Share

Bab.6

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2022-07-15 16:02:04

Hari ini aku bangun terlambat. Saat terbangun tadi, kulihat sudah jam setengah 8. Sudah tidak mungkin lagi aku berangkat ke pabrik. Mungkin semalam makanku terlalu banyak, sampai aku tidur terlalu nyenyak. Mungkin juga Farida sudah membangunkan ku, tapi karena tidurku kadang seperti kerbau, maka susah sekali dibangunkan.

Aku lantas menyetel televisi sambil menikmati segelas susu jahe. Farida sudah sibuk di warungnya. Membersihkan meja dan kompor, serta menyiapkan bahan untuk berjualan nanti.

Melihatku bangun kesiangan seperti ini, biasanya Farida akan menyuruhku membantunya. Mengupas bawang, memblender bumbu, merebus tulang ayam, menyapu, mengepel, atau apa saja yang menurutku bukan pekerjaan lelaki.

Tapi tidak pagi ini, melihat ku bersantai di depan televisi begini, ia tidak manja lagi kepada ku. Ia justru sibuk sendirian.

Aku mengucek siaran televisi, tidak ada yang seru untuk ditonton.

"PAKET!" Terdengar teriakan pengirim paket. Sepertinya paket yang kupesan tiba hari ini.

"Mas, paket," ucap Farida. Ia menyodorkan bungkusan paket padaku.

Aku menerimanya. "Iya, Dek."

"150 ribu, Mas," sambungnya.

"Belum dibayar, Dek?"

"Belumlah! Mana uangnya, Mas? Biar aku berikan pada kurirnya," ujar Farida.

"Mmm … pakai uangmu dulu, Dek,"

"Apa? Itukan paket pesanan, Mas. Kok aku yang bayar?"

"Sebentar saja, Dek. Nanti Mas ganti uangnya! Mas belum ambil uang di ATM."

"Ihh!" Farida menghentakkan kakinya dan masuk ke kamar. Tak lama ia keluar lagi dan membayar uang paketnya.

Cepat ku buka bungkusan paket yang ku terima barusan. Isinya kaos polos berwarna navy berlengan panjang. Pas, sesuai dengan foto. Aku langsung menuju kamar dan memakainya.

Aku mematut diri di depan cermin. Pas sekali baju yang kupesan ini di tubuhku. Wajahku tampan. Hidung mancung. Kulitku juga bersih. Beruntunglah Farida mendapatkan suami rupawan sepertiku.

"Dek, Mas ke ATM dulu!" pamitku pada istriku. Ia sedang memainkan ponselnya di kursi ruang tamu.

"Hemmm," jawabnya malas.

***

Aku keluar dari ATM yang berada di dekat tempat perbelanjaan. Lalu berjalan menuju parkiran motor. Seketika, aku melihat seseorang yang amat aku kenali.

Perempuan memakai blouse lengan pendek dan celana jeans. Rambutnya di kuncir sehingga memperlihatkan leher jenjangnya. Ia baru saja keluar dari tempat belanja. Aku memperhatikannya, di tangannya terdapat dua kresek putih besar. Ia lalu memainkan ponselnya, sepertinya sedang memesan taksi online.

Aku masih memperhatikannya dari tempat parkir. Tak berselang lama, sebuah mobil putih mendekatinya. Kemudian ia memasukkan belanjaannya ke dalam mobil dan ia pun turut masuk. 

Mobil kemudian melaju, lekas aku mengikutinya dari jarak aman. Setelah dua puluh menit, mobil putih tersebut berhenti di pinggir jalan. Perempuan tadi lalu turun. Ia lalu masuk ke dalam sebuah gang yang hanya bisa dilewati motor.

Ingin aku mengikutinya, tapi aku bisa ketahuan. Lebih baik aku pulang saja.

***

Sesampainya di rumah, kulihat Farida sedang ada pembeli. Aku lalu masuk, duduk di kursi ruang tamu dan menyandarkan punggungku. Seketika ingatanku melayang pada perempuan yang tadi ku ikuti.

