Accueil / Rumah Tangga / Ibu Mertua Luar Biasa / Miranda Mencoba Mendekati Bu Aminah

Share

Miranda Mencoba Mendekati Bu Aminah

Auteur: Widya Yasmin
last update Dernière mise à jour: 2023-02-02 13:29:47

"Ambil balik perhiasan emas itu, saya gak suka," ujar Bu Aminah pada Miranda.

Wanita bertubuh jenjang itu mencoba bersabar, padahal tadi pagi ia bela-belain menanyakan alamat rumah Bu Amina pada Rudi karena ia ingin mengambil hatinya dengan memberikan perhiasan emas.

"Saya ikhlas, kok, Tante, ini untuk pertemanan."

"Gak mau saya berteman sama kamu, teman saya udah banyak banget."

"Tante sukanya yang model gimana? Nanti saya akan bawakan, atau Tante mau pilih sendiri di toko emasnya?"

"Ngeyel banget kamu, saya bilang saya gak suka perhiasan emas!" bentak Bu Aminah hingga membuat Miranda terhenyak.

"Assalamualaikum!" ujar Anisa yang baru saja tiba.

Bu Aminah dan Miranda langsung terhenyak saat melihat kedatangannya.

"Aduh menantu kesayangan ibu datang, sini jagoan nenek, ayo ganteng," ujar Bu Aminah sembari menggendong bayi mungil dari pangkuan Anisa.

"Miranda, kamu kok ada disini?" tanya Anisa yang tampak kebingungan.

"Kamu kenal dia? Dia itu maksa ibu buat beli kalung emas itu."

"Loh, kamu sekarang jualan perhiasan, Mir?"

"I...iya."

"Ibu suka gak, sama kalung emasnya, nanti biar aku belikan buat Ibu," ujar Anisa.

"Enggak mau Ibu, nodelnya jelek banget, lagian ibu gak suka perhiasan emas."

"Miranda ini sahabat aku waktu SMA, suaminya itu pengusaha yang lumayan sukses, tapi dia masih sempat-sempatnya jualan emas, rajin ya dia."

"Eh, kalau gitu aku pamit dulu, Nis." Miranda tampak kehilangan muka saat Anisa berniat menyanjungnya, karena rahasianya yang masih memiliki suami ketahuan oleh Bu Aminah.

"Loh, kenapa buru-buru, aku kangen loh sama kamu, sudah lama gak ngobrol-ngobrol."

"Oh, jadi dia masih punya suami? Kok punya suami masih aja cari mangsa."

Miranda semakin tak tahan saat Bu Aminah terus menyindirnya.

"Iya, semalam ibu gak sengaja lihat dia lagi godain suami orang."

"Saya pamit dulu," ujar Miranda lalu bergegas pergi tanpa memperdulikan ucapan Bu Aminah.

"Mungkin Ibu salah lihat, soalnya suaminya itu ganteng banget dan sudah mapan, jadi dia gak mungkin selingkuh," ujar Anisa.

"Gantengan mana sama Rudi?"

"Emm.. gantengan Mas Rudi, dong."

"Kamu kenal sama suaminya?"

"Suaminya itu Ferdi, sahabat Mas Rudi waktu SMA."

Bu Aminah tampak kesal saat mengetahui bahwa Rudi sangat mengenal suami Miranda, mulutnya terasa gatal karena ingin mengomeli putranya, sebenarnya tadi ia juga ingin mengomeli Miranda yang kegatelan menggoda Rudi, padahal dirinya bersahabat dengan Anisa. Namun, Bu Aminah mencoba menahan semua rasa itu, karena tak mau membuat menantunya mengetahui kelakuan anak lelakinya.

"Ya sudah jangan bahas mereka lagi, kamu bawa apa itu?" Bu Aminah mengalihkan pembicaraan.

"Ini pepes ayam buat Ibu."

"Ya ampun, kamu memang menantu terbaik, semalam ibu lagi pengen pepes ayam eh tiba-tiba kamu datang bawa pepes ayam."

Anisa tersenyum mendengar ucapan ibu mertuanya yang selalu menghargai apapun pemberiannya. Setelah itu Bu Aminah menidurkan cucunya di kamarnya.

"Sekarang tidurnya udah lelap ya dia."

"Iya, Bu, alhamdulillah, sekarang aku juga udah bisa tidur malam."

Setelah itu Anisa bergegas ke dapur untuk mengambil piring.

"Bawa apa itu, Nisa?" tanya Pak Arman.

"Pepes ayam, ayo kita makan bareng, Ayah!"

"Boleh juga, sudah lama ayah gak makan pepes ayam."

Bu Aminah, Pak Arman dan Anisa makan pepes ayam dengan lahapnya. Sementara Retha masih di kampus, sedangkan Risa sekolah.

