Share

Jerat Miranda

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-21 04:45:24

"Bu Aminah, lihat Ibu dan istri saya gak?" tanya Agus pagi itu.

"Loh, Ibu dan istrimu masih belum juga ketemu?" tanya Bu Aminah.

"Iya, Bu, dari kemarin sore masih juga belum ketemu, padahal saya udah mencari kemana-mana."

Setelah itu Agus kembali melaporkan pada RT RW setempat, kemarin laporannya tidak langsung ditanggapi karena mereka menghilang baru beberapa jam. Setelah itu Pak RT dan Pak RW langsung mengerahkan para warga untuk membantu mencari keberadaan Bu Lisna juga menantu perempuannya.

Setelah lama mencari hingga sore hari, Bu Lisna dan menantunya itu masih juga belum ditemukan. Bahkan warga sekitar tak menyadari saat mereka pergi.

"Semua pakaian istri saya hilang, sementara di kamar Ibu saya berantakan, tempat perhiasannya hilang, lalu celengannya pecah," ujar Agus.

Dari penuturan lelaki berusia 30 tahun itu Pak RT dan para warga menyimpulkan bahwa Netti kabur, tapi sebelumnya ia menghilangkan Bu Lisna terlebih dahulu.

Tiba-tiba seorang lelaki berlari terbirit-birit dengan wajah ketakutan.

"Kamu kenapa?" tanya Pak RT.

"Tadi saya melewati area pemakaman angker lalu saya mendengar suara teriakan minta tolong, ya saya langsung kabur aja," ujar lelaki itu dengan napas ngos-ngosan.

Area pemakaman angker yang dimaksud adalah area pemakaman keluarga berkewarga negaraan Belanda yang telah lama terbengkalai. Menurut keterangan warga, di tempat itu sering ditemukan penampakan wanita berwajah Belanda yang sedang menangis di atas kuburan.

"Sereeem!" ujar para warga saat mendengar penuturan lelaki tadi.

"Ayo kita semua kesana, jangan-jangan itu ibu saya!" ujar Agus.

Awalnya Pak RT juga para warga merasa ngeri jika harus masuk ke area pemakaman itu, tapi karena Agus terus memaksa akhirnya mereka bersedia untuk membantunya. Setibanya disana, semua mata langsung terbelalak saat melihat sesosok wanita bertubuh gempal berambut panjang tengah terkulai lemas dengan keadaan terikat di sebuah pohon besar samping makam angker.

"Wewe gombeeeel!" teriak para warga yang langsung melompat ketakutan.

"Itu Ibu saya," ujar Agus sembari berlari menghampiri ibunya yang tampak semakin lemas.

Agus langsung melepaskan ikatan ibunya.

"Agus, akhirnya kamu datang," ujarnya dengan suara yang suara parau karena selama sehari semalam terus berteriak minta tolong.

Setelah itu Agus dibantu para warga langsung membawa ibunya pulang. Setibanya di rumah, Bu Lisna mengaku bahwa semua itu perbuatan menantunya, Netti.

"Bagaimana caranya Netti menculik Bu Lisn, sementara tubuh Bu Lisna kan gemuk banget, sementara si Netti kan kurus?" tanya Bu Aminah yang tak percaya dengan penuturan Bu Lisna.

"Kemarin sore dia bilang menemukan karung berisi uang di makam angker, tapi dia gak berani ngambil sendirian. Makanya dia ngajak saya, tapi setibanya di makam itu, saya langsung dibekap dengan sapu tangan beraroma obat bius, saat sadar saya sudah diikat di pohon." Bu Lisna menceritakan apa yang terjadi padanya sembari berlinang air mata.

"Makanya Bu, jadi orang jangan tamak, kena batunya, kan."

"Bu Aminah benar-benar gak ada empatinya, selama satu hari satu malam saya diikat di kuburan angker, gak makan gak minum, saya teriak-teriak sampai suara serak, malahan saya sampai ngompol di celana karena melihat penampakan yang menyeramkan."

Beberapa diantara mereka langsung merasa iba dan bergidik ngeri saat mendengar penuturan Bu Lisna.

