Share

7. Permintaan

Author: RESYARIN
last update Last Updated: 2025-04-29 22:25:15

"Keadaan tuan Jafran sangat parah, organ hati Tuan Jafran tertusuk besi dari mobil. Lalu dua rusuk tuan Jafran juga patah, yang satu mengenai sisi jantungnya dan yang satu mengenai paru-parunya. Kepalanyapun terluka cukup parah, keadaan Tuan Jafran benar-benar memprihatinkan."

"Astagfitulloh Jafran...."

Raungan Bunda Ayu terdengar pilu mendengar keadaan Jafran yang begitu parah. Jefri dan Ayah Danupun tak bisa berkata apapun saat ini.

"Kami tidak tahu apakah ini keajaiban atau memang tekad tuan Jafran yang tinggi. Biasanya keadaan separah itu banyak pasien yang tak bertahan lama, tapi Tuan Jafran masih cukup sadar. Kami pun tak bisa berbuat banyak saat ini."

"Apa maksud dokter? Adik saya pasti baik-baik saja. Jangan hanya bicara sembarangan. Lakukan apapun untuk adik saya, lakukan operasi sekarang."

Bentak Jefri yang muak mendengar perkataan Dokter tentang pendeknya harapan hidup seseorang. Mengingatkannya pada masa lalu, saat istrinya divonis hal yang sama.

"Kami memang bisa melakukan operasi, tapi banyak risiko dan kami harus meminta persetujuan sebagai perjanjian keluarga siap menerima hasil apapun dari operasi ini. Karna operasi ini tak main-main, apalagi dengan kondisi rusuk yang dekat dengan jantung, yang bahkan jika salah bergerak sedikit bisa melukai jantung tuan Jafran. Dan kita tak akan bisa mempunyai harapan lagi."

"Lakukan sekarang, lakukan apapun demi adik saya sembuh,” pinta Jefri.

Dia bahkan belum bertegur sapa lagi dengan adiknya saat mereka ribut minggu lalu dan sekarang keadaan adiknya seperti ini.

"Lakukan operasinya dok,” pinta Ayah Danu akhirnya setuju, bagaimanapun sekecil apapun harapan hidup anaknya. Setidaknya mereka sudah berusaha.

"Baiklah kalau begitu,” ucap dokter akhirnya.

"Dok, pasien sudah siuman dan meminta bertemu dengan keluarganya,” beritahu Suster keluar dari ruang ICU

"Saya akan mempersiapkan ruang operasi, silahkan keluarga untuk bertemu tuan Jafran sebelum dilakukan operasi,” titah Dokter.

Bunda Ayu mencoba menguatkan hatinya dan masuk ke ruangan ICU bersama sang suami yang terus menguatkannya.

Perban melilit di banyak tubuh anaknya. Kaki, perut, dada bahkan kepalanya dan bahkan perban itu penuh dengan darah, membuat Bunda Ayu rasanya tak sanggup melihat keadaan putranya.

"Jafran,” panggil Bunda Ayu dengan suara yang serak dan akhirnya air matanya luruh kembali.

"Bunda, jangan nangis,” cicit Jafran, dia paling tak suka melihat air mata Bundanya luruh.

"Kamu pasti bisa bertahan sayang,” ucap Bunda Ayu sambil menggenggam tangan Jafran dengan lembut.

"Anak Ayah pasti kuat,” ucap Ayah Danu mencoba tak ikut menangis.

"Maaf, belum bisa membanggakan kalian. Jafran sayang Ayah dan Bunda,” cicit Jafran dengan suara lemahnya.

Tubuhnya begitu terasa linu, walaupun rasa sakitnya tak terlalu terasa. Karna Jafran yakin obat penahan rasa sakit pasti diberikan padanya dengan dosis tinggi.

Dia ingat kalau dia bahkan telah melaju pelan saat dalam perjalanan pulang karna hujan deras, tapi truk di depannya menabrak mobil lain dan dia sudah berusaha mengelak tapi mobil dibelakangnya menabrak mobilnya dan membuat bagian depan mobilnya menabrak belakang truk besar itu.

