Home / Romansa / Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO / Bab 2. Tiba Di Rumah Arjuna

Share

Bab 2. Tiba Di Rumah Arjuna

last update Last Updated: 2025-01-25 21:25:19

Melody dan Alea memasuki kediaman Arjuna yang mewah, dengan lampu kristal yang memantulkan cahaya lembut. Namun, Melody merasa terperangkap dalam kemewahan yang menindih, seperti berada di tempat yang salah.

Mereka disambut oleh seorang wanita cantik bergaun merah, ia adalah Sasha istri Arjuna. Senyumnya manis, tapi tatapannya tajam, menyelidiki setiap inci diri Melody, membuatnya semakin tidak nyaman.

"Sayang, apakah wanita ini yang akan mengandung anak kita nanti?" tanya Sasha, yang kini mendekat dan berdiri disamping Arjuna.

Arjuna hanya mengangguk pelan, ekspresinya datar, Melody semakin tegang, memeluk putrinya, Alea, semakin erat seiring kekhawatirannya yang tumbuh. Tiba-tiba, tatapan Sasha beralih tajam ke arah Alea, penuh perhatian.

"Lalu siapa anak kecil ini?" tanya Sasha lagi, sambil menunjuk ke arah Alea dengan tatapan penuh tanya.

"Dia putrinya Melody," jawab Arjuna singkat, namun dengan nada yang tegas dan jelas.

"Apa? Anak? Kenapa tidak cari yang masih single?" ujar Sasha, terkejut dan tampak tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Ah, sudahlah. Kita gak punya banyak waktu untuk mencari wanita lain lagi," balas Arjuna dengan nada lelah, lalu segera berlalu pergi.

Melody semakin gugup, wajahnya terus menunduk, tak sanggup menatap Sasha. Hatinya berdebar, tubuhnya terasa berat, dan setiap detik berlalu dengan canggung. Sasha terlihat malas, bola matanya berputar, namun tatapannya semakin tajam. Sesekali, Sasha menutup hidungnya, seolah jijik, menambah rasa takut dan malu yang menghimpit Melody.

Sasha berkata dengan nada dingin dan tajam, "Kamarmu di belakang. Besok, kamu harus bangun pagi-pagi, karena aku akan memeriksa kesehatanmu, terutama rahimmu."

Melody mengangguk pelan, mencoba menahan kegugupannya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia mengangkat kembali tasnya, lalu melangkah perlahan menuju ruangan yang telah disediakan. Namun, langkahnya terhenti seketika ketika mendengar suara Sasha memanggil namanya dengan nada yang keras.

"Tasmu tidak perlu dibawa masuk," kata Sasha lagi dengan nada tegas, sambil menutup hidungnya. "Aku khawatir kamu dan anakmu akan membawa kuman-kuman. Apa kamu tidak sadar kalau tas itu sudah sangat kotor dan jorok sekali?"

Melody terkejut, namun dengan gemetar ia memberanikan diri menjawab, "Ta... tapi Nyonya, tas ini berisi pakaian-pakaian kami."

Sasha menatapnya tajam, ekspresinya semakin dingin. "Aku akan menyuruh asistenku mengurus semua keperluanmu, juga anakmu itu," ujarnya, suaranya penuh penekanan, seolah tak ada ruang untuk penolakan.

Melody dan Alea melangkah masuk tanpa koper. Kata-kata Sasha terasa tajam, seolah menganggap mereka kotor dan menjijikkan. Dengan hati yang gelisah, Melody mengusap punggung Alea, berusaha menenangkan diri dan berharap putrinya tidak mengerti kata-kata itu

"Ibu, rumah ini sangat besar dan bagus. Tapi, Bu, aku takut sama tante yang pakai baju merah itu," kata Alea, matanya tampak cemas.

Melody tersenyum lembut, lalu membelai rambut Alea. "Kamu tidak perlu takut, sayang. Ibu ada di sini."

Alea mengangkat wajahnya dan bertanya, "Sampai kapan kita tinggal di sini, Bu?"

Melody terdiam, bingung harus memberi jawaban apa. Akhirnya, ia hanya bisa menjawab, “Hanya sebentar, Alea. Gak apa-apa ya?”

*****

Arjuna memecah keheningan malam, suaranya pelan namun tajam, "Apa kamu yakin dengan keputusanmu ini?"

Sasha, yang tengah menyisir rambutnya, segera mendekat dan duduk di tepi ranjang. "Maksudmu?" tanyanya, menatap Arjuna dengan penuh perhatian.

Arjuna menatapnya tanpa ekspresi dan kembali bertanya, "Apakah kamu benar-benar tidak akan menyesal dengan program bayi tabung ini?"