"Saya bukan gak punya empati, tapi si Netti itu menantu yang sangat baik, penurut dan pendiam, dia sampai tega melakukan itu karena terlalu tertekan sama suaminya juga Bu Lisna," ujar Bu Aminah.

"Menantu dzalim dia itu, jangan dibela." Para tetangga menyahut.

"Coba kalian pikir, bagaimana perasaan kalian kalau anak perempuan kalian bernasib seperti si Netti, gak dinafkahin, tapi malah disuruh cari nafkah sendiri, lalu uang hasil jualan nasi uduk diminta juga sama Bu Lisna. Selain itu saya sering melihat wajahnya babak belur, kemungkinan si Agus dan Bu Lisna melakukan KDRT."

Setelah Bu Aminah bicara panjang lebar, akhirnya semua orang langsung terdiam. Termasuk Agus juga ibunya.

"Pak RT, apa saya perlu melaporkan tindakan Netti pada polisi?" tanya Agus.

"Laporkan saja, Gus, tapi saya yakin kamu dan ibumu juga akan masuk penjara dengan pasal KDRT dan tidak menafkahi istri." Bu Aminah menyahut.

Sementara Agus dan ibunya kembali tertunduk malu saat mendengar ucapan Bu Aminah. Setelah itu semua orang langsung berangsur meninggalkan rumah itu.

Setibanya di rumah, Bu Aminah menceritakan semuanya pada suami juga kedua anak gadisnya. Mendengar penuturan Bu Aminah, Pak Arman hanya diam dan tak berani bicara karena takut istrinya mengungkit masa lalu, karena dirinya juga keluarganya pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Agus.

"Seharusnya orang kayak si Agus dan ibunya itu dihilangkan dari muka bumi ini, kesel ibu kalau lihat kasus kayak gitu," ujar Bu Aminah sembari mengepalkan tangannya.

"Maafkan ayah dan keluarga ayah di masa lalu ya, Bu, tolong jangan ungkit kesalahan kami," ujar Pak Arman yang langsung sadar diri sebelum istrinya mengatakan apapun.

"Ini pelajaran buat kalian, Retha dan Risa, nanti kalau cari suami itu harus yang bertanggung jawab, terus ibunya juga harus waras. Jangan sampai kalian mengalami nasib seperti ibu."

Kedua anak gadisnya hanya terdiam mendengarkan penuturan ibunya, mereka langsung bergidik saat membayangkan apa yang dialami Netti, tetangga mereka. Sementara itu Pak Arman hanya bisa ikhlas saat istrinya terus mengungkit masa lalunya, istrinya mungkin bisa memaafkan kesalahannya tapi tak dapat melupakan luka di hatinya.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Miranda mendatangi Rudi ke kantornya saat ia hendak pulang.

"Siapa itu Rud, cantik banget?" tanya beberapa teman kantornya saat melihat Miranda.

Rudi tak menanggapi ucapan teman-temannya lalu bergegas menghampiri wanita berkaki jenjang yang tengah berdiri disamping mobilnya.

"Ada apa, Mir?" tanya Rudi.

"Yuk masuk ke mobilku! Ada hal yang ingin aku bicarakan."

"Tapi motorku gimana?"

"Ya udah kalau gitu temani aku ke rumahku."

"Emangnya disana gak ada siapa-siapa?"

"Seperti biasa suamiku berada di luar kota, sementara kedua anakku menginap di rumah orangtuaku. Pembantu juga satpam sedang pulang kampung untuk menikah."

Rudi tampak bersemangat mendengar penuturan Miranda, ia lalu bergegas menuju motornya. Sementara Miranda langsung melajukan mobilnya diikuti oleh motor Rudi.

Beberapa waktu kemudian, mereka telah tiba di sebuah rumah besar. Rudi tampak sangat bersemangat karena dirinya sudah sangat merindukan belaian wanita. Istrinya yang baru 3 minggu sejak melahirkan masih belum bisa memberikan apa yang ia inginkan.

"Ayo masuk, Rud!" ujar Miranda sembari menggandeng tangan Rudi hingga membuat dada lelaki itu semakin berdebar.