"Jangan ngomong gitu, kamu kebanggaan kami Jafran, kamu lebih dari membuat kami bangga,” ucap Bunda Ayu sambil mencium tangan sang putra sayang.

"Bunda, Ayah, Jafran punya permintaan, boleh?" tanya Jafran dengan suaranya yang tercekat.

"Apa, Nak?” tanya Ayah Danu dan Jafran dengan perlahan memberitahukan apa permintaannya kepada kedua orang tuanya.

Bunda Ayu terus menangis saat keluar dari ruangan ICU, permintaan anaknya malah membuatnya semakin ketakutan saat ini.

"Jef, adik kamu pengen ngomong. Kamu masuk sekarang, sana,” titah Ayah Danu dan Jefripun masuk ke ruangan Jafran.

"Bang.” panggil Jafran dengan suara mencicit.

"Kamu pasti bakal sembuh dek,” ucap Jafran.

Jafran tersenyum, dia sangat rindu panggilan 'Dek' dari Kakaknya itu.

"Rasanya sakit banget, gak sanggup,” cicit Jafran, karena rasa sakit itu perlahan mulai Jafran rasakan, bahkan menggerakan tangannya sedikitpun dia butuh perjuangan.

“Bentar lagi kamu dioperasi, nanti pasti gak sakit lagi, kuat,” pinta Jefri, menggenggam tangan Jafran.

"Bang, boleh aku minta sesuatu dari abang?" tanya Jafran.

"Apa? Minta apa? Pasti abang kabulin."

Jefri tak akan mengecewakan adiknya lagi, Jefri janji akan mengabulakan keinginan adiknya.

"Tolong nikahi Hanna kalau aku——sampai meninggal."

Jafri seketika tertegun, kenapa harus permintaan seperti itu yang diminta adiknya.

"Kamu pasti sembuh, kamu yang bakal nikah sama dia."

Tapi gelengan kecil kepala adiknya membuat Jefri tertegun takut.

"Tolong gantiin aku buat jaga dan sayangin dia, Hanna gak punya siapa-siapa lagi. Zey juga butuh sosok ibu dan Hanna adalah wanita yang tepat menjadi ibu Zey dan dia juga pasti bisa jadi istri yang baik,” jelas Jafran susah payah.

Tapi keterdiaman Kakanya yang Jafran dapatkan sekarang, Jafran juga sadar kalau permintaannya ini pasti hal yang sulit Jefri kabulkan.

Jafran jadi ingat ,semalam tiba-tiba Zeyva datang ke kamarnya. Meminta untuk tidur bersamanya dan permintaan Zey semalam yang tak dapat dijawabnya dapat dia jawab sekarang.

"Om Jafran kenapa mau nikah cama Bunda Hanna?" tanya Zey tiba-tiba saat Jafran sedang mencoba menidurkannya.

"Bunda Hanna kamu itu baik, cantik dan Sholehah. Jadi Om mau nikah sama dia,” jawab Jafran.

"Ohh, Om ghimana kalau cali lagi adjah yah talon istli yang lain,” ucap Zeyva tiba-tiba.

"Eh, kok gitu?"

"Zey mo'on, bialin Bunda Hanna jadi Bunda Zey benelan,” pinta Zeyva pada Jafran.

"Hey, walaupun Bunda Hanna nikah sama Om. Kamu tetep bisa anggap Bunda Hanna Bunda kamu, nanti kamu tinggal sama Om sama Bunda Hanna,” bujuk Jafran pada ponakannya itu.

"Ndak mau, kacian Ayah. Ayah nanti cendilian, telus nangis diem-diem cambil liat foto Mama Zili."

Jafran tak tahu jika Kakanya masih menangisi Kakak iparnya sampai sekarang, memang secinta itu Kakaknya pada Kak Zilia, wanita cantik dan lembut yang mampu menaklukan hati dingin Kakaknya.

"Om kan ganteng, pasti banak yang cuka. Jadi boleh yah Bunda Hanna jadi Bunda Zey benelan. Bialin Bunda Hanna nya nikah cama Ayah, ya Om ya? Om Cali aja Tante yang yain, pleace,” pinta Zeyva dengan penuh harapan menatap Jafran dengan pandangan polosnya dan saat itu Jafran jelas tak bisa menjawab permintaan keponakannya itu.

