Share

IYM 4

Author: Pupe Maelani
last update Last Updated: 2021-06-08 10:29:45

Tak ada jawaban dan hanya helaan nafas pelan terdengar lirih beradu dengan suara hujan yang turun semakin lebat diiringi kilatan petir. Menunggu dengan setia Ayman mengunyak pisang goreng sambil menatap wajah Abe yang nampak tenang.

“Susah cari wanita pengertian, Man. Selama ini, wanita mencoba mendekat dan hanya menginginkan status sosial serta uang semata yang aku punya, sedangkan aku bukan mencari yang seperti itu. Aku juga ingin menikah, tapi sulit. Wanita sekarang rela membuka kedua kakinya demi uang. Kalau pun tidak, mereka rela melakukannya dengan kata yang disebut “Cinta.” Aku cari wanita yang bisa menjaga dirinya dengan baik hanya untuk suaminya,” papar Abe panjang lebar membuat Ayman menguap mendengar curhatannya.

“Panjang banget sih permintaanmu, Be. Mana ada wanita seperti itu jaman sekarang. Wanita yang pernah aku pacari saja sudah tidak perawan lagi. Kalau pun ada, mungkin berasal dari pedesaan seperti di sini,” sahut Ayman sesuai fakta yang dia temui selama ini karena teman ranjangnya sudah biasa dengan sex.

“Pasti ada, Man. Cuma ya harus selektif, tak seperti kamu yang wanita jenis apa pun dilahap,” ucap Abe dengan mata melirik sinis.

“Hahahaha ... Sa ae kamu! Aku tuh suka wanita berpengalaman, bisa siap pakai di mana pun. Cukup kedipkan mata, mereka langsung paham deh! Sesudahannya kasih duit, beres! Makanya, kamu tuh harus cobain, Be. Enak loh goyang dombret. Minimal sekali deh biar tahu rasanya surga dunia, enyoy deh!” hasut Ayman yang otaknya mulai dipenuhi pikiran kotor.

Mendengar rayuan setan bokep dari Ayman, Abe hanya menghela nafas panjang. Tentu Abe sangat paham dengan kebiasaan Ayman sebagai penikmat ONS selama ini. Lebih tepatnya sejak merasakan sex pertama kali saat kuliah bersama temannya.

“Tapi aku mau coba cari cewek di desa ini, Be. Siapa tahu ada yang bikin hatiku kepincut. Pasti mereka semua masih polos dan rapat. Kebetulan aku belum pernah merasakan yang masih perawan gitu!” gumam Ayman mulai berpikir yang aneh-aneh.

“Jangan macam-macam, Man. Jangan cari masalah di sini. Kalau ingin senang-senang, lebih baik kamu angkat kaki, dan pulang ke Jakarta, lalu lampiaskan semua hasrat bejatmu ke wanita di sana, tapi jangan di sini!” ancam Abe dengan rahang mengeras serta mata tajam yang menusuk.

“Kidding, Be, kidding!” sahut Ayman menghindari aura jahat yang mulai mucul di wajah Abe yang berubah garang.

Abe pun tak berkata lagi dan menikmati pisang goreng yang tak terasa telah habis. Kopi yang disajikan oleh Mbok Inem pun telah ludes, dan kini terlihat Ayman yang mulai menguap karena kekenyangan. Sedangkan Abe, dia terlihat belum mengantuk sama sekali, dan justru matanya terbuka sempurna menatap layar komputer kembali untuk meneruskan pekerjaannya yang beberapa saat tertunda oleh pisang.

“Be, aku tidur dulu ya. Sudah tak tahan, kantuk!” ucap Ayman dan hanya dibalas anggukkan.

Ayman dengan gontai meninggalkan Abe sendirian yang tengah bergelut dengan laporan. Hujan di luar terdengar begitu deras, namun belum ada tanda-tanda Abe ingin menyudahi kegiatannya tersebut, hingga waktu menunjukkan jam 1 dini hari, dan akhirnya Abe mematikan komputernya untuk siap menyusul Ayman yang telah tidur nyenyak bersama mimpi-mimpi basahnya.

