Mobil hitam yang membawa Abe dan Ayman akhirnya memasuki pekarangan cukup luas dan ditumbuhi banyak bunga-bunga serta pohon cemara. Di depan rumah, terlihat laki-laki dan wanita paruh baya sedang berdiri menyambut kedatangannya. Mobil pun berhenti tepat di depan mereka dan tak berapa lama pintu kursi penumpang terbuka. Dua orang pria dewasa dengan tinggi yang sama juga tegap melangkahkan kakinya menghampiri sosok yang lebih tua dari mereka sambil melempar senyum.
“Selamat datang, Den!” ucap pria baya itu sambil tersenyum ramah diikuti sang wanita di sebelahnya.
“Terima kasih, Ki, Mbok. Kenalkan, ini sepupu saya satu-satunya, namanya Ayman,” ucap Abe lembut memperkenalkan Ayman kepada keduanya. Dengan yakin, Ayman langsung mengulurkan tangan kanan ke arah keduanya yang langsung menyambut penuh bahagia.
“Ayman, satu-satunya cowok yang gantengnya bisa ngalahin Abe,” seru Ayman dengan wajah menyebalkan andalannya membuat mereka mengulas senyum,
“Saya Ki Mamet dan ini istri saya, Mbok Inem. Semoga Den Maman betah di sini ya!” seru Ki Mamet berharap hal yang paling baik menurutnya.
“Buset dah! Sejak kapan Ayman jadi Maman?” kaget Ayman dengan sebutan baru yang baru didengarnya. Abe dan yang lain hanya tersenyum, terlebih Abe yang senyumnya terlihat mengarah pada senyuman mengejek. Iya, mengejek karena bahagia lebih tepatnya.
“Maman? Boleh juga sih! Ok deh, Ki. Besok kita bikin nasi tumpeng untuk meresmikan nama baru saya, dan semoga nama itu membawa berkah serta diminati banyak cewek-cewek cantik. Amin!” cerocos Ayman panjang kali lebar dan ternyata sudah ditinggalkan oleh Abe yang sudah masuk ke dalam rumah sambil menarik kopernya dengan santai.
Sambil menggerutu tak jelas, Ayman akhirnya menyusul masuk diikuti oleh Ki Mamet dan Mbok Inem yang hanya mampu mengulas senyum. Sedikit banyak, Abe sudah menceritakan rencana kedatangannya hari ini, tepatnya seminggu yang lalu. Selain itu, Abe juga sudah menceritakan tentang sepupu resenya yang bernama Ayman akan ikut berkunjung serta segala sikap konyolnya.
Hari semakin larut dan udara malam terasa semakin dingin menusuk tulang. Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam. Abe dan Ayman terlihat sedang di ruang kerja mengerjakan berkas yang harus diperiksa. Terlalu sibuk mereka hingga tak sadar jika Mbok Inem mengetuk pintu dan masuk mengantarkan teh panas serta camilan. Ayman melihat kudapan yang dibawa Mbok Inem langsung menghentikan kegiatannya dan kini sibuk menikmati tanpa memperdulikan Abe yang nampak khusyuk melihat layar komputer.
“Den Abe benar-benar khusyuk kalau sedang kerja ya, Den?” kata Mbok Inem melihat Abe tak ada tanda-tanda tergiur dengan harum pisang goreng yang dibawanya.
Ayman memutar bola matanya ke arah Abe, dan benar, Abe tak bergeming. Bahkan, seolah matanya lupa untuk berkedip kecuali ada semut nakal masuk ke mata tajamnya yang selalu melotot.
“Abe memang begitu, Mbok. Pekerja keras sampai lupa waktu. Makanya Tante Ana sering memarahinya karena jam kerja Abe yang hampir 20 jam dalam sehari,” terang Ayman sambil terus mengunyah pisang goreng di tangan kanannya.
“Kuat banget ya, Den. Kalau datang ke sini pun lebih banyak di ruangan ini, dan hanya sesekali jalan sore jika ada waktu senggang. Itu pun sendirian karena tak ingin ditemani,” terang Mbok Inem lagi dengan pandangan tak putus melihat Abe yang seperti menulikan telinganya dengan dunia luar.
“Begitulah, Mbok. Hari-harinya cuma untuk kerja dan kerja. Makanya, sampai sekarang dia tak punya pacar. Padahal banyak sekali wanita cantik nan sexy antri untuk sekedar dicolek sedikit oleh Abe. Namun, jangankan dicolek, Mbok, dilirik pun tidak. Hufff!” papar Ayman menjabarakan perihal Abe sesuai fakta yang ada.