"Enak banget ya masakan menantu kita," puji Bu Aminah.

"Soal masakan, ayah akui kamu memang jago." Pak Arman mulai memuji Anisa.

"Terimakasih," ujar Anisa sembari menatap kedua mertuanya dengan tatapan nanar.

Sebenarnya ia ingin tinggal serumah dengan kedua mertuanya itu, ia ingin berbakti kepada mereka, karena kini ia sudah tak memiliki orangtua. Namun, Bu Aminah langsung menyarankan mereka untuk mengontrak dari awal Anisa dan Rudi menikah, karena berharap anak mantunya itu bisa mandiri, terlebih agar anak lelakinya lebih bertanggung jawab pada istrinya.

"Kenapa mata kamu berkaca-kaca gitu?" tanya Bu Aminah.

"Nisa cuma ingat kedua orangtua Nisa, mereka sangat menyukai pepes ayam."

"Kamu jangan sedih lagi, ya, sekarang kan kami sudah jadi orangtua kamu," ujar Bu Aminah.

Setelah selesai makan, bayi Anisa menangis, Anisa langsung bergegas menyusuinya.

"Kita ngobrol di teras, yuk, sambil jaga warung!" ajak Bu Aminah setelah Anisa selesai menyusui anaknya.

Anisa mengangguk, lalu bergegas mengikuti ibu mertuanya ke teras. Di depan rumah itu tumbuh pohon mangga dan pohon rambutan yang rindang, sehingga suasana menjadi sejuk. Saat tengah asyik mengobrol, tiba-tiba seorang tetangga bernama Bu Lisna mampir ke rumah itu.

"Tumben Bu Aminah ada teman ngobrol," ucapnya.

"Iya, Bu, perkenalkan saya Anisa, istri Mas Rudi." Anisa mencium tangan wanita bertubuh gempal itu.

Bu Lisna langsung duduk di sebuah kursi yang terbuat dari rotan di samping Bu Aminah dan Anisa, padahal tak ada yang menawarinya untuk mampir.

"Oh, jadi Bu Aminah sering mengantarkan makanan ke rumah kamu?"

"Iya, Bu, ibu mertua saya memang yang terbaik," jawab Anisa.

"Harusnya kamu tinggal disini biar bisa bantu-bantu mertuamu."

"Apaan sih, Bu Lisna, rempong banget sama hidup orang." Bu Aminah menyahut.

"Kalau mantu saya, Bu, bangun jam 3, ngerjain semua pekerjaan rumah, terus masak buat jualan nasi uduk, pulang jualan langsung nyetrika, nyikat kamar mandi dan lanjut ngepel."

"Bosen deh, Bu Lisna tiap ketemu ngomongnya itu mulu," ujar Bu Aminah.

"Semua gaji anak saya itu diberikan pada saya, terus penghasilan si Netti yang jualan nasi uduk juga setengahnya diberikan pada saya." Bu Lisna terus nyerocos padahal Bu Aminah dan Anisa sudah mulai muak mendengar ucapannya.

"Bangga banget dengan kedzaliman," celetuk Bu Aminah.

"Kasihan ya menantu Ibu, alhamdulilah ya Allah, saya diberikan ibu mertua yang sangat baik." Anisa menyahut.

"Saya bukan dzalim, tapi saya pinter didik mantu. Rencananya sih si Agus mau saya suruh nyari istri lagi yang bisa nyari duit, biar setoran saya nambah."

"Pergi sana, Bu, saya gatal pengen jahit mulut Bu Lisna!" Bu Aminah langsung mengusirnya.

"Lihat deh, ini kalung dan gelang emas dari menantu saya yang lainnya." Bu Lisna terus pamer padahal Bu Aminah sudah mengusirnya.

"Cepetan pergi!" teriak Bu Aminah.

Setelah wanita bertubuh gempal itu pergi, Bu Aminah dan Anisa langsung menghela napas.

"Ngeri deket-deket sama orang gitu, takut ketularan gak waras," ujar Bu Aminah.

Anisa hanya tersenyum mendengar ucapan ibu mertuanya. Ia semakin merasa bersyukur karena diberikan mertua yang sangat baik.

"Kasihan sekali menantunya, itu yang jualan nasi uduk di simpang jalan itu," ujar Bu Aminah.

Anisa terdiam saat mendengar ucapan mertuanya, ia pernah beberapa kali melewati wanita penjual nasi uduk di simpang jalan tersebut, setiap kali melewatinya, Anisa selalu melihat penjual nasi uduk itu bermata sembab seperti habis menangis.

"Bu, Nisa mau pulang dulu ya."

"Ayo ibu antar ke depan nyari ojek atau becak."

Anisa mengangguk.

"Ayaaah! Titip warung bentar!" teriak Bu Aminah.