Keesokkan harinya, Abe yang tidur terlambat justru sudah bangun pagi-pagi dan terlihat sedang berlari kecil di halaman depan. Setelah berputar sekitar 20 putaran, Abe terlihat duduk santai di teras sambil meminum air lemon yang dibuatkan oleh Mbok Inem. Dari kejauhan, Abe bisa melihat jika warga sekitar mulai sibuk berlalau lalang memulai kegiatannya masing-masih yang melewati kediamannya. Abe tahu, jika 1 km ke utara dari rumahnya terdapat sebuah pabrik tekstil yang lumayan besar, dan dijadikan mata pencarian warga sekitar. Tepatnya, pabrik itu adalah milik salah satu warga sekitar keturunan Indo-China, dan hasil produksinya biasa dijual di Tanah Abang bahkan di ekspor.

Di sudut lain, Ayumi mengayuh sepedanya perlahan menuju tempatnya bekerja. Kebetulan, hari ini sepeda tak digunakan oleh ibunya sehingga bisa dia gunakan kali ini. Beriringan, Ayumi mengayuh sepeda dengan buruh lainnya dan melewati kediaman Abe yang begitu besar nan mewah di daerah tersebut. Warga sekitar tentu tahu siapa pemilik rumah itu sejak pembangunannya tersebut, siapa lagi kalau bukan ibu dari Abe, Mariana.

Mariana dikenal oleh warga sekitar dengan baik. Walaupun berasal dari kota, tapi dia tidak sombong dan justru sangat ramah kepada warga sekitar, bahkan tak malu berbelanja ke pasar bersama Mbok Inem serta menyapa warga.

“AYYYY!!!”

Terdengar teriakan dari arah belakang Ayumi yang sedang sibuk mengayuh pelan sepedanya. Perlahan orang yang memanggilnya berhasil menyamakan laju Ayumi hingga berdampingan.

“Ay, hari ini kamu ambil jam lembur tidak?” tanya Tiwi yang duduk membonceng bersama Ita.

“Ambil, aku lagi butuh uang tambahan buat ibu,” jawab Ayumi menoleh sebentar.

“Kamu, Ta?” tanya Tiwi lagi.

“Aku gak bisa, ibu minta antar kondangan nanti malam ke kampung sebelah,” sahut Ita yakin.

“Ayu sendiri dong ambil lembur?” gumam Tiwi menantap lesu ke Ayumi.

“Tak apa, aku sudah biasa lembur tanpa kalian,” jawab Ayumi tersenyum.

“Iya juga sih! Kenapa tiba-tiba aku jadi mikirin kamu ya, Ay?” seru Tiwi heran dengan perasaannya yang tiba-tiba memikirkan Ayumi.

Ayumi hanya membalas dengan senyum manis yang terus terukir, menatap kedua temannya yang sudah dikenalnya sejak kecil. Sepanjang jalan, Tiwi tak henti-hentinya memperhatikan Ayumi dan terlihat fokus mengayuh sepedanya yang terlihat tua. Tak biasanya Tiwi merasa khawatir kepada Ayumi serta firasat buruk yang begitu terasa di hati Tiwi saat itu. Tidak! Tiwi berusaha menepis semua kekhawatirannya atas Ayumi. Pikiran positif terus ditanamkan kuat di hatinya hingga 10 menit kemudian, mereka sampai di lokasi pabrik berada dan bergegas masuk karena jam kerja sudah dimulai.

Waktu terus berlalu dan jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam waktu setempat. Tandanya jam lembur di pabrik yang diikuti Ayumi sudah berakhir. Bersama beberapa buruh lain, Ayumi meninggalkan area produksi menunju tempat di mana dia meletakkan sepeda tuanya. Beberapa orang terlihat meninggalkan Ayumi yang kini memandang lemah sepedanya.

“Ay, kenapa? Kok lesu?” tanya seorang pria seusianya yang sudah siap akan mengayuh sepeda.

“Ban belakangnya kempes!” sahut Ayumi memelas.

“Kempes? Ya sudah bonceng denganku saja. Sepedamu biarkan saja, besok baru diambil,” sahut pria itu menawarkan bantuan.