Rindu. Seorang perempuan yang sudah memporak-porandakan hatiku begitu hebat. Perempuan yang ku coba lupakan dengan berbagai cara. Perempuan yang meninggalkanku di acara lamaran tiga tahun lalu. Perempuan yang sudah membuatku malu.

Kenapa dia bisa ada di kota ini lagi? Bukankah dia sudah pindah jauh dari kota ini? Di saat aku sudah bisa melupakannya, dia malah muncul sesuka hatinya. Seketika hatiku merasakan nyeri yang disertai debaran. Menyebalkan!

Tiba-tiba, Farida sudah duduk disebelah ku.

"Dek, ini uang bulan ini." Ku serahkan 15 lembaran uang merah.

Farida menerimanya. "Mas, kok masih segini? Uang ganti paket tadi mana?"

"Nanti itu Mas ganti, tenang saja!" ucapku.

"Sekarang, Mas! Itu uang buat puter modal!" ucapnya menekan.

"Ya, ampun, Dek. Uangmu masih banyak, Mas pinjam juga cuma 150."

"Itu uang buat belanja, Mas! Lagian Mas jadi lelaki kok seneng banget sih pesen online? Aku saja yang perempuan begini, jarang sekali belanja online begitu!"

"Ya, gimana lagi, Dek? Barangnya bagus-bagus, sesuai dengan yang di foto."

"Ya, sudah, sini ganti uangku, Mas."

"Aduh, Dek! Mas di ATM cuma ambil segitu, kamu gak percaya?" Aku berdiri, merogoh saku celana jeans ku. 

"Mas nyebelin!" gerutunya. 

Farida hendak beranjak dari duduknya. Cepat aku mencegahnya. "Sebentar, Dek!"

"Kenapa lagi Mas?" tanyanya.

"Mas mau bicara."

"Bicara apa, Mas? Mas mau tambahin uang bulanan?"

"Bukan."

"Terus apa?"

"Gini, Dek. Mas minta, kamu jangan deket-deket lagi sama si Mila, Dek"

"Maksudnya, Mas?"

"Ya, maksud Mas, kamu cari temen yang lain. Kan ada Naira, Defi, mending kamu deketin mereka, jangan Mila, Dek."

"Memang kenapa sih, Mas? Mila udah anggap aku kayak adiknya sendiri. Mila itu baik, aku kenal Naira, kenal Defi, itu juga karena awalnya dikenalin sama Mila, Mas!"

"Memang kamu gak merasa aneh sama dia?"

"Aneh gimana sih, Mas?"

"Ya, dia kan lebih tua dari kamu, Dek. Tapi sampai sekarang, dia belum menikah. Apa kamu gak merasa aneh, Dek?"

"Aku gak ngerti maksud, Mas! Selama ini aku dan Mila berteman baik, Mas. Kenapa tiba-tiba, Mas minta aku jauhin Mila?"

"Dek, Mila itu orangnya gampang marah. Makanya sampai sekarang, dia itu belum nikah juga. Lelaki saja takut mendekatinya, semua temannya perempuan. Mas belum pernah melihat teman laki-laki main ke rumahnya. Kayaknya Mila … gak suka lelaki, Dek!"

"Astaghfirullah! Mas kalau ngomong jangan sembarangan! Enak saja menilai orang seperti itu! Mila itu perempuan baik-baik, Mas. Meskipun Mila memang mudah sekali marah, tapi sebenarnya dia baik. Mas saja yang tidak mengenalnya lebih jauh!"

"Untuk apa Mas mengenalnya lebih jauh, Dek? Mas itu lebih dulu tahu Mila daripada kamu. Mas tahu orang seperti apa Mila itu."

"Kalau memang Mas tahu Mila lebih dulu, Mas tidak akan menilai dia seperti itu!"

"Lihat! Lihat dirimu, Dek! Lihat dirimu sekarang yang berani melawan Mas! Dulu, sebelum kamu dekat dengannya, kamu adalah istri Mas yang sangat penurut. Tidak pernah berani melawan Mas!"

"Harusnya, Mas lihat diri Mas sendiri! Jangan menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada diri istri, Mas! Harusnya, Mas yang menyadari diri Mas! Bukan menuduh Mila yang tidak-tidak!"

