut wajah kaku dan terlihat serius"Betul juga itu, tapi Bude Tri pasti sangat sedih karena ini gagal lagi," kata Danu sambil membayangkan wajah Ibunya Rama."Biarlah," kata Rama berjalan hendak pergi meninggalkan ruang kerja Danu"Rama," panggil Danu."Apa?'" tanya Rama."Tentang karyawan baru yang rekomendasi temanku dari Jerman, kamu mau lihat dulu ngak data pribadinya?" tanya Danu."Nanti saja, " kata Rama."Sebaiknya kamu lihat dulu, rencananya Senin ini aku bakal suruh dia datang buat interview," jelas Danu."Ini sebaiknya kamu lihat dulu," kata Danu lanjut."Nanti saja, Senin kalau dia datang saat interview sekalian," jawab Rama sambil berjalan keluar ruangan itu."Tapi Rama.." kata Danu tapi tak meneruskan karena Rama sudah menghilang di balik pintu.Kemudian Danu memandang file dari pelamar kerja di perusahaan mereka."Elsa Zaila, nama yang cantik seperti orangnya," kata Danu memandang foto yang terlampir bersama data pribadi yang lain.Sementara Rama kembali keruang kerjanya, dia pun duduk di kursinya kemudian melepaskan kacamata miliknya mulai memijit pangkal hidungnya.Rama pun membuka layar hp miliknya dan di sana terlihat wajah cantik sedang tersenyum.Tidak lama pun Rama ikut tersenyum karena untuk pertama kalinya dia mengambil gambar seorang wanita diam-diam."Elsa, akhirnya Abang lihat kamu lagi .""Tapi sepertinya kamu udah ngak kenal Abang lagi, padahal baru empat tahun lebih kita tidak ketemu.""Adik Abang ternyata baik-baik saja sekarang.""Semoga kita ketemu lagi dan Abang harap Elsa kenali siapa Abang sekarang."Rama terus bicara sendiri sambil terus memandang wajah yang nampak di layar hp miliknya.“Kita jalan-jalan yuk,” ajak Rama pada Elsa. “Mau jalan ke mana?” tanya Elsa. “Ngak tahu,” jawab Rama. “Ya sudah, kita pergi sekarang nanti kalau sudah di jalan baru kita putuskan mau ke mana,” ucap Elsa, “Abang tunggu di sini Elsa ganti baju dulu.” Elsa sangat senang akhirnya setelah berminggu-minggu tidak pergi ke mana pun, dia bisa menikmati untuk bisa pergi keluar. Rama mengajaknya pergi ke sebuah pameran yang ada di kota ini. “Kita jalan-jalan di sini,” ajak Rama sambil mengulurkan tangannya. Elsa menerima uluran tangan Rama dan pria itu menautkan jari-jari mereka seperti sepasang kekasih. Stand kuliner adalah yang banyak mereka datangi, apalagi Elsa sudah lama tidak memakan beberapa jajanan yang dia suka. “Coba ini Bang,” Elsa mengulurkan sendok yang berisi potongan kue ke dekat mulut Rama. Pria itu sedikit ragu untuk menerimanya, tapi akhirnya dia membuka mulut dan menerima suapan dari Elsa. Setelahnya Elsa pun menyuapkan potongan kue lain ke mulutnya dengan memakai
Rama melambaikan tangan ketika sudah berada di dalam mobil yang di kendarai oleh Bapaknya.“Kok kamu ngak bilang kalau mau pulang hari ini Ram?” tanya Ibu Tri melihat pada Rama yang duduk di kursi belakang.“Rencana sih dua hari lagi Bu, tapi begitu kerjanya selesai hari ini Rama langsung ke pikiran langsung mau pulang,” sahut Rama menjelaskan.“Mungkin feeling sama situasi di sini ya Ram?” tanya Ibu Tri lagi.“Ya,” sahut Rama singkat.“Untung tadi Elsa ngak marah, kamu itu hampir bikin ibu kehilangan calon mantu kesayangan,” sungut ibunya.“Ya kalau ngak Elsa ngak jadi, kan masih ada calon satunya,” ucap Bapaknya.“Calon yang mana maksud Bapak?” tanya Ibu Tri.“Itu cewek yang foto bareng Rama,” sahut Bapak Rama.“CK, cewek yang suka pakai baju seksi itu?” sahut Ibu Tri.Bapak Rama menganggukkan kepalanya,” Iya.”“Ngak mau, cewek ngak sopan begitu ngak pantes jadi calon mantuku,” sahut Ibu Tri ketus.“Ram, Ibu mau tanya...” perkataan Ibu Tri terhenti saat melihat Rama y