“Tidak usah, aku pulang jalan kaki saja sambil dorong sepeda. Sekalian mampir di bengkel Mang Sanim. Semoga masih buka,” tolak Ayumi yakin.

“Ya sudah kalau begitu. Aku duluan ya!” ucapnya yang kemudian berlalu pergi.

Setelah keperdian orang itu, Ayumi mulai mendorong sepedanya perlahan meninggalkan area pabrik yang telah sepi. Di sepanjang jalan, hanya beberapa kendaraan yang masih berlalu lalang, tapi tak ada rasa takut sedikit pun yang menggelayut di hati Ayumi, hingga sekitar 500 meter setelah meninggalkan area pabrik, langkah Ayumi terhenti oleh sebuah mobil yang berhenti di sampingnya.

“Hai cewek cantik!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 40

    Tangannya menggenggam erat benda panjang yang masih lembek dengan ujung masih runcing, tapi lembut. Perlahan gerakan pada mulutnya terhenti, bahkan terlepas dari benda bulat nan besar serta keras yang sejak tadi dia emut kasar seperti tuyul kehausan."Pisang?" gumamnya menebak dengan mata mendongak menatap wanita cantik yang ada di bawahnya dengan dress yang sudah berantakan sedang mendesah keenakan."Kenapa berhenti? Sedot lagi!" rengek wanita itu manja dan menggoda. Kiki menggeleng keras dan dengan cepat melepas pisang jadi-jadian yang digenggamnya serta bangkit dari tubuh wanita itu sambil bergidig.'Hueeek hueeek'Kiki mendadak mual terlebih ketika matanya menangkap pisang yang tadi masih sedikit lembek kini sudah mengacung di balik semvak berwarna merah senada dengan dress yang wanita itu kenakan. Kiki bergidig dan tanpa menoleh, tangannya langsung menyentuh handle mobil agar bisa keluar dan jauh-jauh dari dedemit yang menyamar untuk menggodanya."Sialan, gue nyedot nenen siluman

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 39

    Seminggu akhirnya dilewati dan dua jam lalu, Abe serta Ayman sudah terbang ke Kalimantan ikut penerbangan pagi. Saat ini, Ayumi sedang di kamarnya mengambil pakaian kotor untuk segera dicuci oleh Bik Tina. Sesampainya di ruang kotor, tampak dia sudah menggiling pakaian di mesin cuci dan sedang menjemur sebagian yang sudah dicuci."Letakkan saja di situ, Neng!" kata Bik Tina menoleh pada Ayumi yang baru datang.Ayumi hanya tersenyum dan meletakkannya sesuai permintaan. Langkahnya pelan menuju teras di mana Mariana sedang duduk santai membaca koran. Mengulum senyum, Ayumi pun menghampirinya dan duduk berhadapan."Oya, Nak. Abe banyak kasih wejangan tidak saat berangkat tadi?" tanya Mariana penasaran akan otak lemot anaknya."Tidak, Ma. Kak Abe hanya bilang agar Ayu tak keluar rumah sendirian dan menyerahkan kartu ATM tadi," jawab Ayumi apa adanya."Hmm, begitu toh. Kirain tak kasih uang untuk istri yang ditinggalkan. Mau Mama pecat jadi anak kalau dia pelit dengan istri!" ujar Mariana m

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 38

    Menunggu setengah jam, akhirnya Ayumi tiba sambil membawa nampan berisi teh panas. Dengan hati-hati, Ayumi meletakkannya di meja. Sedangkan, Abe terus memandang Ayumi yang tak menatapnya sedikit pun, berbeda dengan Mariana yang sumringah sepanjang hari."Duduk di sini, Nak!" ucap Mariana menepuk kursi di sebelahnya.Ayumi mengulas senyum dan duduk di sebelah Mariana dengan tatapan Abe tak pernah lepas darinya. Setelah duduk, Ayumi membuang pandangannya pada layar tv yang kini sedang menayangkan film asing."Ma, minggu depan Abe akan ke Kalimantan bersama Ayman untuk seminggu. Mama di sini saja bersama Ayumi!" kata Abe membuka pembicaraan dan seketika mata Ayumi beralih pada Abe yang sudah menantinya sejak tadi."Iya dong. Kebetulan Mama sedang tak ada jadwal urus ina inu dan bisa dikerjakan di rumah. Kalau pun ada, bisa Mama kerjakan dari rumah," jawab Mariana santai. Ayumi yang tak paham hanya menyimak. Walaupun Abe sudah urus perusahaan, tapi Mariana masih memantau dan sesekali ikut