"Rud, kamu mau minum apa?" tanya Miranda sembari mendekatkan duduk dan mendekatkan dadanya dengan posisi menantang.

"Susu, eh, kopi susu boleh gak?" Rudi tampak berkeringat saat memperhatikan bagian tubuh Miranda yang membuat jiwa kelalakiannya meronta-ronta.

"Tunggu ya," ucap Miranda dengan nada manja hingga membuat tubuh Rudi semakin gemetaran.

Sementara itu Bu Aminah merasa dadanya terasa berdebar-debar, ia tak bisa diam dan panik secara tiba-tiba.

"Apalagi yang dilakukan anakku, ya Allah," gumamnya sembari mengelus dada karena tiba-tiba memikirkan Rudi.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Ending

    Sri mengetuk pintu kamar Ferdi setelah yakin semua orang telah meluncur jauh meninggalkan rumah itu."Iya, Sri, ada apa?" tanya Ferdi sembari membuka pintu kamarnya.Tiba-tiba Ferdi terbelalak saat melihat Sri yang hanya mengenakan lingerie, bahkan ia juga membawa flogger dan borgol milik Ferdi yang dulu ia gunakan untuk menyiksa Miranda."Kenapa semua barang itu ada padamu? Bukankah dulu aku telah menyuruhmu untuk membuangnya?""Den Ferdi pasti sudah lama tidak main game, aku mau kok memenuhi fantasi Den Ferdi," ujarnya sembari membusungkan dada dan berpose menantang.Seketika Ferdi langsung meremas kepalanya sendiri yang tiba-tiba terasa sakit, bayangan saat dirinya mencari kepuasan terhadap Miranda dengan cara menyiksanya kembali muncul."Sri! Sebenarnya apa yang kamu lakukan," ucapnya dengan gigi yang menggemeretak, sementara api emosi membuncah dalam dada."Aku tahu kok, Den Ferdi gak berani melampiaskan fantasi liar Den Ferdi sama Non Anisa, karena Den Ferdi gak bisa melihat ora

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Sri Ulat Bulu

    Bab 39"Buka pintunya, Nett!" Rudi menggedor pintu rumah kontrakannya, sementara Netti langsung tidur dan tak memperdulikan teriakan suaminya."Netttti!" Rudi terus berteriak hingga tenggorokannya sakit."Nettti! Aku mau ke toilet, aduh gak kuat!" Rudi terus menggedor pintu sembari berteriak memanggil nama Netti, tapi istrinya itu sudah merasa muak untuk melihat wajah suaminya. Seandainya ia masih memiliki orangtua, ia pasti sudah kabur ke rumah orangtuanya."Gak dibukain pintu, ya, Mas?" tanya ibu-ibu yang tak sengaja lewat."Iya, Bu, istri saya baperan.""Istrinya yang baperan atau Mas Rudinya yang jelalatan?"Mendengar itu wajah Rudi seketika memerah karena malu, gegas ia menuju motornya lalu tancap gas menuju rumah orangtuanya."Ngapain kamu kesini?" tanya Bu Aminah saat melihat kedatangan putranya yang tampak lesu."Netti gak bukain aku pintu, Bu.""Loh, kenapa? Pasti kamu bikin ulah lagi?""Sebenarnya aku ketahuan selingkuh.""Astaghfirullah, Rud, kamu kok gak ada kapoknya." Bu

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Netti Menendang Kaki Rudi

    #38"Ngapain sih, Sri? Akhir-akhir ini kamu kok kayak cacing kepanasan gitu!" bentak Ferdi dengan wajah masam."Saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara saya sendiri, apalagi kedua orangtua Den Ferdi sangat baik sama saya.""Ya sudah kalau gitu, tapi jujur saja saya gak nyaman saat kamu memegang-megang pundak saya.""Saya minta maaf, Den, kalau gitu silahkan diminum kopinya."Ferdi langsung meraih secangkir kopi yang Sri buat, lalu menyeruputnya. "Ngapain kamu masih berdiri disana! Cepetan masuk!" bentaknya dengan wajah masam.Namun, tiba-tiba Ferdi menguap dan merasa sangat mengantuk, hingga tiba-tiba ia terkulai lemas di sofa. Senyum Sri langsung mengembang, lalu ia langsung mendekati Ferdi."Bangun, Den," bisiknya sembari menggoyangkan pinggang Ferdi.Namun, Ferdi tak juga bangun. Lalu Sri menaruh sebelah tangan Ferdi di lehernya dan berniat untuk memapahnya."Ngapain kamu?" tanya Anisa yang keluar dari kamarnya karena berniat mengambil air."Itu, Non, Den Ferdi tiba-tiba p