Rama berkali-kali melirik bergantian, pada Elsa yang duduk tak jauh darinya dan pada enam pasang mata yang ada di belakangnya.Rama tak berhenti mengusap wajah juga lehernya.Rasa kebas masih terasa di kaki juga badannya karena pekerjaan dan penerbangan yang dia lakukan dalam satu hari ini.Sementara Elsa yang duduk cukup jauh dari Rama hanya melirik pria itu dari sudut matanya sambil menundukkan wajah dengan jari yang terpilin di pangkuan.“kamu sudah sehat Sa?” Rama membuka pembicaraan.Elsa hanya menganggukkan kepalanya masih dengan menunduk.“Maaf tadi Abang ngak bermaksud...” ucapan Rama terhenti karena batuk yang coba di tahannya.Rama mengeluarkan sapu tangan dari arah kantong celananya.Elsa mengangkat wajahnya dan melihat kalau sapu tangan itu terlihat agak kotor.Gadis itu baru menyadari saat melihat wajah Rama secara dekat seperti ini.Wajahnya sangat terlihat kusam, lelah dan juga lingkar yang jelas tanda hitam di sekitar matanya.“Mau ke mana Sa?” tanya Rama s
Kemarahan Sumi dan juga Ibu Tri kepada Lukman juga Ikbal gara-gara membuat Elsa pingsan, membuat kedua pria itu diusir dan dilarang untuk datang.Elsa segera di bawa ke rumah sakit, takut sesuatu yang buruk terjadi karena gadis itu cukup lama pingsan.“Mas Ikbal lebih dulu yang memukul,” ucap Elsa lirih dengan wajah sedikit bengkak, saat dia sudah sadar.“Tapi tetap saja seharusnya mereka tidak berkelahi di dekatmu, keterlaluan!” omel Sumi, “Tuh Mba ajari keponakannya, kok bikin rusuh di rumah orang!”“Ck, tenang saja nanti Mbak bakal marahin dia nanti,” sahut Ibu Tri sambil mengambil telepon genggamnya dan tidak lama terdengar omelan panjang lebar darinya.“Bu, Elsa mau pulang saja ngak usah nginap di sini,” ujar Elsa pada Sumi.“Tapi Sa..”“Elsa takut tinggal di rumah sakit lagi,” sela Elsa.“Tunggu Daddymu dan Ayah datang ya, baru kita pulang,” sahut Sumi yang mengerti ketakutan Elsa.“Abang susah banget sih di hubungi,” Adit masuk dengan bersungut.“Mungkin Abang masih s
Ibu Tri merenggut saat mendengar tuduhan Sumi pada Rama. “Jangan asal bicara ya, cah gantengku itu tidak mungkin selingkuh,” bantah Ibu Tri sambil menatap Sumi tajam. “Lho Mbak ngak percaya, coba Adit mana foto Rama sama cewek seksi kemarin,” Sumi mengulurkan tangannya meminta agar Adit memberikan hape miliknya. Adit hanya mengaruk kepalanya, ini kalau sudah berurusan dengan Ibu-ibu yang suka ikut campur urusan anaknya. “Mana!” Sumi terlihat tak sabar. “Iya sebentar Bu,” ucap Adit sambil mengeluarkan hapenya dan memberikan pada ibunya. “Nah ini buktinya,” ujar Sumi sambil memperlihatkan hape adit pada Ibu Tri. Segera Ibu Tri melihat pada gambar yang ada di sana dan langsung mencebikan bibirnya. “Hanya gambar seperti itu tidak membuktikan kalau cah gantengku pacaran sama perempuan itu,” cibir Ibu Tri. “Lho ini kan jelas kalau Rama di sana sama perempuan lain, mereka pacaran,” tegas Sumi tak mau kalah. “Sumi coba perhatikan baik-baik,” Ibu Tri menunjuk gambar pada gawai itu, “
Elsa merenung, untuk apa dia begitu marah pada Rama tadi sampai harus menangis dan mengatakan pria itu jahat dan pembohong, sangat kekanak-kanakan.“Huf, Abang pasti marah sama aku,” pikir Elsa, “Aku marah-marah ngak jelas seperti tadi.”Dia memandang telepon genggamnya, melihat beberapa notifikasi pesan masuk.(“Sa, Abang minta maaf kalau ada salah sama kamu ya.”)(“Abang sibuk banget sampai sering lupa menghubungi kamu.”)(“Abang usahakan untuk segera menyelesaikan semua kerjaan di sini, biar bisa cepat pulang.”) (“Jangan marah ya Sa, Abang mohon sekali lagi minta maaf🙏🙏 kalau memang Abang ada salah.”)Elsa membaca pesan itu, sungguh hati gadis itu menjadi tidak nyaman dengan pesan yang di kirim Rama padanya.Permohonan maaf dari Rama untuk kesalahan yang sebenarnya tidak di lakukan pria itu.Padahal sah-sah saja kalau Rama berselfi atau swafoto dengan orang lain sekalipun itu dengan perempuan cantik seksi menggoda seperti Nindya.Untuk apa marah? Hak apa marah? Elsa