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 37

    Sekitar jam 9 malam, Ayman dan Cindy akhirnya keluar apartemen. Lebih tepatnya apartemen milik Cindy yang ada di kawasan Depok. Cindy adalah dokter kandungan yang bekerja di sebuah rumah sakit dan termasuk dari bagian Bakkas Group alias milik keluarga Abe serta ada Ayman tentunya. Cindy berasal dari keluarga sederhana, di mana orang tuanya adalah seorang PNS dan tinggal di Bandung. Kecerdasan Cindy telah mengantarkan dia hingga pada posisi ini dan terus merangkak naik karena telah memiliki beberapa restoran di beberapa kota yang dipantau oleh orang tuanya kini. Setiap akhir pekan, Cindy kadang pulang ke rumah orang tuanya di Bandung. Bahkan, Ayman sudah beberapa kali datang berkunjung."Cin, kamu yakin mau bawa mobil ke rumah sakit?" tanya Ayman yang berjalan di samping Cindy."Iya. Memang kenapa?" sahut Cindy."Enggak sekalian saja aku yang antar. Kebetulan searah denganku!" lanjut Ayman lagi."Gak usah. Aku bawa mobil saja, kebetulan besok mau langsung pulang ke Bandung." Ayman meno

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 36

    Abe memanggil nama Ayumi dengan lidah teramat keluh. Biasanya dia akan dengan cepat menjawab panggilan Abe, tapi tidak kali ini. Ayumi diam dan tak menoleh. Ayumi justru sibuk meraih handuk kecil di kepala dan menggosoknya pelan. Abe yang merasa diacuhkan tak marah sedikit pun dan hanya menghela nafas berat karena sang istri benar marah kali ini."Ayumi!" panggil Abe lagi. Tanpa menjawab, Ayumi hanya menoleh. Di wajah itu, Abe bisa melihat gurat sedih tercetak akibat ucapannya tadi. Abe mendadak bungkam dan hatinya terasa sesak melihat wajah Ayumi yang menatapnya kosong."Aku ke dapur dulu bantu Bik Tina masak makan malam," ucap Ayumi pelan dan bangkit dari duduknya meninggalkan Abe yang mematung."Apa begini rasanya sakit diabaikan?"****Di sebuah kamar, terdengar desahan yang saling bersahutan. Jam dinding baru saja menunjukkan jam 7 malam, tapi dua anak manusia tanpa ikatan asik mengais lendir haram sudah didapatinya sejak sejam yang lalu."Ah … lebih cepat …," pinta seorang wanit

  • ISTRIKU YANG MALANG   IYM 35

    Dengan raut menyesal, Abe memandang kepergian Ayumi yang melewatinya. Ingin sekali Abe meraih tangan Ayumi dan memeluknya erat untuk membisikkan kata maaf di telinganya. Namun, itu hanyalah niat semata karena tak Abe lakukan, dan justru menatap kepergiannya tanpa kata."Aku bodoh!" gerutu Abe menjambak rambutnya yang sudah acak-acakan.Langkahnya sampai pada pintu kamar mandi dan membukanya pelan. Aroma sabun dan shampoo Ayumi menyeruak tajam pada indra penciumannya. Abe menarik nafas panjang dan melepasnya lelah. Perlahan tangan berotot yang tadi sempat menjamah tubuh Ayumi dia pandangi dengan sendu. Telapak tangan itu sudah menyentuh tubuh Ayumi yang sudah halal baginya justru dia hinakan dalam keadaan sadar."Aku bukan suami yang baik!" gumam Abe menatap nanar telapak tangannya yang besar. Abe memejamkan matanya. Masih bisa dia rasakan kulit halus Ayumi yang dia sentuh dan muncul desiran aneh di hatinya serta membuat alat vital di antara kedua pahanya menggeliat. Mata Abe terbuka l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status