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Tak Juga Jera

    Bab 37"Jenn, apa kamu sudah berkeluarga?" tanya Rudi pada karyawati baru di tempat kerjanya saat mereka tengah makan siang."Jujur saja saya janda, Pak.""Wanita secantik kamu, bagaimana bisa jadi janda?" Rudi mulai mengeluarkan gombalan mautnya."Suami saya itu anak mami, dia gak punya pendirian, dia selalu mendengarkan ucapan ibunya yang toxic, sementara ibunya seolah merasa tersaingi dengan kehadiran saya.""Kamu belum kenal sama ibu saya. Ibu saya itu mertua idaman para menantu, dia itu selalu memperlakukan semua menantunya dengan penuh kasih sayang.""Wah, beruntung banget istri Pak Rudi.""Tapi sebaik-baiknya ibu saya, istri saya malah lebih memilih cowok kaya hingga akhirnya sekarang saya menduda.""Oh, jadi Pak Rudi duda?""Iya, Jenn, makanya saya mau fokus dengan pekerjaan saya. Semoga saja saya terpilih dalam menjadi manager.""Semoga saja Pak Rudi bisa mengalahkan Bu Yuri dan terpilih jadi manager.""Iya, Aamiin."Sejak saat itu Rudi dan Jenny dekat, bahkan Rudi sering men

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Berulah Lagi

    Bab 36"Cepetan ganti pakaian atau saya pecat kamu!" bentak Ferdi."Maaf, Den, tadi saya salah ambil seragam, sepertinya ini seragam waktu saya pertama kali bekerja di rumah ini," ujarnya sembari duduk di samping Ferdi lalu memijat lembut bahunya."Jangan kurang ajar, kamu, mau saya pecat?!""Badan Den Ferdi pasti masih sakit-sakit setelah dicambuk oleh Miranda, mau saya pijitin? Pijatan saya enak, loh.""Hentikan, Sri!" Ferdi mendorong tubuh Sri hingga terjengkang ke lantai."Saya bekerja sama Den Ferdi sudah sangat lama, jadi saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara sendiri." Ia tertunduk dengan mata berkaca-kaca."Ya sudah kalau begitu maafkan saya, sekarang kamu boleh keluar."Setelah itu Sri bergegas keluar dengan wajah kecewa.Sementara itu Anisa dan Bu Elina telah kembali."Makasih ya, Mih, udah nganter aku ke dokter.""Iya, Sayang, sama-sama."Tiba-tiba Anisa terhenyak saat melihat Sri yang baru keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian sangat ketat, terlebih Sri l

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Kegatalan Sri

    Bab 35"Mas, bangun!" Netti menggoyang-goyangkan tubuh Rudi."I...ya, Nett, ada apa? Mau tambah?" tanya Rudi sembari mengucek kedua matanya."Mas tadi mengigau memanggil-manggil nama Anisa padahal ini malam pertama kita," ujar Netti dengan wajah ditekuk."Tadi aku bermimpi Anisa dan Ferdi dikejar penjahat, aku udah gak cinta lagi sama Anisa, aku cuma khawatir sebatas kakak atau teman, apalagi dia ibu dari anakku.""Oh, gitu, kita berdoa aja semoga Anisa dan keluarganya dilindungi oleh Allah.""Aamiin." Rudi menyahut lalu kembali melingkarkan tangannya di pinggang ramping Netti.Setelah itu Netti kembali membaringkan tubuhnya di samping Rudi.Beberapa jam kemudian, Rudi mengigau dan kembali menyebut nama Anisa."Nisa... Nisa...!" teriaknya sembari tersentak dan membuka mata secara spontan, ia kembali terhenyak karena sejak tadi Netti memperhatikannya."Aku harap kamu bisa melupakan masa lalu kamu!""Maafkan mas ya Nett." Rudi memelas sembari menggenggam jemari Netti."Sudahlah, aku mau