Tapi sekarang Jafran akan mengabulkan keinginan Zeyva, karna Jafran merasa waktunya di dunia ini tak akan lama lagi dan dia akan memberikan apa yang keponakannya inginkan.

“Tolong, nikahi Hanna,” pinta Jafran sekali lagi membuat Jefri tertegun.

Dia ingin memastikan ada yang melindungi Hanna dan menjaganya, juga memberikan kebahagiaan pada keponakannya. Mau bagaimanapun nantinya hubungan Kakaknya dan Hanna, semoga mereka mendapatkan sebuah kebahagiaan, hanya itu harapan Jafran saat ini.

*

*

*

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI Warisan Adik   52. Sampai Akhir Hayat (TAMAT)

    40 tahun Kemudian Waktu tak terasa, sudah berlalu begitu cepat. Kini bahkan fisik Hanna dan Jefri sudah sangat jauh berubah, kulit mereka sudah mulai keriput dan bahkan rambut mereka sudah memutih. Mereka bahkan sudah tak bisa berlarian di taman menemani cucu-cucu mereka yang kini sudah mulai besar, dulu saat mereka masih kecil Jefri dan Hanna masih bisa menemani, kini mereka hanya bisa melihat dari jauh. “Rasanya begitu senang, setiap kali Zeyva dan Jafran pulang ke rumah ya Mas, membawa keluarga kecil mereka, karena akhirnya rumah kita jadi semakin ramai. Walau rumah Jafran ada di depan rumah kita menempati rumah Nenek dan Kakeknya yang telah tiada,” ucap Hanna. “Iya, rasanya memang berbeda dan terasa lengkap. Walaupun hidup berdua dengan kamu juga tetap begitu menyenangkan dan membahagiakan untukku. Aku tak salah memiliki partner terbaik dalam menjalani kehidupan ini,” ucap Jefri menggenggam tangan keriput Hanna. “Iya Mas, kamu juga partner terbaikku,” ucap Hanna dengan senyum

  • ISTRI Warisan Adik   51. Pergi Bersama

    “Sayang, kamu di mana?” teriak Jefri begitu dia masuk ke dalam kamar. “Di sini Mas, ada apa?” tanya Hanna yang menyahut dari lantai dua, karena dia baru saja menidurkan Jafran. Jefri segera saja berlari ke lantai dua dan saat menemukan istrinya yang juga menuju ke arahnya, Jefri langsung memeluk Hanna dengan erat. “Ya ampun, rasanya rindu sekali walau hanya tak bertemu 10 jam,” ucap Jefri, membuat Hanna menggulirkan matanya. “Belum seharian Mas,” ucap Hanna, lelah juga menghadapi kelakuan manja suaminya ini. “Mas, sudah ah lepas,” pinta Hanna, karena suaminya masih betah memeluknya hingga akhirnya kini melepaskan pelukannya. “Sayang, minggu depan kan hari jadi pernikahan kita yang ke tiga tahun.” “Iya, terus gimana? Mau adain acara, Mas?” tanya Hanna. “Enggak, aku sudah buat jadwal acara yang lebih bagus untuk merayakan hari pernikahan kita, nanti kita pergi ke sebuah negara,” ucap Cakra. “Ke mana, Mas?” tanya Hanna. “Ke sini.” Cakra memberikan sebuah kertas yang langsung H

  • ISTRI Warisan Adik   50. Keluarga Bahagia

    “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun Jafran, semoga panjang umur.” “Akkk, Abububu.” Jeritan khas bayi satu tahun itu terdengar, begitu melihat kue dengan lilin angka satu yang menyala di atas kue dan jelas membuatnya tertarik. “Selamat ulang tahun, Adek,” teriak Zeyva yang kini mencium pipi Jafran dengan gemas. “Aka kaka,” jerit Jafran tak suka karena dicium terlalu kuat di pipinya. “Selamat ulang tahun yang pertama jagoan, Bunda,” ucap Hanna mencium kening Jafran dan pipinya, membuat Jafran tersenyum selalu senang jika berada dengan sang Bunda. “Selamat ulang tahun jagoan posesif, yang gak mau banget berbagi Bunda sama Ayah,” ucap Jefri, mengelus kepala Jafran dan mencium pipinya. “Akh, yaya nono,” jerit Jafran, karena dia paling tak suka di cium Jefri yang memang kadang suka menggodanya dengan dagunya yang jelas bertekstur karena jenggot yang tumbuh. “Mas ih, senang banget goda Jafran,” kesal Hanna yang kini menglus pipi putranya yang duduk s