"Iyaaaaa!" Pak Arman menyahut.

"Bu, jam segini nasi uduknya masih ada gak ya?" tanya Anisa.

"Kayaknya ada, ayo ibu antar!"

Beberapa saat kemudian mereka melihat tukang becak, lalu keduanya segera naik kendaraan roda tiga yang dikayuh itu. Saat melewati tukang nasi uduk yang menggunakan gerobak di pinggir jalan dekat sebuah pabrik textile, Anisa dan Bu Aminah berhenti sejenak untuk membeli nasi uduk.

"Eh, Bu Aminah," sapa wanita berkulit sawo matang itu.

Anisa menatap wajah wanita itu yang dipenuhi luka lebam.

"Kenapa wajahnya, Mbak?" tanya Anisa.

"Oh, ini saya jatuh."

Anisa dan Bu Aminah langsung mengernyitkan dahi, karena lebam di area wajahnya itu seperti bekas penganiayaan. Namun, mereka tak berani lagi bertanya lebih lanjut, karena wanita itu tampak tak ingin memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.

"Netti, nasi uduknya kok masih banyak? Padahal hari sudah siang?" tanya Bu Aminah.

"Hari ini kan pabrik libur makanya yang beli cuma satu dua, sementara saya harus tetap jualan meskipun pabrik libur."

Anisa dan Bu Aminah merasa iba dengan wanita itu lalu masing-masing membeli dua porsi nasi uduk dengan lauk yang dipisah. Setelah itu mereka pamit untuk pulang ke rumah masing-masing.

Beberapa hari kemudian terdengar kabar Bu Lisna dan Netti menghilang dari rumahnya.

Bersambung.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Ending

    Sri mengetuk pintu kamar Ferdi setelah yakin semua orang telah meluncur jauh meninggalkan rumah itu."Iya, Sri, ada apa?" tanya Ferdi sembari membuka pintu kamarnya.Tiba-tiba Ferdi terbelalak saat melihat Sri yang hanya mengenakan lingerie, bahkan ia juga membawa flogger dan borgol milik Ferdi yang dulu ia gunakan untuk menyiksa Miranda."Kenapa semua barang itu ada padamu? Bukankah dulu aku telah menyuruhmu untuk membuangnya?""Den Ferdi pasti sudah lama tidak main game, aku mau kok memenuhi fantasi Den Ferdi," ujarnya sembari membusungkan dada dan berpose menantang.Seketika Ferdi langsung meremas kepalanya sendiri yang tiba-tiba terasa sakit, bayangan saat dirinya mencari kepuasan terhadap Miranda dengan cara menyiksanya kembali muncul."Sri! Sebenarnya apa yang kamu lakukan," ucapnya dengan gigi yang menggemeretak, sementara api emosi membuncah dalam dada."Aku tahu kok, Den Ferdi gak berani melampiaskan fantasi liar Den Ferdi sama Non Anisa, karena Den Ferdi gak bisa melihat ora

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Sri Ulat Bulu

    Bab 39"Buka pintunya, Nett!" Rudi menggedor pintu rumah kontrakannya, sementara Netti langsung tidur dan tak memperdulikan teriakan suaminya."Netttti!" Rudi terus berteriak hingga tenggorokannya sakit."Nettti! Aku mau ke toilet, aduh gak kuat!" Rudi terus menggedor pintu sembari berteriak memanggil nama Netti, tapi istrinya itu sudah merasa muak untuk melihat wajah suaminya. Seandainya ia masih memiliki orangtua, ia pasti sudah kabur ke rumah orangtuanya."Gak dibukain pintu, ya, Mas?" tanya ibu-ibu yang tak sengaja lewat."Iya, Bu, istri saya baperan.""Istrinya yang baperan atau Mas Rudinya yang jelalatan?"Mendengar itu wajah Rudi seketika memerah karena malu, gegas ia menuju motornya lalu tancap gas menuju rumah orangtuanya."Ngapain kamu kesini?" tanya Bu Aminah saat melihat kedatangan putranya yang tampak lesu."Netti gak bukain aku pintu, Bu.""Loh, kenapa? Pasti kamu bikin ulah lagi?""Sebenarnya aku ketahuan selingkuh.""Astaghfirullah, Rud, kamu kok gak ada kapoknya." Bu