“Wanita-wanita itu pada sakit hati dong diabaikan Den Abe?” tanya Mbok Inem.
“Pastilah, Mbok. Abe tuh judes kalau bicara, apalagi dengan hal yang dia tak sukai. Selain itu, dia juga tak pandang bulu. Tak perduli orang tersebut pria atau wanita, jika dia tak suka, ya galak macam singa ingin makan,” sahut Ayman dengan bahu bergidig.
Mbok Inem melihat Ayman dengan terampilnya memaparkan semua yang diketahuinya tentang Abe, terutama perihal wanita dan hanya tersenyum simpul. Tak heran pikirnya karena selama mengenal Abe, Mbok Inem memang tak pernah melihatnya membawa seorang wanita. Jangankan membawa dan memperkenalkan wanita, menyebut nama seorang wanita saja tak pernah kecuali nama ibunya, Mariana.
“Saya tuh rada-rada curiga, Mbok, Jangan-jangan Abe tak suka wanita, melainkan suka sejenis gitu!” seru Ayman mulai mengeluarkan analisisnya yang selama ini dia pendam. Kening Mbok Inem berkerut seketika mendengar ucapan Ayman dan bergeser mendekat, ikut duduk di sampingnya.
“Suka sejenis bagaimana maksudnya, Den? Mbok kurang paham!” tanya Mbok Inem yang penasaran sekaligus memang tak paham dengan arah pembicaraan Ayman.
“Iya, Mbok. Maksud saya, jangan-jangan Abe itu ada kelainan, maksudnya suka ke sesama jenis, pisang makan pisang, ngertikan?” jelas Ayman dengan raut wajah menyakinkan demi meracuni pikiran Mbok Inem yang lurus.
Sontak mata Mbok Inem yang sedikit sipit membulat sempurna, lalu melirik ke arah Abe yang tak bergeming karena sibuk menatap layar komputer. Mbok Inem terdiam dan hanya mampu melihat Abe dengan pantulan cahaya menerpa wajah tampannya diiringi suara keyboard terdengar begitu cepat diketik oleh sepuluh jarinya yang sudah terampil.
“Hushh ... tak mungkin Den Abe sepeti itu, Den. Jangan bicara sembarangan! Tak baik menuduh saudara dengan hal kejam begitu!” seru Mbok Inem memukul bahu Ayman yang dibalas kekehan.
“Hahahaha ... intermezo, Mbok, biar gak tegang. Coba tuh lihat Abe, dari tadi mirip patung, sejak tadi saya diabaikan,” gumam Ayman mencibir.
Mbok Inem hanya tertawa geli melihat dua pria tampan dengan dua kepribadian yang bertolak belakang. Yah, walaupun sering cekcok, tapi jauh di dalam hati, mereka saling menyayangi satu sama lainnya.
“Mbok, sudah malam. Mending tidur saja, jangan dengarkan setan bokep ceramah! Ajarannya tak ada yang benar, semuanya menyesatkan.” Tiba-tiba suara Abe terdengar mengalihkan keduanya yang sedang berbisik membicarakannya. Keduanya hening seolah lupa untuk bernafas dan saling pandang.
“Aku bukan setan bokep, Be, tapi fans bokep. Itu dua hal berbeda, jadi jangan samakan!” sahut Ayman membenarkan julukannya.
“Sama saja! Sama-sama bokep toh!” balas Abe yang kini menghentikan kegiatannya dan menatap Ayman tajam.
“Iya iya, aku memang bokep. Mau nonton gak, kebetulan ada film baru nih! Bisa jadi referensi buat olahraga malam,” sahut Ayman semakin jadi dan semakin menyesatkan.
Mbok Inem hanya menghela nafas lelah, lelah melihat keduanya mulai adu mulut. Perlahan Mbok Inem bangkit dari duduknya sambil membawa nampan yang sudah kosong, dan bergegas meninggalkan keduanya yang hanya diam menatap kepergian Mbok Inem tanpa pamit.
“Tuh kan. Kamu sih bawa-bawa bokep!” seru Ayman memarahi Abe.
“Yang menjabarkan bokep kamu, gundul. Bukan aku!” bantah Abe lagi.
Ayman tak membalas lagi dan meneruskan makan pisang goreng. Melihat betapa nikmatnya Ayman makan, Abe bangkit dari singgasananya dan menghampiri Ayman untuk bergabung makan pisang goreng ala Mbok Inem yang tak ada tandingan. Keduanya makan dalam keheningan dan terdengar rintik hujan mulai turun membasahi bumi.
