Rama mengetuk-ngetuk meja restoran tempat dia duduk menunggu dengan tidak sabar, beberapa kali dia melihat pada HP-nya.Lebih dari 40 menit dia menunggu, tapi wanita yang dikatakan Ibunya akan datang belum juga kelihatan.Dia juga sudah menghabiskan dua cangkir kopi, sambil sesekali melihat pada gawainya untuk melihat beberapa pesan masuk.[ Cewek itu pakai baju biru, kulitnya putih badannya tinggi ][ Ibu sengaja ngak kirim fotonya biar kamu penasaran, tapi dia sudah tahu siapa kamu ][ Sudah Ibu kasih lihat foto kamu sama dia, cewek itu pasti suka sama kamu Karena kamu itu kan anak Ibu yang paling ganteng 😘]Pesan Ibunya terlalu berlebihan menurut Rama, dan hasilnya dia menjadi kesal sendiri karena menunggu.Beberapa kali dia melihat ke arah pintu masuk di restoran berharap ada wanita muda berbaju biru masuk.Dia hampir putus asa karena menunggu dan bermaksud pergi meninggalkan restoran saat melihat pintu restoran itu terbuka.Seorang gadis cantik dengan pakaian mididress
Elsa berjalan masuk ke dalam restoran lebih dulu karena Adit sedang mencari tempat parkir. Dengan menggunakan mididress tanpa lengan berwarna biru muda, membuat lengan putih mulus Elsa terlihat. Dia mengikat rambut panjangnya menjadi satu dengan asal dan sedikit berantakan. Setelah lebih dari tiga jam berkeliling Jakarta melihat berbagai perubahan yang terjadi setelah lebih dari 4 tahun dia tinggalkan untuk pergi ke Jerman. Restoran itu terlihat belum begitu ramai, karena mungkin belum tiba waktunya jam makan siang. Elsa menunggu Adit dengan berdiri di dalam restoran. "Ayo Kak kita cari tempat duduk," rangkul Adit dibahu Elsa. Adit terlihat sangat protektif padanya, selama beberapa hari pemuda itu mengajak Elsa keliling tidak di biarkan nya ada orang asing apalagi makhluk bernama pria bisa berkenalan dengannya. Alasan Adit simpel saja, siapa tahu pria itu adalah penipu atau iseng saja. Mereka duduk berhadapan setelah memilih menu yang mereka inginkan, Adit asyik menelepon ses
Ternyata yang menepuk bahu Tri adalah suaminya, pria dengan rambut berwarna perak itu tersenyum."Ibu di sini lagi ngapain kok pakai bisik-bisik segala di HP?" Tanya suaminya."Ngak ngapa-ngapain sih Pak cuma lagi ngomong sama Risma," sahut Ibu Tri."Tapi kenapa mesti bisik-bisik apa ada rahasia?" tanya suaminya lagi."Ngak ada rahasia Pak."Wajah Ibu Tri berubah serius dia merenggut dia menarik nafas berat dan kemudian menghembuskannya dengan kasar."Kenapa lagi?" suaminya mengerti Kalau seperti itu biasanya Ibu Tri sedang kesal."Kita gagal dapat mantu." kata Ibu Tri terlihat kesal"Kok gagal dapat mantu?" tanya suaminya"Perempuan yang dikenalkan oleh Risma ternyata tidak sesuai harapan," kata Ibu Tri."Tidak sesuai harapan bagaimana?" tanya suaminya lagi."Pokoknya ya ngak sesuai," kata Ibu Tri kesal dan suaminya tak ingin mendesak lagi dengan pertanyaan lainnya.Mereka berdua diam cukup lama tapi kemudian suaminya melihat Ibu Tri tersenyum sendiri."Kok senyum-senyum
Tidak terasa waktu terus bergulir Elsa sudah siap untuk segera kembali beraktivitas dan bekerja. Hari ini sesuai dengan rencana Elsa akan segera memenuhi panggilan kerja dari tempat perusahaan dia melamar pekerjaan. Dia mematut diri di depan cermin sambil melihat apakah sudah pantas pakaian yang ia kenakan. Setelah merasa cukup dia pun pergi ke ruang makan dan di sana sudah menunggu Frans juga Adit. “Wah Ka Elsa cantik banget, padahal cuma mau wawancara kerja saja tuh,” kata Adit menggoda. Elsa tersenyum mendengar godaan itu, “Ya lah Dek, masa mau wawancara penampilannya berantakan.” “Adit senang Kak Elsa dipanggil kerja di perusahaan itu,” kata Adit, “Karena Adit tahu perusahaan itu termasuk yang paling top sekarang.” “iya sih, ini berkat rekomendasi dari perusahaan Kak Elsa di Jerman kemarin,” terang Elsa. “ya itu bagus, Daddy berdoa semoga kamu diterima di sana,” kata Frans. “Terima kasih Daddy atas doanya,” kata Elsa. “Ya sudah Elsa berangkat dulu takut macet di jalan na
