Share

6. Kecelakaan

Author: RESYARIN
last update Last Updated: 2025-04-28 14:15:04

“Mas, apa benar gak papa aku gak bantu persiapan apapun buat pernikahan kita?” tanya Hanna saat Jafran kini bertamu ke rumahnya, dengan posisi pintu di buka lebar takut mengundang fitnah, walau tetangga Hanna sudah tahu dia akan segera menikah.

“Gak papa Hanna, kamu cukup persiapkan diri kamu saja. Setelah menjadi istriku, kamu akan kesulitan nanti,” ucap Jafran.

“Kesulitan, kesulitan apa maksud kamu Mas?” tanya Hanna bingung.

“Setelah aku menjadi suami kamu, aku tak akan bisa bersikap keren lagi. Aku akan sangat manja pada kamu, akan akan terus mengikuti istriku ke manapun dia melangkah karena aku tak mau jauh darinya. Kamu pasti akan kesulitan bukan?” tanya Jafran yang seketika membuat Hanna tersenyum malu.

“Memang benar kamu akan bersikap seperti itu?” tanya Hanna.

“Tentu saja, aku keren hanya karena kamu belum jadi istriku saja. Terus nanti aku akan semakin menyulitkan kamu, karena aku sebenarnya tak sabar untuk punya bayi kecil bersama kamu, mungkin satu bayi perempuan seperti Zey dan satu bayi lelaki mirip denganku sepertinya cukup. Bagaimana menurut kamu?” tanya Jafran, membuat Hanna menunduk malu.

“Mas membicarakan sesuatu yang kejauhan, kita bahas nanti saja sesudah menikah. Sekarang katakan kenapa Mas ke sini? Mas bilang mau ijin, mau ijin apa memangnya?” tanya Hanna, karena tadi Jafran bilang dia mau ke rumahnya untuk meminta ijin.

“Ada pengecekan restoran di Bandung, di sana kan keluargaku punya 3 cabang restoran. Besok aku akan ke sana, kemungkinan aku akan berada di Bandung selama 2 hari, karena kamu calon istriku jadi aku minta ijin sama kamu,” jelas Jafran.

"Mas, gak bisa nyuruh orang lain?" tanya Hanna khawatir, apalagi pernikahan mereka hanya tinggal 10 hari lagi.

"Gak bisa, Bandung kan deket, aku juga langsung pulang lagi besok kok."

Wajarkan ada rasa takut di hati Hanna, mengetahui calon suaminya berniat pergi ke luar kota, walau termasuk dekat. Karena tak ada yang tahu apa yang terjadi dan orang jaman dulu juga selalu melarang pengantin bepergian saat mendekati hari pernikahan, karena memang takut ada hal yang tak di inginkan terjadi.

"Hey, pikirannya jangan ngelantur kemana aja. Cukup doain aku supaya selamat di perjalanan, aku tahu apa yang kamu pikirkan, tapi Insya Allah aku akan selalu ada dalam lindungan Allah,” ucap Jafran.

"Iya, semoga kamu selamat di perjalanan ya Mas,” ucap Hanna tersenyum, juga menenangkan hatinya sendiri, walau sebenarnya tetap saja rasa khawatir menyelimuti hatinya.

******

"Aku udah beres, sekarang mau pulang."

Jafran meneleponnya sore ini, setelah menyelesaikan pengecekannya di restoran cabang di bandung.

"Iya, hati-hati yah Mas. Di Jakarta sekarang hujan, di sana hujan gak?” tanua Hanna.

"Disini juga hujan, Hanna."

"Kamu jangan ngebut kalau gitu, takutnya jalanannya licin dan berkabut."

"Iya pasti."

"Ya sudah kalau gitu, aku tunggu kamu."

"Aku pasti pulang,tunggu aku." Janji Jafran pada Hanna.

"Iya, aku tunggu kamu, Mas."

"Aku cinta kamu,” ucap Jafran tiba-tiba.

"Aku juga sayang kamu,” balas Hanna, karena dia tak mau bohong soal perasaannya pada Jafran.

"Asslamualaikum,” pamit Jafran di telpon.

"Waalaikumsalam.” jawab Hanna lalu menutup sambungan telponnya.