"Kenapa harus Mas yang sadar diri? Mas sudah menjadi suami yang bertanggung jawab buat kamu, Dek. Seharusnya, kamu yang mendengarkan perintah suamimu, Dek!"

"Perintah seperti apa yang harus aku turuti, Mas? Memangnya, Mila sudah melakukan apa padaku? Sampai Mas menyuruhku menjauhinya?"

"Lihat! Kamu sekarang jadi istri yang pandai membantah kata-kata suami!"

"Ah! Terserah! Ngomong tuh sama tembok!" sentaknya seraya pergi.

Aku mengusap wajahku dengan kasar.

Ah, Rida!

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Gila yah sama sekali ndak perdulian. Buat apa ke pasar malam klo diajal ini itu ndak mau cm sebatas nganter doank. Kayu mn kayu biar w ketok palanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 46

    (Ending)POV Risfan************"Bu Riana belum sadarkan diri, Pak. Denyut jantungnya semakin melemah. Doakan yang terbaik untuk istrinya, Pak!" Seorang perawat wanita mengabariku tentang kondisi Riana. Lalu ia pergi meninggalkanku sendiri.Sebulan yang lalu, Riana melahirkan lewat operasi. Kini, bayiku tengah tergolek lemah dalam inkubator. Aku tengah melihatnya dari luar lewat kaca besar ini. Aku mengusap ujung mataku yang berair.Aku menatap lekat bayi mungil itu. Bayi lelaki yang lahir prematur dalam usia 7 bulan. Setelah berusaha sekuat yang aku dan Riana mampu, Riana akhirnya dinyatakan hamil di usia pernikahan ke-3 tahun. Kondisinya saat hamil sangat lemah. Ia diharuskan bedrest dan tidak boleh terlalu lelah. Semua pekerjaan rumah, aku yang turun tangan.Setelah operasi selesai, Riana tak sadarkan diri. Ia mengalami perdarahan hebat. Hatiku mencelos melihat kondisinya dan juga kondisi bayiku. Apa yang bisa kulakukan agar aku bisa segera mendekap mereka? Setiap saat aku tak hent

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 45

    POV RisfanAku mematut diri di depan cermin. Pantulan wajahku terlihat begitu menawan dengan tuxedo hitam yang kupakai saat ini.Aku sudah mengikhlaskan Farida dengan Malik. Keikhlasan itu, Tuhan ganti dengan mengirim seorang gadis jelita yang kini akan menjadi pendamping hidupku.Tuhan memang begitu baik pada setiap hamba-Nya. Tuhan memberiku pelajaran yang amat berharga. Kehilangan Farida, kehilangan uangku, motor, dan pekerjaan. Tuhan benar-benar menegurku yang sudah dzolim pada Farida dulu.Sekarang aku akan melepas masa sendiri ini. Kali ini, aku tidak asal-asalan lagi seperti dulu aku terburu-buru menikahi Safira. Pernikahanku kali ini, direstui kedua kakakku dan mereka sudah hadir dari seminggu yang lalu untuk membantu mengurus persiapan pesta pernikahanku.Aku akan menggelar pesta pernikahan di aula hotel di kota ini. Gadis yang aku nikahi, bukan gadis sembaranganan. Dia anak dari pemilik perusahaan jasa ekspedisi tempatku bekerja.Satu tahun aku bekerja di sana. Kinerjaku ya

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 44

    POV Risfan*****Aku sudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan jasa ekspedisi, namun ditempatkan di cabang yang baru. Tempatnya hanya berupa ruko 3 tingkat. Lantai bawah sebagia tempat pelayanan. Lantai dua berfungsi sebagai kantor dan paling atas hanya roof top.Entah kebetulan atau apa, cabang baru yang menjadi tempatku bekerja ternyata bersebrangan langsung dengan ruko Farida. Saat pertama kali bekerja aku langsung menyadarinya. Namun, ruko Farida tutup satu minggu lamanya dan aku baru ingat. Kalau kemarinnya Farida menikah dengan Malik.Tentu saja caffe-nya tutup selama satu minggu. Pastinya mereka sedang berbulan madu. Memasuki minggu kedua aku bekerja, barulah caffe Farida dibuka.Setelah rukonya ditempati kembali, aku yang bekerja di lantai dua, sesekali tak sengaja, mendapati Malik dengan mesranya memeluk Farida di teras lantai dua.Bukan hanya hati yang panas tapi mata pun turut panas. Rasanya lahar air mata ingin menyembur keluar andai tak dikendalikan. Mereka tidak mengetah