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rencana Miranda Gagal

    Bab 34Berkat bantuan Sri, Jatmiko dan komplotannya juga Miranda menyelinap masuk ke rumah itu dengan mengenakan penutup wajah, karena mereka tahu banyak CCTV disana.Setibanya di sebuah kamar, ia langsung membekap mulut Anisa dan Ferdi dengan obat bius lalu meringkusnya setelah itu membawa keduanya ke ruang tengah."Bangun!" bentak Miranda sembari menyiramkan air ke wajah Ferdi dan Anisa hingga keduanya kembali ke alam sadar.Ferdi langsung terhenyak saat melihat Miranda yang tengah memegangi cambuk bersama Jatmiko juga dua lelaki bertubuh tinggi besar."Apa yang kalian inginkan?" tanya Ferdi dengan wajah geram.Sementara Anisa tampak tercengang saat melihat Sri berada diantara mereka."Ayo kita melakukan permainan yang biasa kita mainkan," ujar Miranda sembari menghantamkan cambuk ke tubuh Ferdi yang telanjang dada."Aaaaaaaargh!" Ferdi mengerang hingga membuat Anisa berteriak histeris."Hentikan Mir!" teriak Anisa."Ini belum sebanding dengan apa yang dia lakukan padaku!" bentak Mi

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Siasat Miranda

    Anisa tampak bercucuran air mata, ia sangat kecewa karena ternyata suaminya memiliki kelainan. Ia juga khawatir memiliki nasib seperti Miranda yang menjadi budak nafsu Ferdi. Gegas ia masukan pakaiannya ke dalam koper, ia berniat untuk kabur dari rumah itu."Non Anisa!" Sri mengetuk pintu.Anisa segera membuka pintu kamarnya sembari mengusap air mata."Non mau kemana?""Saya mau pergi dari rumah ini.""Sebenarnya saya takut nanti Den Ferdi akan marah jika Non Anisa pergi, tapi saya juga merasa kasihan kalau wanita sebaik Non Anisa mengalami nasib seperti Non Miranda.""Separah apa penyiksaan yang dilakukan Ferdi pada Miranda?""Tapi Non Anisa janji ya jangan bawa-bawa saya.""Oke, saya janji.""Non Miranda wajah dan badannya sampai dupenuhi lebam, ya namanya juga dicambuk dan disundut rokok, saya sering disuruh mengompres lukanya makanya saya tahu semuanya.""Disundut rokok?" Anisa bergidik ngeri saat membayangkannya."Iya, sebenernya saya benci sama Non Miranda karena sudah merebut M

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Salah Paham

    "Sayang, Bintang sudah tidur?" tanya Ferdi saat Anisa menyusui bayinya yang berusia 6 bulan."Belum, sabar, ya." Anisa tersenyum sembari melirik suaminya yang sejak tadi terus meremas jemarinya.Beberapa saat kemudian Bintang berhenti menyusu, tapi matanya tak juga terpejam, ia malah menatap Ferdi lalu sesekali tersenyum."Sini, Bintang Ferdinan, biar papa gendong," ujarnya sembari memangku bayi menggemaskan itu."Main ganti nama sembarangan." Anisa mencebik lalu tertawa."Ganti aja namanya jadi Bintang Ferdinand, gak usah Bintang Prayoga, soalnya sekarang dia anakku," ucap Ferdi sembari menimangnya dengan lembut sehingga Bintang seketika memejamkan matanya."Tidur loh dia, Mas, apa Mas terbiasa menimang bayi? Soalnya dia tampak sangat nyaman berada di pangkuan Mas?" tanya Anisa lirih."Ini yang pertama kalinya." Ferdi menyahut dengan lirih lalu menidurkan Bintang yang telah terlelap ke tempat tidur bayi yang terletak tidak jauh di tempat tidur mereka. Setelah itu keduanya duduk di te

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status