  • ISTRI Warisan Adik   49. Keajaiban

    "Hanna, bagimana keadaan Hanna?" tanya Jefri lirih, menatap Bunda Ayu dan Dokter Tia."Jefri, Hanna. Dia, hiks."Bunda Ayu tak melanjutkan perkataannya, dia langsung berhambur ke pelukan putranya dan menangis di sana.Jefri sendiri hanya terdiam kaku dengan pikiran buruknya dan tak lama suster keluar dari ruang operasi."Dok, pasien—."Belum selesai suster berkata Jefri segera melepaskan pelukan ibunya dan menyerobot masuk ke dalam. Dia seketika kaget melihat istrinya yang terbujur kaku dengan wajah yang begitu pucat."Hanna, sayang,” panggil Jefri lirih.Tapi tak ada jawaban apapun, hanya keheningan yang ada. Jefri langsung memeluk tubuh Hanna yang terbujur kaku, menangis di dada sang istri."Sayang, jangan. Jangan lakukan ini, jangan tinggalin aku. Aku mohon, hiks.” Tangis itu tak dapat Jefri bendung."Jangan tinggalkan aku, bagaimana dengan Zeyva dan jagoan kita? Aku tak akan bisa merawat mereka tanp

  • ISTRI Warisan Adik   48. Kita Bertemu Lagi

    Ruangan itu begitu hitam dan hampa, sunyi tanpa satu suara apapun.“Aku di mana?” tanya Hanna, kebingungan karena membuka mata yang terlihat hanyalah gelap, tak ada cahaya sedikitpun."Bunda."“Siapa itu?”Teriakan itu bahkan tak dapat Hanna lihat sumber orang yang memanggilnya, dia terus memandang kesana kemari tapi tak ada siapapun."Bunda."Sekali lagi teriakan itu terdengar, bukan suara Zeyva, tapi itu jelas suara anak perempuan dan entah kenapa Hanna merasa itu panggilan untuknya."Bunda."Tiba-tiba tangannya yang ditarik menyadarkan Hanna, ruangan gelap itu berubah jadi tempat yang begitu terang dan kini ada seorang anak perempuan yang sedang tersenyum dan menggengam tangannya.Cantik, senyumnya mirip seseorang, dia juga sedikit mirip putrinya Zeyva. Tapi mengapa justru Hanna malah seperti melihat dirinya saat kecil, anak ini sedikit mirip dirinya juga."Bunda." Sekali lagi anak itu meman

  • ISTRI Warisan Adik   47. Antara Hidup & Mati

    Hanna kini sudah masuk ke ruang ICU dan ditangani oleh dokter Tia yang sejak awal menangani Hanna, dengan Jefri yang menunggu dengan tak tenang.Hingga akhirnya Dokter Tia keluar dari ruang ICU setelah beberapa saat memeriksa Hanna dan Jefri segera mendekatinya, jelas untuk menanyakan keadaan Hanna."Bagaimana Dok, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Jefri tak sabar."Kita harus segera melakukan tindakan operasi pak Jefri, rahim Bu Hanna sudah tak kuat menampung bayinya. Pendarahannya juga tidak mau berhenti kami takut itu akan semakin membahayakan Bu Hanna dan bayinya," jelas dokter yang seketika membuat Jefri merasa tak berdaya."Lakukan dok, lakukan apapun. Tapi saya mohon selamatkan istri dan anak saya, selamatkan keduanya. Jangan minta saya untuk memilih lagi, karena istri dan anak saya keduanya berharga untuk saya," mohon jefri dengan air mata yang sudah tergenang di matanya."Kami akan berusaha pak Jefri, Anda tenang saja," ucap D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status