Sasha menghela napas berat, seakan pertanyaan Arjuna barusan membuat kepalanya semakin pening.

"Tentu aku sangat yakin dan tidak akan menyesal, sayang. Lagipula, itu juga darah daging kita, bedanya anak itu akan tumbuh di rahim orang lain," kata Sasha, berusaha meyakinkan.

Namun, beberapa saat kemudian, Sasha tampak mengernyitkan dahi. "Sebenarnya, aku kurang suka dengan wanita yang kamu pilih itu. Dia sudah punya anak, dan aku khawatir kesehatan rahimnya bermasalah. Tapi, ya sudahlah, kita bisa saja memeriksakannya ke dokter," tambahnya, ragu.

Arjuna memilih untuk tidak menanggapi ucapan Sasha. Ia hanya terdiam, matanya fokus mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut istrinya, seolah merenung dalam diam.

"Aku senang, akhirnya kita akan memiliki seorang anak. Kamu juga senang, kan? Program bayi tabung ini sepertinya jalan pintas yang paling sesuai," ujar Sasha, sambil menyandarkan kepalanya di pundak Arjuna.

Arjuna tetap terdiam, wajahnya tanpa ekspresi, tetapi tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Sejujurnya, ia ingin anaknya lahir dari rahim sang istri, tetapi apa daya jika sudah seperti ini.

Arjuna akhirnya hanya mengangguk pelan. “Aku harap, kamu tidak akan menyesal dengan keputusanmu.”

Tak lama Arjuna keluar dari kamar.

“Akhirnya,” ucap Sasha dengan senyum yang mengembang, “aku tidak harus hamil.”

Sasha cukup merasa lega dengan hal itu karena ia tidak perlu repot-repot hamil dan membuat bentuk badannya berubah. Ia memang menginginkan seorang anak agar tetap memiliki hubungan dengan Arjuna, laki-laki yang ia cintai sejak lama, tetapi jika harus mengorbankan bentuk tubuhnya yang akan mempengaruhi karirnya, tentu saja Sasha tidak mau.

Sasha mencintai karirnya, tetapi ia juga butuh anak agar tetap memiliki status sebagai istri Arjuna. Jadi, solusinya hanya melakukan bayi tabung!

Jadi, apapun yang akan membuat ragu dari proses ini, Sasha tidak akan tinggal diam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 92. Merasa Ragu

    Melody mencoba mengingat, aroma parfum itu, begitu familiar. Tapi ia cepat-cepat menggeleng, menepis segala pikiran yang mulai mengusik hatinya."Mungkin dia banyak ketemu klien," gumamnya, mencoba meyakinkan diri sendiri.Tanpa berlama-lama, ia mengangkat keranjang berisi pakaian kotor dan melangkah ke arah mesin cuci. Tangannya sibuk memilah, namun pikirannya terus melayang, terutama pada Arjuna.Mendadak ia teringat sesuatu. Sejak pukul tiga dini hari tadi, Arjuna belum menyentuh makanan. Bahkan sarapan pun hanya ditemani secangkir kopi. Kekhawatiran menyelinap diam-diam ke dalam hatinya."Aku harus ke kantor. Aku akan masakin gurame asam manis kesukaannya. Semoga aku masih sempat sebelum dia meeting," tekadnya bulat.Dengan antusias, Melody bergegas ke dapur. Ia mulai menyiapkan bahan-bahan, memotong, meracik bumbu, semua dilakukannya penuh semangat, seperti menuang perasaan lewat tiap tetes kecap dan irisan bawang.Repot? Sangat. Tapi Melody tak peduli.Baginya, tak ada yang lebi

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 91. Wangi Parfum di Kemeja Arjuna

    Malam kian menua. Lampu-lampu di dalam rumah menyala temaram, memantulkan bayangan sendu di dinding. Tapi tetap saja, tak ada tanda-tanda Arjuna akan pulang. Alea sudah terlelap di sofa, tak kuat menahan kantuk. Tadi ia sempat bersikeras ingin menunggu ayahnya, tapi kini tubuh kecil itu terkulai, terbungkus selimut tipis. Melody mengelus kepala Alea sebentar sebelum berdiri dan menatap ke arah pintu.Meja makan tampak dingin dan sepi. Hidangan yang tadi ia siapkan dengan penuh harap kini hanya jadi saksi bisu. Aroma masakan pun sudah tak tercium. Perut Melody sudah lama berteriak lapar, tapi ia memilih bertahan—menunggu, demi bisa makan malam bersama Arjuna. Malam ini, ia ingin menebus kesalahan."Sudah jam dua..." bisiknya pelan, mata menatap jam dinding dengan jarum yang terus bergerak tak peduli.Ia meraih ponsel. Layar menyala, dan nomor Arjuna kembali dia tekan. Suara nada sambung menggema, namun lagi-lagi tak ada jawaban. Napasnya berat. Jari-jarinya mulai gemetar saat ia menget