Malam itu hujan terus saja turun, jika tidak macet jarak Bandung ke Jakarta hanya perlu waktu 2 jam setengah, kalau macet pun paling 3 jam. Sekarang sudah jam 9 malam, harusnya Jafran sudah tiba. Tapi sejak tadi Jafran belum memberi kabar lagi, membuat hati Hanna mulai merasa gelisah.

Hanna tak bisa tertidur dia terus melirik ponselnya. Berharap Jafran segera menghubunginya, mengabari kalau dia sudah sampai dan membuat Hanna tenang.

*****

Bunda Ayu baru saja menidurkan Zeyva di kamarnya saat suara telpon rumah berdering.

"Hallo,” jawab Bunda Ayu.

"Maaf, apakah ini kediaman Nandra Jafran Kusuma?"

"Iya, saya ibunya."

"Maaf nyonya, kami dari kepolisian. Putra Anda baru saja mengalami kecelakaan beruntun di jalan tol."

"Astagfirullah, Jafran,” kaget Bunda Ayu.

Air mata Bunda Ayu seketika berderai tak bisa lagi terbendung, dia benar-benar kaget mendapatkan kabar anak bungsunya yang akan segera menikah kecelakaan.

"Bagaimana kondisi anak saya pak?” tanya Bunda Ayu dengan isak tangisnya.

"Kami belum tahu pasti Nyonya, putra anda dilarikan ke rumah sakit Permata indah, adan bisa mengeceknya segera,” beritahu polisi.

"Baik Pak, terima kasih."

Setelah telepon itu tertutup raungan tangis Bunda Ayu semakin terdengar. Anak bungsunya yang akan menikah seminggu lagi malah mengalami kecelakaan. Cobaan apa yang sedang dihadapi keluarganya?

"Ada apa Bun?" tanya Ayah Danu yang keluar dari kamar karna mendengar tangisan istrinya.

Bunda Ayu langsung berhambur memeluk Suaminya sambil menangis, begitupun Jefri yang baru pulang merasa heran melihat Bundanya menangis di pelukan Ayahnya.

"Jafran, hiks. Jafran kecelakaan," beritahu Bunda Ayu.

"Apa???"  Ayah Danu dan Jefri sama kagetnya.

*****

Ayah Danu, Bunda Ayu dan Jefri sampai di rumah sakit yang diberitahukan polisi dan ternyata Jafran berada di ruang ICU sedang ditangani dokter.

"Bun, kamu udah telpon Hanna?" tanya Ayah Danu mengingatkan.

"Belum, Bunda harus bilang apa, kasian Hanna,” ucap Bunda Ayu kebingungan.

"Tapi dia perlu tahu hal ini,” ucap Ayah Danu.

"Iya, Bunda akan telpon Hanna."

Bunda Ayu pun dengan menguatkan Hatinya menelepon calon menantunya itu.

Hanna saat itu sedang berusaha untuk memejamkan matanya, saat tiba-tiba ponselnya berdering. Rasanya Hanna bahagia berharap itu telepon dari Jafran, tapi ternyata itu telepon dari Bunda Ayu.

“Ada apa Bunda Ayu menelponnya malam-malam?” gumam Hanna, mulai merasa firasat buruk, tapi Hanna segera mengangkat telepon itu.

"Assalamualaikum Bunda."

"Waalaikumsalam, Hanna,” ucap Bunda Ayu dengan isak tangisnya.

"Bunda, ada apa? Kenapa Bunda menangis?"

Hati Hanna langsung merasa ada yang salah ketika mendengar tangisan calon mertuanya di ujung telpon sana.

"Jafran, hiks. Jafran kecelakaan, Hanna."

"Inalillahi. "

Hanna begitu terkejut, bahkan sekarang sekujur tubuhnya menggigil karna rasa takut.

"Bu— bunda. Gi— gimana keadaan Mas Jafran?” tanya Hanna dengan terbata dan suara bergetar.

"Bunda juga belum tahu, hiks. Sekarang supir akan datang jemput kamu, kamu siap-siap ya Hanna."

"Iya Bunda."

Tanpa sadar Hanna langsung mematikan ponselnya, air matanya kini sudah mengalir. Dia langsung membuka lemari untuk mengganti pakaiannya, tapi tanpa sadar tubuh Hanna luruh di lantai kamarnya yang dingin.

