Aku langsung terdiam menikmati sarapan di depannya. Setelah selesai, dia menitipkan kotak bekal untuk kubawa ke kantor."Ini bekalnya, bang. Kalau tidak dimakan kasih OB kantor saja," ucapnya enteng."Jangan lupa bawa kotak bekalnya pulang." Astagfirullah, ini aku yang pelit atau dia sih. Kotak bekal diharuskan bawa pulang."Jangan sampai kotak bekalnya hilang, ini kotak bekal limited edition." Diih, kotak bekal apa, sih, yang mahal. Akal-akalannya si Alya ini mah."Iya, cerewet!" ketusku."Biar aku tidak dianggap korupsi oleh manager bank, makanya kusiapkan bekal. Untuk nota belanja tiga puluh hari kedepan aku akan buat rinciannya," jawabnya lagi.Lebih baik aku segera ke kantor. Makin mumet aku di rumah olehnya. Seperti biasa tampilannya kembali
"Aku akan membawa Deswita ke rumah," ucapnya begitu enteng. Di dunia ini ada yang memiliki ego yang tinggi termasuk Dave Abimanyu. Kadang egonya yang tinggi membuat dia selalu memiliki alasan agar orang di dekatnya sedikit terluka.Aku yang tidak pernah merasakan cinta dan dekat dengan laki-laki menganggap hal itu justru lucu. Lebih tepatnya sifat ke kanak-kanakan. Kita lihat saja sampai kapan dia bertahan dengan egois yang dimiliki.Cukup diam saja memiliki laki-laki yang unik dan pelit ini. Sekelas manager bank begitu sangat perhitungan. Itu mungkin yang membuatnya cepat naik jabatan.Kadang keadaan membuat orang berubah. Aku tipe orang yang cuek, jika orang lain tidak suka tak perlu aku paksa untuk menyukaiku. Setiap orang berhak atas kenyamanan hidupnya dan aku tipe orang yang jika orang tidak suka aku tinggalkan. Kita perlu hidup aman dari orang-orang
Ibu dengan melotot mengintrogasi kami. Tangan Deswita terus gemetar, entah apa yang dibisikkan oleh Alya."Hei, Dave! Sepertinya kamu harus segera dikeluarkan dari daftar keluarga dan semua wasiat. Bisa-bisanya baru nikah satu Minggu kamu mau nikah lagi!" Ibu sudah seperti polisi dan kami tahanannya."Eh, kamu juga gatel sekali jadi wanita. Aku tahu tongkronganmu sering ke club malam. Iya 'kan?!"Deswita terus menunduk. Dia sama sekali tak berkutik, apalagi memandang Alya yang ada di sampingnya. Hebat sekali si Alya tanpa ada rasa empati dia santai minum segelas kopi dan cemilan yang dibuatnya. Bahkan bajunya terlihat rapi dan wangi padahal tadi pagi dia kembali ke asalnya menggunakan training dan jilbab instan."Ma ...af Tante, pak Dave memaksaku kesini. Biarkan aku pulang, tante." Deswita begitu gelagapan. Eh, maksdunya? Buk
Alya membawa bekal lalu duduk di sofa ruanganku. Kulihat Fery mengusir karyawan yang mengintip. Mati aku digosipin. Kenapa juga Deswita bisa nekat seperti tadi. Geli dan ngeri aku melihatnya."Lain kali kalau kencan jangan di ruangan kerja, ada banyak pasang mata yang harus kita jaga. Aku rasa seorang Dave Abimanyu telah berjuang mempertahankan posisi dan jabatannya untuk sampai sejauh ini." Dia dengan santai menasehatiku sambil membukakan bekal."Aku tidak ingin dicap sebagai istri yang korupsi makanya aku bawakan bekal," sambungnya lagi. Aku bahkan sampai dibuat terhipnotis olehnya."Makanlah ... biar kotak bekalnya aku bawa pulang, sekalian kotak bekal kemarin aku bawa juga."Setelah membukakan bekal dia duduk manis, selama nikah aku tidak pernah melihatnya bermain ponsel. Apa dia juga tidak punya ponsel? Kenapa semak