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 90. Bertemu di Club

    "Aku kecewa... kenapa kamu bohong padaku?"Suara Arjuna terdengar berat, penuh luka yang disamarkan oleh amarah. Melody membeku di tempat, seolah kata-kata itu menamparnya keras. Hatinya mencelos. Ia menunduk, tak mampu menjawab, karena memang tak ada lagi yang bisa dibela.Arjuna memalingkan wajah, lalu melangkah pergi."Mas..." Suara Melody lirih, nyaris tercekat di tenggorokan. Ia cepat-cepat menyusul, matanya mulai memanas. "Tolong dengarkan aku..."Namun Arjuna tetap melangkah, dingin. Tatapannya lurus ke depan, seolah Melody tak lagi ada di dunianya. Tanpa sepatah kata pun, ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.Melody hanya bisa berdiri terpaku, menyaksikan mobil itu menjauh... dan menghilang. Tubuhnya mulai gemetar, dan air matanya tumpah begitu saja. Ia telah menyakiti satu-satunya orang yang mencintainya tanpa syarat."Bu, Tuan Papah marah, ya?" tanya Alea polos, menarik ujung bajunya.Melody buru-buru menghapus air mata. Ia menghela napas panjang, berusaha menenangka

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 89. Salah Paham

    Dua hari kemudian, Melody kembali menjemput Alea di rumah Suripto. Seperti sebelumnya, ia kembali harus berbohong pada Arjuna. Kali ini ia berkata akan pergi berbelanja ke supermarket—alasan yang sederhana namun cukup untuk menutupi niat sebenarnya."Kamu yakin nggak perlu diantar Alex?" tanya Arjuna, menatap istrinya dengan sorot mata yang menyimpan kekhawatiran."Nggak usah, Mas, biar Rafi yang mengantarku," jawab Melody cepat, suaranya tenang namun agak tergesa."Ya sudah... hati-hati," ucap Arjuna pelan, lalu mengecup kening Melody dengan lembut.Setelah berpamitan, Melody bergegas masuk ke dalam mobil. Hatinya berdebar. Langkahnya tampak mantap, tapi dadanya terasa sesak. Ada rasa bersalah yang mengganjal—terlalu sering ia menyembunyikan sesuatu dari Arjuna akhir-akhir ini. Dan semakin lama, beban itu makin berat.Namun Arjuna tak tinggal diam. Ia sudah cukup lama merasa ada yang berbeda dari sikap Melody. Gerak-geriknya, tatapan matanya, bahkan nada bicaranya—semuanya terasa tak

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 88. Terungkap

    “A-Alea?” suara Melody nyaris tak terdengar, tenggorokannya tercekat.Dada Melody terasa sesak. Pandangannya mulai berkabut, air mata mendesak keluar tanpa bisa ditahan. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba tetap tenang. Tangan kirinya meremas erat rok yang ia kenakan.Di sebelahnya, Arjuna mulai melirik penuh tanya. Ia memperlambat laju mobil. “Melody? Siapa itu?”Melody mengangkat tangan, isyarat agar Arjuna menunggu. Ia masih terpaku pada suara di ponselnya.Arjuna kini benar-benar menepi, parkir darurat di pinggir jalan. Ia menatap Melody, khawatir.Malam telah larut ketika mereka tiba kembali di rumah. Lampu ruang tamu menyala temaram, memberikan kesan hangat, namun di balik itu semua, udara terasa berat. Seperti ada sesuatu yang menggantung di antara dinding-dinding rumah itu—sesuatu yang belum terucap, belum terungkap.Arjuna melepas sepatunya perlahan, lalu berjalan menuju dapur. "Aku ambil air dulu. Kamu mau?" tanyanya.Melody menggeleng cepat. "Enggak, Mas. Aku... capek, mau

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 87. Gagal Jujur

    Melody mondar-mandir di ruang tamu, langkahnya tak beraturan, seirama dengan kegelisahan yang semakin merayap di dadanya. Matanya tak lepas dari jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore. Sudah terlalu sore. Pesan dari Arjuna beberapa waktu lalu terus terngiang di kepalanya: “Jangan lupa siap-siap, ya.”"Apa yang harus aku katakan? Haruskah aku jujur? Tidak, tidak bisa!" gumamnya dengan suara gemetar. Tangannya mencengkeram ujung blouse yang ia kenakan, berusaha menenangkan diri, tapi sia-sia. Kepalanya penuh kemungkinan terburuk. Bagaimana kalau Arjuna tahu? Bagaimana kalau semuanya berantakan?Tiba-tiba, suara pintu terbuka. Melody menegakkan tubuhnya seketika, jantungnya berdegup kencang seperti genderang perang. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri."Kamu sudah siap? Alea kemana?" tanya Arjuna sambil melangkah masuk, matanya langsung mencari-cari sosok kecil yang biasa menyambutnya.Melody tersenyum paksa, mencoba terdengar tenang. "Alea... ketiduran, Mas. Kat

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 86. Sakit Apa Sebenarnya?