"Jafran, jangan. Jangan tinggalin aku, jangan tinggalin aku seperti Ayah. Aku mohon, hiks. Aku mohon, jangan tinggalkan aku,” ucap Naya memohon keajaiban.

Tangisan pilu itu terdengar menyayat hati, ketakutan itu begitu terasa dalam diri Hanna.

Dia baru saja kehilangan dan sekarang dibayangi kehilangan lainnya, bukankah rasanya dunianya akan hancur?

Bahkan belum tiga minggu yang lalu Ayahnya meninggal, apakah sekarang dia juga harus kehilangan kebahagiaan yang baru dirasakannya?

Bayangan bahagia pernikahannya yang berada di depan mata, kini sirna menjadi bayangan semu dalam benak Hanna.

*

*

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI Warisan Adik   52. Sampai Akhir Hayat (TAMAT)

    40 tahun Kemudian Waktu tak terasa, sudah berlalu begitu cepat. Kini bahkan fisik Hanna dan Jefri sudah sangat jauh berubah, kulit mereka sudah mulai keriput dan bahkan rambut mereka sudah memutih. Mereka bahkan sudah tak bisa berlarian di taman menemani cucu-cucu mereka yang kini sudah mulai besar, dulu saat mereka masih kecil Jefri dan Hanna masih bisa menemani, kini mereka hanya bisa melihat dari jauh. “Rasanya begitu senang, setiap kali Zeyva dan Jafran pulang ke rumah ya Mas, membawa keluarga kecil mereka, karena akhirnya rumah kita jadi semakin ramai. Walau rumah Jafran ada di depan rumah kita menempati rumah Nenek dan Kakeknya yang telah tiada,” ucap Hanna. “Iya, rasanya memang berbeda dan terasa lengkap. Walaupun hidup berdua dengan kamu juga tetap begitu menyenangkan dan membahagiakan untukku. Aku tak salah memiliki partner terbaik dalam menjalani kehidupan ini,” ucap Jefri menggenggam tangan keriput Hanna. “Iya Mas, kamu juga partner terbaikku,” ucap Hanna dengan senyum

  • ISTRI Warisan Adik   51. Pergi Bersama

    “Sayang, kamu di mana?” teriak Jefri begitu dia masuk ke dalam kamar. “Di sini Mas, ada apa?” tanya Hanna yang menyahut dari lantai dua, karena dia baru saja menidurkan Jafran. Jefri segera saja berlari ke lantai dua dan saat menemukan istrinya yang juga menuju ke arahnya, Jefri langsung memeluk Hanna dengan erat. “Ya ampun, rasanya rindu sekali walau hanya tak bertemu 10 jam,” ucap Jefri, membuat Hanna menggulirkan matanya. “Belum seharian Mas,” ucap Hanna, lelah juga menghadapi kelakuan manja suaminya ini. “Mas, sudah ah lepas,” pinta Hanna, karena suaminya masih betah memeluknya hingga akhirnya kini melepaskan pelukannya. “Sayang, minggu depan kan hari jadi pernikahan kita yang ke tiga tahun.” “Iya, terus gimana? Mau adain acara, Mas?” tanya Hanna. “Enggak, aku sudah buat jadwal acara yang lebih bagus untuk merayakan hari pernikahan kita, nanti kita pergi ke sebuah negara,” ucap Cakra. “Ke mana, Mas?” tanya Hanna. “Ke sini.” Cakra memberikan sebuah kertas yang langsung H

  • ISTRI Warisan Adik   50. Keluarga Bahagia

    “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun Jafran, semoga panjang umur.” “Akkk, Abububu.” Jeritan khas bayi satu tahun itu terdengar, begitu melihat kue dengan lilin angka satu yang menyala di atas kue dan jelas membuatnya tertarik. “Selamat ulang tahun, Adek,” teriak Zeyva yang kini mencium pipi Jafran dengan gemas. “Aka kaka,” jerit Jafran tak suka karena dicium terlalu kuat di pipinya. “Selamat ulang tahun yang pertama jagoan, Bunda,” ucap Hanna mencium kening Jafran dan pipinya, membuat Jafran tersenyum selalu senang jika berada dengan sang Bunda. “Selamat ulang tahun jagoan posesif, yang gak mau banget berbagi Bunda sama Ayah,” ucap Jefri, mengelus kepala Jafran dan mencium pipinya. “Akh, yaya nono,” jerit Jafran, karena dia paling tak suka di cium Jefri yang memang kadang suka menggodanya dengan dagunya yang jelas bertekstur karena jenggot yang tumbuh. “Mas ih, senang banget goda Jafran,” kesal Hanna yang kini menglus pipi putranya yang duduk s

