Share

Jerat Miranda

"Bu Aminah, lihat Ibu dan istri saya gak?" tanya Agus pagi itu.

"Loh, Ibu dan istrimu masih belum juga ketemu?" tanya Bu Aminah.

"Iya, Bu, dari kemarin sore masih juga belum ketemu, padahal saya udah mencari kemana-mana."

Setelah itu Agus kembali melaporkan pada RT RW setempat, kemarin laporannya tidak langsung ditanggapi karena mereka menghilang baru beberapa jam. Setelah itu Pak RT dan Pak RW langsung mengerahkan para warga untuk membantu mencari keberadaan Bu Lisna juga menantu perempuannya.

Setelah lama mencari hingga sore hari, Bu Lisna dan menantunya itu masih juga belum ditemukan. Bahkan warga sekitar tak menyadari saat mereka pergi.

"Semua pakaian istri saya hilang, sementara di kamar Ibu saya berantakan, tempat perhiasannya hilang, lalu celengannya pecah," ujar Agus.

Dari penuturan lelaki berusia 30 tahun itu Pak RT dan para warga menyimpulkan bahwa Netti kabur, tapi sebelumnya ia menghilangkan Bu Lisna terlebih dahulu.

Tiba-tiba seorang lelaki berlari terbirit-birit dengan wajah ketakutan.

"Kamu kenapa?" tanya Pak RT.

"Tadi saya melewati area pemakaman angker lalu saya mendengar suara teriakan minta tolong, ya saya langsung kabur aja," ujar lelaki itu dengan napas ngos-ngosan.

Area pemakaman angker yang dimaksud adalah area pemakaman keluarga berkewarga negaraan Belanda yang telah lama terbengkalai. Menurut keterangan warga, di tempat itu sering ditemukan penampakan wanita berwajah Belanda yang sedang menangis di atas kuburan.

"Sereeem!" ujar para warga saat mendengar penuturan lelaki tadi.

"Ayo kita semua kesana, jangan-jangan itu ibu saya!" ujar Agus.

Awalnya Pak RT juga para warga merasa ngeri jika harus masuk ke area pemakaman itu, tapi karena Agus terus memaksa akhirnya mereka bersedia untuk membantunya. Setibanya disana, semua mata langsung terbelalak saat melihat sesosok wanita bertubuh gempal berambut panjang tengah terkulai lemas dengan keadaan terikat di sebuah pohon besar samping makam angker.

"Wewe gombeeeel!" teriak para warga yang langsung melompat ketakutan.

"Itu Ibu saya," ujar Agus sembari berlari menghampiri ibunya yang tampak semakin lemas.

Agus langsung melepaskan ikatan ibunya.

"Agus, akhirnya kamu datang," ujarnya dengan suara yang suara parau karena selama sehari semalam terus berteriak minta tolong.

Setelah itu Agus dibantu para warga langsung membawa ibunya pulang. Setibanya di rumah, Bu Lisna mengaku bahwa semua itu perbuatan menantunya, Netti.

"Bagaimana caranya Netti menculik Bu Lisn, sementara tubuh Bu Lisna kan gemuk banget, sementara si Netti kan kurus?" tanya Bu Aminah yang tak percaya dengan penuturan Bu Lisna.

"Kemarin sore dia bilang menemukan karung berisi uang di makam angker, tapi dia gak berani ngambil sendirian. Makanya dia ngajak saya, tapi setibanya di makam itu, saya langsung dibekap dengan sapu tangan beraroma obat bius, saat sadar saya sudah diikat di pohon." Bu Lisna menceritakan apa yang terjadi padanya sembari berlinang air mata.

"Makanya Bu, jadi orang jangan tamak, kena batunya, kan."

"Bu Aminah benar-benar gak ada empatinya, selama satu hari satu malam saya diikat di kuburan angker, gak makan gak minum, saya teriak-teriak sampai suara serak, malahan saya sampai ngompol di celana karena melihat penampakan yang menyeramkan."

Beberapa diantara mereka langsung merasa iba dan bergidik ngeri saat mendengar penuturan Bu Lisna.

"Saya bukan gak punya empati, tapi si Netti itu menantu yang sangat baik, penurut dan pendiam, dia sampai tega melakukan itu karena terlalu tertekan sama suaminya juga Bu Lisna," ujar Bu Aminah.

"Menantu dzalim dia itu, jangan dibela." Para tetangga menyahut.