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Netti Menendang Kaki Rudi

    #38"Ngapain sih, Sri? Akhir-akhir ini kamu kok kayak cacing kepanasan gitu!" bentak Ferdi dengan wajah masam."Saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara saya sendiri, apalagi kedua orangtua Den Ferdi sangat baik sama saya.""Ya sudah kalau gitu, tapi jujur saja saya gak nyaman saat kamu memegang-megang pundak saya.""Saya minta maaf, Den, kalau gitu silahkan diminum kopinya."Ferdi langsung meraih secangkir kopi yang Sri buat, lalu menyeruputnya. "Ngapain kamu masih berdiri disana! Cepetan masuk!" bentaknya dengan wajah masam.Namun, tiba-tiba Ferdi menguap dan merasa sangat mengantuk, hingga tiba-tiba ia terkulai lemas di sofa. Senyum Sri langsung mengembang, lalu ia langsung mendekati Ferdi."Bangun, Den," bisiknya sembari menggoyangkan pinggang Ferdi.Namun, Ferdi tak juga bangun. Lalu Sri menaruh sebelah tangan Ferdi di lehernya dan berniat untuk memapahnya."Ngapain kamu?" tanya Anisa yang keluar dari kamarnya karena berniat mengambil air."Itu, Non, Den Ferdi tiba-tiba p

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Tak Juga Jera

    Bab 37"Jenn, apa kamu sudah berkeluarga?" tanya Rudi pada karyawati baru di tempat kerjanya saat mereka tengah makan siang."Jujur saja saya janda, Pak.""Wanita secantik kamu, bagaimana bisa jadi janda?" Rudi mulai mengeluarkan gombalan mautnya."Suami saya itu anak mami, dia gak punya pendirian, dia selalu mendengarkan ucapan ibunya yang toxic, sementara ibunya seolah merasa tersaingi dengan kehadiran saya.""Kamu belum kenal sama ibu saya. Ibu saya itu mertua idaman para menantu, dia itu selalu memperlakukan semua menantunya dengan penuh kasih sayang.""Wah, beruntung banget istri Pak Rudi.""Tapi sebaik-baiknya ibu saya, istri saya malah lebih memilih cowok kaya hingga akhirnya sekarang saya menduda.""Oh, jadi Pak Rudi duda?""Iya, Jenn, makanya saya mau fokus dengan pekerjaan saya. Semoga saja saya terpilih dalam menjadi manager.""Semoga saja Pak Rudi bisa mengalahkan Bu Yuri dan terpilih jadi manager.""Iya, Aamiin."Sejak saat itu Rudi dan Jenny dekat, bahkan Rudi sering men

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Rudi Berulah Lagi

    Bab 36"Cepetan ganti pakaian atau saya pecat kamu!" bentak Ferdi."Maaf, Den, tadi saya salah ambil seragam, sepertinya ini seragam waktu saya pertama kali bekerja di rumah ini," ujarnya sembari duduk di samping Ferdi lalu memijat lembut bahunya."Jangan kurang ajar, kamu, mau saya pecat?!""Badan Den Ferdi pasti masih sakit-sakit setelah dicambuk oleh Miranda, mau saya pijitin? Pijatan saya enak, loh.""Hentikan, Sri!" Ferdi mendorong tubuh Sri hingga terjengkang ke lantai."Saya bekerja sama Den Ferdi sudah sangat lama, jadi saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara sendiri." Ia tertunduk dengan mata berkaca-kaca."Ya sudah kalau begitu maafkan saya, sekarang kamu boleh keluar."Setelah itu Sri bergegas keluar dengan wajah kecewa.Sementara itu Anisa dan Bu Elina telah kembali."Makasih ya, Mih, udah nganter aku ke dokter.""Iya, Sayang, sama-sama."Tiba-tiba Anisa terhenyak saat melihat Sri yang baru keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian sangat ketat, terlebih Sri l

  • Ibu Mertua Luar Biasa   Kegatalan Sri

    Bab 35"Mas, bangun!" Netti menggoyang-goyangkan tubuh Rudi."I...ya, Nett, ada apa? Mau tambah?" tanya Rudi sembari mengucek kedua matanya."Mas tadi mengigau memanggil-manggil nama Anisa padahal ini malam pertama kita," ujar Netti dengan wajah ditekuk."Tadi aku bermimpi Anisa dan Ferdi dikejar penjahat, aku udah gak cinta lagi sama Anisa, aku cuma khawatir sebatas kakak atau teman, apalagi dia ibu dari anakku.""Oh, gitu, kita berdoa aja semoga Anisa dan keluarganya dilindungi oleh Allah.""Aamiin." Rudi menyahut lalu kembali melingkarkan tangannya di pinggang ramping Netti.Setelah itu Netti kembali membaringkan tubuhnya di samping Rudi.Beberapa jam kemudian, Rudi mengigau dan kembali menyebut nama Anisa."Nisa... Nisa...!" teriaknya sembari tersentak dan membuka mata secara spontan, ia kembali terhenyak karena sejak tadi Netti memperhatikannya."Aku harap kamu bisa melupakan masa lalu kamu!""Maafkan mas ya Nett." Rudi memelas sembari menggenggam jemari Netti."Sudahlah, aku mau

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status