Alya melepas pelukanku. Sekarang baru terasa malunya, apa aku terlalu baper dengan kejadian hari ini hingga aku tak peduli dengan harga diriku. Alya memandangku dengan tatapan heran. Bukankah tadi adegan yang paling romantis antara suami istri."Sepertinya Abang perlu dirukiyah, aneh aku rasa." Dia menggelitik heran melihatku. Astaghfirullah itu murni Alya perasaanku padamu, masak tidak bisa dibedakan."Aku ke kamar dulu, Abang lanjutkan saja makannya. O, ya Jan lupa hapus dulu air matanya. Geli aku lihat," sambungnya. Duuh, mau ditaruh dimana wajahku ini, bisa-bisanya si Alya meledekku. Malunya minta ampun.Aku membasuh muka lalu secepat kilat ke kamar melihat Alya, entah mengapa aku takut dia pergi."Sebelum pergi temani aku makan dulu.""Aku sudah makan, bang. Sebelum kesini.""Temani aku. No debat!" Alya menghela nafas lebih dalam. Aduh, mengapa aku jadi begini, apa aku terlihat memalukan. Setelah mencari barang yang akan dibawa ke hotel, Alya menemaniku makan."Sendokin aku maka
Pak haji sudah siap ingin merukiyahku. Mati aku, bagaimana caranya menjelaskan bahwa itu hanya akal-akalan Alya saja."Maaf pak haji, sepertinya pak haji salah alamat, disini tidak ada namanya pak Dave." Dia melihatku dari atas sampai bawah."Ini memang anda pak Dave, bahkan foto baju yang pak Dave pakai dikirim oleh istri pak Dave." Astagfirullah Alya, bisa-bisanya dia memotretku."Aku kembaran pak Dave, oke? Tak ada paksaan bagi yang tidak ingin dirukiyah 'kan, pak haji.""Tapi ...."Secepat kilat aku menutup pintu agar pak haji pergi. Astaghfirullah ada-ada saja Alya ini, masak dia memanggil perukiyah ke rumahku. Alya bahkan mengirim foto dengan pakaian yang kugunakan.Malam ini aku tidur sendiri dengan banyak rasa di hatiku. Jengkel, mara
"Mas Dave kenapa?" tanya Nirani heran yang melihatku melepas pelukannya dengan paksa."Istriku melihatmu memelukku.""Mas Dave sudah menikah?""Iya, baru sepuluh hari." Nirani menutup mulut tak percaya."Ini tidak mungkin, bukannya Mas Dave sangat mencintaiku?""Itu, dulu, Nirani. Sekarang aku mulai belajar menerima istriku." Aku melepas tangan Nirani lalu berlari mengejar Alya yang entah kemana rimbanya.Mengapa rasanya dadaku begitu sakit. Apa pernikahanku akan kandas? Alya tidak mungkin akan mempertahankanku. Apalagi ini yang sudah kedua kali aku menyakitinya.Meliha
"Aku telpon mas berapa kali, tapi tidak diangkat." Luar biasa sekali Nirani, ternyata dia lebih berani dari Deswita."Aku Nirani, mbak." Dia mengulurkan tangan ke Alya."Saya Alya. Maaf tangan saya bekas basuh kepiting agak amis," jawabnya santai. Aduh mengapa pula ini jantung terasa copot. Namun, si Nirani mentalnya sangat berani."Oh, gak masalah, mbak." Nirani berubah seratus delapan puluh derajat. Entah apa dia datang ke rumah, padahal aku sudah katakan padanya punya istri."Bang, ajak tamunya, aku siapkan minuman terlebih dahulu." Alya menuju ke arah dapur lalu berhenti di dekatku dan berbisik, "Abang cocok dengannya, semoga aku tidak khilaf menambah minumannya dengan sianida." Astaghfirullah Alya. Apa yang akan dilakukan Alya terha