"Coba kalian pikir, bagaimana perasaan kalian kalau anak perempuan kalian bernasib seperti si Netti, gak dinafkahin, tapi malah disuruh cari nafkah sendiri, lalu uang hasil jualan nasi uduk diminta juga sama Bu Lisna. Selain itu saya sering melihat wajahnya babak belur, kemungkinan si Agus dan Bu Lisna melakukan KDRT."

Setelah Bu Aminah bicara panjang lebar, akhirnya semua orang langsung terdiam. Termasuk Agus juga ibunya.

"Pak RT, apa saya perlu melaporkan tindakan Netti pada polisi?" tanya Agus.

"Laporkan saja, Gus, tapi saya yakin kamu dan ibumu juga akan masuk penjara dengan pasal KDRT dan tidak menafkahi istri." Bu Aminah menyahut.

Sementara Agus dan ibunya kembali tertunduk malu saat mendengar ucapan Bu Aminah. Setelah itu semua orang langsung berangsur meninggalkan rumah itu.

Setibanya di rumah, Bu Aminah menceritakan semuanya pada suami juga kedua anak gadisnya. Mendengar penuturan Bu Aminah, Pak Arman hanya diam dan tak berani bicara karena takut istrinya mengungkit masa lalu, karena dirinya juga keluarganya pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Agus.

"Seharusnya orang kayak si Agus dan ibunya itu dihilangkan dari muka bumi ini, kesel ibu kalau lihat kasus kayak gitu," ujar Bu Aminah sembari mengepalkan tangannya.

"Maafkan ayah dan keluarga ayah di masa lalu ya, Bu, tolong jangan ungkit kesalahan kami," ujar Pak Arman yang langsung sadar diri sebelum istrinya mengatakan apapun.

"Ini pelajaran buat kalian, Retha dan Risa, nanti kalau cari suami itu harus yang bertanggung jawab, terus ibunya juga harus waras. Jangan sampai kalian mengalami nasib seperti ibu."

Kedua anak gadisnya hanya terdiam mendengarkan penuturan ibunya, mereka langsung bergidik saat membayangkan apa yang dialami Netti, tetangga mereka. Sementara itu Pak Arman hanya bisa ikhlas saat istrinya terus mengungkit masa lalunya, istrinya mungkin bisa memaafkan kesalahannya tapi tak dapat melupakan luka di hatinya.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Miranda mendatangi Rudi ke kantornya saat ia hendak pulang.

"Siapa itu Rud, cantik banget?" tanya beberapa teman kantornya saat melihat Miranda.

Rudi tak menanggapi ucapan teman-temannya lalu bergegas menghampiri wanita berkaki jenjang yang tengah berdiri disamping mobilnya.

"Ada apa, Mir?" tanya Rudi.

"Yuk masuk ke mobilku! Ada hal yang ingin aku bicarakan."

"Tapi motorku gimana?"

"Ya udah kalau gitu temani aku ke rumahku."

"Emangnya disana gak ada siapa-siapa?"

"Seperti biasa suamiku berada di luar kota, sementara kedua anakku menginap di rumah orangtuaku. Pembantu juga satpam sedang pulang kampung untuk menikah."

Rudi tampak bersemangat mendengar penuturan Miranda, ia lalu bergegas menuju motornya. Sementara Miranda langsung melajukan mobilnya diikuti oleh motor Rudi.

Beberapa waktu kemudian, mereka telah tiba di sebuah rumah besar. Rudi tampak sangat bersemangat karena dirinya sudah sangat merindukan belaian wanita. Istrinya yang baru 3 minggu sejak melahirkan masih belum bisa memberikan apa yang ia inginkan.

"Ayo masuk, Rud!" ujar Miranda sembari menggandeng tangan Rudi hingga membuat dada lelaki itu semakin berdebar.

"Rud, kamu mau minum apa?" tanya Miranda sembari mendekatkan duduk dan mendekatkan dadanya dengan posisi menantang.

"Susu, eh, kopi susu boleh gak?" Rudi tampak berkeringat saat memperhatikan bagian tubuh Miranda yang membuat jiwa kelalakiannya meronta-ronta.

"Tunggu ya," ucap Miranda dengan nada manja hingga membuat tubuh Rudi semakin gemetaran.

Sementara itu Bu Aminah merasa dadanya terasa berdebar-debar, ia tak bisa diam dan panik secara tiba-tiba.

"Apalagi yang dilakukan anakku, ya Allah," gumamnya sembari mengelus dada karena tiba-tiba memikirkan Rudi.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status