  • ISTRI Warisan Adik   49. Keajaiban

    "Hanna, bagimana keadaan Hanna?" tanya Jefri lirih, menatap Bunda Ayu dan Dokter Tia."Jefri, Hanna. Dia, hiks."Bunda Ayu tak melanjutkan perkataannya, dia langsung berhambur ke pelukan putranya dan menangis di sana.Jefri sendiri hanya terdiam kaku dengan pikiran buruknya dan tak lama suster keluar dari ruang operasi."Dok, pasien—."Belum selesai suster berkata Jefri segera melepaskan pelukan ibunya dan menyerobot masuk ke dalam. Dia seketika kaget melihat istrinya yang terbujur kaku dengan wajah yang begitu pucat."Hanna, sayang,” panggil Jefri lirih.Tapi tak ada jawaban apapun, hanya keheningan yang ada. Jefri langsung memeluk tubuh Hanna yang terbujur kaku, menangis di dada sang istri."Sayang, jangan. Jangan lakukan ini, jangan tinggalin aku. Aku mohon, hiks.” Tangis itu tak dapat Jefri bendung."Jangan tinggalkan aku, bagaimana dengan Zeyva dan jagoan kita? Aku tak akan bisa merawat mereka tanp

  • ISTRI Warisan Adik   48. Kita Bertemu Lagi

    Ruangan itu begitu hitam dan hampa, sunyi tanpa satu suara apapun.“Aku di mana?” tanya Hanna, kebingungan karena membuka mata yang terlihat hanyalah gelap, tak ada cahaya sedikitpun."Bunda."“Siapa itu?”Teriakan itu bahkan tak dapat Hanna lihat sumber orang yang memanggilnya, dia terus memandang kesana kemari tapi tak ada siapapun."Bunda."Sekali lagi teriakan itu terdengar, bukan suara Zeyva, tapi itu jelas suara anak perempuan dan entah kenapa Hanna merasa itu panggilan untuknya."Bunda."Tiba-tiba tangannya yang ditarik menyadarkan Hanna, ruangan gelap itu berubah jadi tempat yang begitu terang dan kini ada seorang anak perempuan yang sedang tersenyum dan menggengam tangannya.Cantik, senyumnya mirip seseorang, dia juga sedikit mirip putrinya Zeyva. Tapi mengapa justru Hanna malah seperti melihat dirinya saat kecil, anak ini sedikit mirip dirinya juga."Bunda." Sekali lagi anak itu meman

  • ISTRI Warisan Adik   47. Antara Hidup & Mati

    Hanna kini sudah masuk ke ruang ICU dan ditangani oleh dokter Tia yang sejak awal menangani Hanna, dengan Jefri yang menunggu dengan tak tenang.Hingga akhirnya Dokter Tia keluar dari ruang ICU setelah beberapa saat memeriksa Hanna dan Jefri segera mendekatinya, jelas untuk menanyakan keadaan Hanna."Bagaimana Dok, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Jefri tak sabar."Kita harus segera melakukan tindakan operasi pak Jefri, rahim Bu Hanna sudah tak kuat menampung bayinya. Pendarahannya juga tidak mau berhenti kami takut itu akan semakin membahayakan Bu Hanna dan bayinya," jelas dokter yang seketika membuat Jefri merasa tak berdaya."Lakukan dok, lakukan apapun. Tapi saya mohon selamatkan istri dan anak saya, selamatkan keduanya. Jangan minta saya untuk memilih lagi, karena istri dan anak saya keduanya berharga untuk saya," mohon jefri dengan air mata yang sudah tergenang di matanya."Kami akan berusaha pak Jefri, Anda tenang saja," ucap D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status