“Aku mau bicara serius. Bisa?” tanya Ayman dengan suara pelan dengan raut serius. Abe menoleh menelisik wajah Ayman yang jarang serius dan setelah yakin jika Ayman dalam mode serius, Abe menganggukkan kepalanya.
“Kamu kapan kenalin Tante Ana calon menantu?” ucap Ayman. Abe bergeming dan tetap melanjutkan kunyahannya.
“Tempo hari, Tante Ana sempat bilang jika dia ingin kamu menikah dan tidak sibuk dengan pekerjaan saja,” lanjut Ayman lagi. “Kamu tak kasihan dengan Tante Ana? Dia ingin memiliki seorang menantu dan cucu.”
Tak ada jawaban dan hanya helaan nafas pelan terdengar lirih beradu dengan suara hujan yang turun semakin lebat diiringi kilatan petir. Menunggu dengan setia Ayman mengunyak pisang goreng sambil menatap wajah Abe yang nampak tenang.“Susah cari wanita pengertian, Man. Selama ini, wanita mencoba mendekat dan hanya menginginkan status sosial serta uang semata yang aku punya, sedangkan aku bukan mencari yang seperti itu. Aku juga ingin menikah, tapi sulit. Wanita sekarang rela membuka kedua kakinya demi uang. Kalau pun tidak, mereka rela melakukannya dengan kata yang disebut “Cinta.” Aku cari wanita yang bisa menjaga dirinya dengan baik hanya untuk suaminya,” papar Abe panjang lebar membuat Ayman menguap mendengar curhatannya.“Panjang banget sih permintaanmu, Be. Mana ada wanita seperti itu jaman sekarang. Wanita yang pernah aku pacari saja sudah tidak perawan lagi. Kalau pun ada, mungkin berasal dari pedesaan seperti di sini,” sahut A
“Hai, cewek cantik!”Sebuah suara bariton terdengar dari sebuah mobil dengan jendela kacanya dibuka. Ayumi yang melihatnya hanya diam tanpa mau perduli dan tetap mendorong sepedanya. Namun, pnaggilan genit dari pengendara di mobil tersebut bukannya berhenti malah semakin gencar menggodanya. Mendapati perlakuan demikian, tiba-tiba rasa cemas menggelayut di hati Ayumi, terlebih jalan yang dilalui kini telah sepi, dan di depannya jalan yang terlihat gelap tanpa penerangan, kecuali karena cahaya bulan yang kebetulan purnama. Dengan berat hati, Ayumi menghentikan langkahnya yang mulai gemetar.“Kalian siapa?” suara Ayumi berusaha tetap tenang dan tak kasar membalas sapaan genit pria tak dikenalnya.“Kami kumpulan cowok ganteng, manis. Sini masuk, kita siap anterin ke mana pun kamu pergi, bahkan ke surga sekali pun,” sahut pria yang ada tepat di sebelah Ayumi berdiri.“Surga dunia maksudnya, hahaha ...,” sambung p
Bersama para pekerja dan tim, saat ini Abe sedang memantau lokasi pendirian hotel. Sejak siang hari, Abe sudah berada di sana bersama Ayman. Namun, karena ada sedikit urusan mendesak, Ayman terpaksa undur diri dan meninggalkan Abe yang berencana akan menginap di bangunan hotel yang sudah jadi, dan memang sengaja dibuat untuk peristirahatan Abe jika berkunjung ke sana.Sejauh ini, pembangunan hotel tidak memiliki kendala yang berat dan berjalan sesuai rencana. Kalaupun ada, hal itu masih bisa diatasi dengan baik. Selain itu, bangunan hotel yang sudah rampung sekitar 50% dan benar-benar sudah terlihat indah di bagian belakangnya, di mana sebuah taman luas sudah ditumbuhi pepohonan dan bunga serta terasa sejuk nan memanjakan mata.Waktu sudah menunjukan jam 11 malam. Abe terlihat baru selesai berendam air hangat dan berganti pakaian untuk bersiap tidur. Sambil menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil, Abe meraih handphone yang dia letakkan di atas nakas untuk membaca
Berdiri sebentar, Abe mengayunkan langkahnya ke dalam rumah. Dia yakin benar jika ada orang yang datang dan masih berbincang di dalam. Selangkah memasuki pintu, tiba-tiba Abe dikagetkan oleh Ayman beserta lainnya yang muncul dengan tiba-tiba.“Eh, Be!” ucap Ayman menyapa lebih dulu sebagai pengalihan rasa cemasnya yang ketahuan Abe karena telah mendatangkan tamu tanpa seizinnya.Berkerut kening, Abe tak menjawab dan menatap kedua teman Ayman yang baru datang mengekori Ayman penuh selidik. Keduanya tampak sep
Waktu sudah menunjukkan jam 3 dini hari. Ayman dan lainnya sedang menuju arah pulang karena membatalkan rencana ke kota karena teringat dengan gadis tak dikenal yang diculik Adit dan Kiki, serta mereka tinggalkan di kamar. Melaju dengan kecepatan penuh, Ayman mengendarai mobil jeep seperti seorang sopir ingin buang hajat membuat yang lainnya berteriak karena ketakutan.“Anjirr, Man, pelan-pelan kamvrettt!” omel Adit yang duduk di sebelah Ayman yang mengemudi ugal-ugalan.“Diam lo, jangan banyak bacot.