Rama keluar dari ruang kerja Danu dan berjalan menghampiri Elsa. “Ikut saya,” perintah Rama dan Elsa pun mengikuti langkah pria itu. Tidak ada pembicaraan antara keduanya selama dalam perjalanan menuju ruang yang dituju. Dari jarak yang cukup dekat seperti sekarang Elsa bisa mengamati pria itu dengan cermat, usia Rama mungkin sudah 38 atau lebih, tampak sekali kedewasaan dalam sikap dan pembawaannya. Dengan kacamata di wajahnya memberikan kesan terlalu serius dan bukan orang yang murah senyum. Dengan tinggi tubuh 165 cm dan menggunakan hak 5 cm Elsa sudah termasuk wanita yang bertubuh tinggi tapi masih kurang tinggi saat berjalan di samping Rama karena dia hanya sebahu pria itu. Kemudian mereka sampai pada ruangan yang dituju. Elsa bisa melihat ruangan kerja yang nyaman ada sekat ruang masing-masing dari kaca gelap untuk para pekerja yang terkesan luas. Elsa bisa melihat ada dua orang pegawai berada si sana, yang begitu melihat Elsa langsung tersenyum lebar dan berdiri mengham
Elsa masih benar-benar terkejut karena ternyata klien yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja adalah Ikbal. “Sa, apa kabarmu?” Ikbal kembali mengulang pertanyaannya, pandangannya kembali beralih pada Elsa. “Baik,” jawab Elsa pelan. “Jadi kamu yang merancang gambar untuk gedung baru perusahaanku?” tanya Ikbal lagi dan Elsa hanya mengangguk kan kepalanya. “Kapan kamu mulai bekerja dengan Mas Rama, Sa?” tanya Ikbal lagi. Elsa merasa jengah dengan begitu banyak pertanyaan Ikbal sementara Rama hanya melihat pada Elsa yang terlihat mulai tak nyaman. “Duduklah Bal,” kata Rama menyuruh Ikbal untuk duduk, karena pria itu masih berdiri terpaku melihat Elsa. Ikbal melihat pada Rama, “Mas, kenapa tidak bilang kalau Elsa bekerja di perusahaan tempat Mas bekerja sih?” Rama hanya menarik napas dan memandang Ikbal, “Aku rasa kita di sini untuk membahas pekerjaan bukan membahas Elsa.” Melihat tatapan Rama membuat Ikbal terlihat segan, “Baiklah.” Kemudian Ikbal duduk di had
Setelah sampai di kantor Rama segera bergegas meninggalkan Elsa dan langsung menuju ruang kerja Danu. Danu sedikit terkejut karena Rama masuk tanpa mengetuk pintu dan menutupnya dengan membanting cukup keras. “Lain kali kalau kau berani ikut campur urusan pribadiku dan mencoba untuk memberi tahukan tentang apa yang terjadi dan apa yang aku lakukan dikantor ini, aku akan benar-benar mengajukan untuk melengserkan dari kedudukanmu yang sekarang!” kata Rama dengan keras dan memberikan ultimatum pada Danu. Danu yang mendengar itu langsung berdiri, “Dia menerorku dan kalau aku tak memberikan jawaban yang memuaskan dia akan terus bertanya seperti biasa.” Rama bersedekap dada, “Kau itu temanku apa sekutu Ibuku?” “Temanmu! Tapi aku juga tidak akan berani menghadapi Ibumu!” sahut Danu. “Kau pria dewasa dan umurmu sudah lebih 40 tahun, dan kau masih takut dengan Ibuku?” tanya Rama tak percaya menyipitkan matanya menatap Danu. “Apa kau sendiri berani menentang Ibumu?” tanya Danu dan pertan
Lusi merasa sangat kecewa dengan sikap acuh tak acuh Elsa. Padahal mereka dulu sangat akrab hanya karena dia dianggap ikut menyembunyikan soal hubungan Ivy dan Ikbal dia jadi dibenci bukan hanya Elsa tapi juga pria yang ia cintai Adit. “Kau lihat Lusi, sekarang dia jadi wanita yang sombong,” kata Ivy mencibir. “Wajar dia bersikap begitu, karena kita berdua terutama dirimu sudah menyakiti dan mengkhianati dirinya bersama Ikbal,” kata Lusi sambil pergi meninggalkan Ivy. Ivy dan Lusi masih saling mendiamkan tanpa adanya pembicaraan apa pun selama di mobil yang dikendarai Ivy. Lusi dengan pikirannya yang mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Flashback “Hai kamu karyawan baru di sini ya?” Lusi menyapa gadis yang ada duduk di sampingnya, gadis itu menganggukkan kepalanya. “Namaku Lusi aku juga baru diterima di sini aku bagian divisi HRD,” kata Lusi mengulurkan tangannya. “Aku Elsa, baru diterima bekerja sebagai arsitek di sini,” Elsa menyambut uluran tangan Lusi. “Wah hebat