    "A-Alea... Alea... masih ada kegiatan di sekolah."Suara Melody terdengar bergetar, seperti menyembunyikan sesuatu. Jantungnya berdegup kencang, nyaris tak karuan. Ia berusaha keras menenangkan dirinya, tapi peluh di dahinya tak bisa berbohong. Tangannya yang menggenggam ujung bajunya gemetar halus.Arjuna menatap Melody, sorot matanya tajam namun tetap tenang."Alea mulai sibuk akhir-akhir ini? Rumah ini jadi terasa kosong," ucapnya pelan, ada nada rindu yang samar di balik suaranya."I-iya, Mas... Alea sekarang banyak kegiatan. Selain sekolah, dia juga ikut ekstrakurikuler piano... dan... les matematika juga," ujar Melody terbata, matanya sesekali menghindari tatapan Arjuna.Arjuna mengernyit, alisnya naik perlahan. "Les matematika? Sejak kapan Alea ikut les?"Jantung Melody nyaris berhenti berdetak. Ia tahu itu kesalahan. Arjuna selalu teliti soal pendidikan Alea—tak ada satu hal pun yang luput dari perhatiannya.Ia menarik napas, mencoba mengendalikan kecemasan yang mencengkeram d

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 85. Lagi-lagi Berbohong

    “Ayah?”Suara Alea lirih, hampir tak terdengar, seperti sehelai daun yang jatuh di tengah senyap. Langkah kakinya yang biasanya lincah kini melambat, seakan setiap jejaknya menanggung beban luka yang belum sembuh. Matanya tak lepas dari sosok sang ayah, terbaring lemah di atas ranjang tua, tubuhnya lebih kurus, wajahnya pucat, seolah hidup hanya menumpang sebentar lagi.“Alea, kamu datang, Nak?” Suara Suripto serak dan terputus oleh batuk. “Ayah kira… kamu sudah membenci Ayah.”Melody berdiri di ambang pintu, dadanya sesak melihat pria yang dulu menghancurkan hidupnya kini terbaring tak berdaya. Dendam dan iba bertarung di dalam hatinya. Dulu Suripto adalah sosok yang ditakuti, keras, bahkan kejam. Tapi kini… tubuh itu tak lagi sama. Apakah ini balasan dari semesta? Tapi kenapa hatinya justru terasa nyeri?“Alea nggak benci Ayah…” jawab Alea sambil duduk di tepi ranjang. Mata bulatnya menatap ayahnya dalam. “Cuma… kadang Alea sedih. Soalnya Ayah nggak pernah datang lagi. Nggak pernah

  • Ibu Pengganti 1 Milyar Untuk Anak CEO   Bab 84. Terpaksa Berbohong

    Melody terdiam, matanya kosong menatap lantai kamar. Ia duduk di tepi ranjang, kedua tangannya saling menggenggam erat di pangkuan. Kepalanya penuh gejolak—ia tahu apa yang harus ia lakukan, tapi keberanian belum juga datang. Bagaimana mungkin ia meminta izin pada Arjuna untuk menemui Suripto? Ia yakin, Arjuna tak akan pernah mengizinkannya.Suara pintu kamar yang terbuka pelan menyentaknya dari lamunan."Melody... kamu belum tidur?" tanya Arjuna, suaranya tenang, baru saja pulang dari kantor."Belum..." jawab Melody lirih. Ada jeda. Ia menarik napas, mencoba menyusun kata. "Hmm... Mas, aku... aku mau bicara sesuatu."Arjuna berjalan pelan dan duduk di sampingnya. Ia menatap istrinya yang tampak gelisah. Wajah Melody pucat, matanya beralih dari lantai ke jari-jarinya sendiri, lalu kembali ke lantai."Apa? Katanya mau bicara?" tanya Arjuna, bingung melihat istrinya seperti menahan sesuatu."Itu..." suara Melody bergetar. "Alea... besok Alea minta aku temani ke acara sekolah."Itu bukan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status