Dengan tubuh kaku, Ayman berdiri menatap ke arah ranjang besar di depannya. Matanya menelisik tajam melihat pakaian berserakan di lantai dan bergulir pelan ke atas ranjang besar di mana nampak seorang pria dan wanita terbaring di sana. Seorang pria yang tak lain adalah Abe terlihat begitu pulas tertidur layaknya orang kelelahan, dan berbanding terbalik dengan seorang wanita yang meringkuk di tepi ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya.Tak berapa lama, duo kadal buntung sampai dan berdiri tepat di samping Ayman yang hanya bungkam. Keduanya melihat Ayman seperti sedang melihat hantu dan menggeser pandangan ke arah apa yang Ayaman lihat. Perlahan mata mereka yang awalnya biasa kini berubah melotot sempurna mendapati pemandangan yang sejak tadi tak diharapkannya. Namun, harapan tinggallah harapan. Apa yang mereka khawatirkan telah terjadi.“Gue kata juga apa, Man. Pasti Abe yang minum!” gumam Adit menarik lengan baju Ayman yang masih terpaku.“S
Setelah semuanya beres dan tak meninggalkan jejak apa pun, ketiga trio gundal gandul itu bergegas meninggalkan rumah Abe. Semua lampu di dalam rumah sudah dimatikan seolah Abe sudah mengecek kondisi rumah dengan baik sebelum dia beranjak tidur. Mobil membawa tubuh Ayumi tak sadarkan diri langsung bergerak meninggalkan pekarangan yang kembali sepi. Kiki melajukan mobil dengan kecepatan penuh, di sebelahnya tampak Adit sesekali melirik pada Kiki yang tentu merasa jika Kiki mengendarai mobil tergesa-gesa."Ki, hati-hati bawa mobilnya, anjir. Gak lucu kalau kita mati nyemplung ke jurang dalam keadaan belum kawin!" gerutu Adit yang berpegangan kuat pada pintu mobil."Lo diam saja, kupret. Kalau pelan-pelan gak keburu, bentar lagi warga mulai pada bangun!" beo Kiki menjawab kepanikan Adit."Baru jam 3, anjirr!" sambar Adit lagi."Heh, blegug. Ini tuh pedesaan alias pegunungan. Warganya rajin bangun pagi, kagak kayak kita dari kota yang tidur tengah malam
Ayman melajukan mobilnya kembali menuju tempat di mana dia telah meninggalkan Ayumi terbaring di sebuah gubuk bambu. Sesampainya di sana, waktu sudah menunjukkan jam 05.30 waktu setempat. Suasana perkebunan yang semula gelap gulita sudah mulai terang dan nampak para warga memulai aktifitasnya masing-masing. Dari kejauhan, Ayman bisa melihat gubuk bambu di mana Ayumi berada tengah dikerumuni beberapa warga, hingga beberapa saat sebuah mobil tiba dan membawa tubuh Ayumi. Memberanikan diri, Ayman turun dari mobilnya dan menghampiri warga untuk sekedar bertanya."Permisi, Pak. Ada apa ya, kok ramai-ramai?" kata Ayman menyapa seorang pria paruh baya bersama seorang wanita yang diduga istrinya."Ada gadis dibuang dan sepertinya korban pemerkosaan karena hanya mengenakan selimut yang dibungkus seperti kepompong!" jawab bapak paruh baya itu."Gadisnya cantik banget lagi, tapi untungnya pelaku masih berbelas kasih menutupi tubuhnya dengan selimut tebal, ya, Pak!" sambar sang w