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 43

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.43POV MalikAku bersama istriku sudah kembali ke kota. Aku dan Farida kini tinggal di ruko dua lantai yang pembayarannya diangsur selama 3 tahun.Aku pun sudah mulai bekerja kembali di pabrik setelah masa cuti selesai. Farida sudah mulai membuka caffe-nya kembali dan berjualan seperti biasa.Aku bekerja di bagian gudang. Gajiku hanya sebesar 3,8 juta per bulannya. Kalaupun dapat bonus, maka menjadi 4,2 juta saja. Cukup jauh dibanding gaji Risfan dulu yang seorang staff apalagi Santo yang sebagai Kepala Produksi. Namun, berapapun itu, aku selalu mensyukurinya.Seperti biasa, aku bangun pukul 3 dini hari. Setelah ibadah sunnah kadang aku tidur lagi kadang pula kuat hingga subuh tiba. Seperti sekarang, selesai salat tahajjud 2 raka'at, aku lantas merendam pakaian dalam ember. Tentunya pakaianku juga Farida. Sesudah 10 menit direndam, aku mulai mencucinya secara manual.Katanya sih, Farida saat masih dengan Risfan mengambil kredit satu mesin cuci. Namun, ba

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 42

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.42POV MalikAku membuka mata pelan. Kudapati sosok istriku masih terlelap di sampingku dengan selimut menutupi tubuhnya. Bukan, bukan hanya tubuhnya, tapi tubuhku juga.Kuraba ponsel di atas nakas, pukul 3 dini hari dan kuletakan kembali. Setelah kesadaranku penuh, ku pungut baju yang terserak di bawah tempat tidur lalu memakainya.Cepat aku ke kamar mandi dan mensucikan diri. Aku sudah tidak perjaka lagi. Namun, sungguh aku bahagia. Keperjakaan ini, aku lepas bersama bidadariku.Selesai membersihkan diri dan berpakaian yang bersih. Aku lalu menggelar sajadah dan menunaikan shalat sunnah tahajjud.Setelah salam, aku menengadahkan kedua tangan."Ya Allah … kutitipkan segenap rasa yang tumbuh dan selalu bermekaran untuk istriku ini kepada-Mu.""Teguhkan rasa cinta ini di atas agama-Mu … anugerah kan dalam keluarga kami, keturunan yang saleh dan salehah.""Di ridhoi-lah rumah tangga yang mulai kami bina ini. Jadikanlah aku, imam yang mampu menuntun makmumn

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 41

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.41POV Malik*******Selesai shalat shubuh, aku kembali ke rumah Emak mertua. Pabrik memberikan cuti satu minggu dan aku berencana kembali ke kota hari Sabtu nanti.Jadi, aku akan menikmati masa pengantin dengan istri cantikku di kampung. Karena cuaca di kampung sangat dingin. Pas untuk pasangan pengantin baru sepertiku.Seperti sekarang, aku tengah duduk menghadap tungku api. Hangat bukan?Malam pertama semalam, ku lewati dengan tidur saling memeluk sampai subuh tadi. Belum beranjak ke adegan lebih dewasa. Keperjakaan ku masih tersegel.Rumah Emak mertuaku ini sama seperti rumah Emak. Bagian depan rumah ini sudah berdinding tembok dengan lantai keramik.Namun untuk bagian dapur, dinding dan alasnya masih dari belahan bambu atau biasa disebut 'palupuh'. Memasak juga masih menggunakan tungku kayu bakar. Kompor gas hanya yang satu tungku, dan kadang-kadang digunakan. Kamar mandi juga masih berada di luar.Farida tiba-tiba masuk ke dapur, ia lalu menuangka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status