Home / Romansa / Ibu Sang Pewaris / Bab 8. Dua Pria

Share

Bab 8. Dua Pria

Author: Jewellrytion
last update Last Updated: 2023-01-19 17:02:25

Bab 8. Dua Pria

Kemal yang merupakan Chief Executive Officer (CEO) dari Ozdemir Group untuk Region Asia Pasific, melakukan rapat koordinasi dengan jajaran direksi untuk rencananya berkantor sementara di Surabaya. Kewenangannya tidak berubah, beberapa pekerjaannya akan dibantu oleh Chief Operating Officer (COO) atau direktur operasional. Lihat bagaimana Kemal mengatur semua dengan apik.

Kemal tetap menyelesaikan setumpuk berkas yang harus diteliti dan ditanda tangani. Pria itu paham betul tanggung jawabnya sangat besar. Karena segaris tanda tangannya pada dokumen yang dipegang itu, sangat berharga dan punya potensi hokum yang tinggi. Jadi dia tetap bekonsentrasi menyelesaikan semua sebelum bertolak ke Surabaya.

Kebetulan sang CEO itu akan bertemu dengan pejabat provinsi untuk mega proyek pemerintah di sana. Sungguh alam pun merestui rencananya.

“Bos, pesawat sudah mendapat izin terbang sore ini.” Heru melapor pada bosnya.

Rasa gugup langsung melingkupinya sekarang. Seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta. Pria itu juga meminta Heru mengantarnya ke barber shop terbaik untuk merapikan penampilannya sebelum bertemu lagi dengan pujaan hati. Kemarin saat bertemu, Kemal menyadari dirinya terlihat acak-acakan. Mungkin itu yang membuat jasmine sempat tak mengenalinya, pikirnya. Padahal bukan itu.

Tenanan iki, wong sugih kalo jatuh cinta kelakuannya suka alay!

Tentu Heru hanya bicara dalam hati. Mana berani dia bicara begitu. Bisa-bisa bonusnya tidak jadi cair. Kemal menjanjikannya bonus besar jika misi menyatukannya dengan Jasmine berhasil. Jadi, daripada bonus sepuluh ribu dollarnya hangus, Pria asal Sidoarjo itu lebih baik mulai sekarang menjaga mulutnya supaya tidak ceplas ceplos. Lumayan, tambahan modal untuk melamar pujaan hati yang belum tahu siapa.

Sementara, di tempat lain.

Di bandara Hongkong International Airport, Zacky sedang menunggu pesawatnya mendapat giliran untuk lepas landas.

Pria itu ingin memberikan kejutan pada Jasmine dengan datang ke Surabaya. Rindunya sudah tidak terbendung pada wanita yang selama ini menguasi penuh hatinya. Juga rindu pada Zico, si bayi mungil yang kelahirannya dulu disaksikan langsung olehnya. Zacky juga yang memerikan nama Zico dan meng-adzankannya.

“Tuan, pesawat sudah siap.” Amir, asisten Zacky memerikan informasi kalau penerbangan mereka telah siap.

Zacky meninggalkan lounge badnara dengan langkah pasti. Pria itu menggunakan maskapai miliknya, Ardnation Air, dengan rute penerbangan langsung menuju Bandara Juanda Surabaya.

Namanya juga bos maskapai, Zacky punya kebebasan waktu terbang kapanpun. Terutama dengan pesawat The Embarder Legacy 600 miliknya. Pesawat itu memiliki jalur penerbangan yang berbeda dengan pesawat komersil lainnya.

Pesawat tersebut bisa menjelajah hingga ketinggian 45.000 kaki, lebih tinggi dari pesawat komersil. Hal itulah yang membuat Zacky punya keleluasaan jam terbang. Waktu tempuh yang lebih cepat menjadikan jet pribadi banyak dilirik para pengusaha untuk kunjungan bisnisnya. Karena itu, Zacky juga menyewakan beberapa pesawat jetnya pada rekan bisnisnya.

Tugas Zacky sudah selesai di Hongkong. Bisnis yang bekerja sama dengan perusahaan penerbangan Hongkong sudah berjalan dengan baik. Kini, Zacky ingin kembali ke Indonesia beberapa waktu. Apalagi tujuannya, kalau bukan untuk menemani Jasmine dan Zico. Pria itu ingin menebus waktu yang hilang diantara mereka.

***

Jasmine tiba satu jam lebih awal.

Syukurlah masih ada waktu mempersiapkan diri.

Kini ia ada di salah satu gedung pencakar langit tertinggi di Kota Surabaya. Tiba di lobby, jasmine terpana dengan gedung bertaraf internasional itu. Rasanya haru karena sudah lama ia tak menapaki lantai marmer perkantoran.

Dengan sedikti gugup, Jasmine melangkah pasti. Ia menghirup dalam-dalam aroma yang menjadi ciri khas lobby perkantoran mewah. Aroma gourmand yang sangat soft namun menenangkan. Perpaduan antara floral, musky dan green. Jika pernah ke hotel Shangri-La, nah seperti itu aromanya.

Setelah melapor pada resepsionis dan mendapat kartu visitor, Jasmine menuju lift. Ia beridir di depan pintu kotak itu bersama para karyawan lain. Beberapa orang berpakaian sepertinya, Hitam-Putih.

ia terus menunduk sambil berdoa, sebelum sebuah teriakan mengagetkannya, dan orang lain di sekitarnya.

“Jasmine!!” Seorang wanita memekik, memanggilnya dengan mata berbinar. Rambutnya pendek sebahu dengan kacamata tebal dan lipstick merah cabai.

Jasmine mengerjap, mencoba mengenali siapa yang memanggilnya. Sebab, seingatnya, dia tak memiliki teman di gedung ini.

“Ya ampun, Hera!” Akhirnya ia bisa mengenali temannya.

Dialah Hera, sahabat Jasmine di kampus dulu. Sama-sama dijuluki ‘si random girl’ waktu itu, karena candaan mereka baisanya hanya Tuhan dan dua orang itu yang tahu.

Sejak lulus, Jasmine kehilangan kontak dengan Hera. Terlebih keduanya disibukkan dengan kehidupan masing-masing. Menjadi deweasa ternyata memang berat.

Dulu, setelah lulus, Jasmine langsung bekerja di perusahaan milik Keluarga Ozdemir dan di sanalah Jasmine muda bertemu dengan Kemal yang tiga tahun lebih tua darinya. Anak sang pemilik perusahaan.

“Aku kerja di tower ini juga. Di lantai dua belas. Kalau kamu sudah selesai interview, hubungi aku ya. Kita makan bareng. Ada tempat makan enak di sini. Tenang, aku traktir!”

Hera sangat bersemangat karena akhirnya bertemu dengan sahabat lamanya lagi. Mereka langsung bertukar nomor agar bisa saling menghubungi.

Setelah berpisah di lantai dua belas, Jasmine melanjutkan ke lantai dua puluh, tempatnya melaksanakan tes kerja. Dingin lift membuat Jasmine bersiap, ia menarik napas dan mulai mengatur senyumnya. Menghilangkan grogi.

Gedung yang berdiri menjulang, desain mewah dan karyawan yang hampir semua good looking, memang memberi kesan mengintimidasi. Tentu saja Jasmine tak kalah cantik, hanya saja dia sudah lama tak bergelut dengan dunia kerja seperti ini. Memakai setelan kerja formal dan heels tinggi.

Jasmine tiba di lantai yang di tuju, begitu keluar lift, ia disambut oleh ruangan bergaya modern dengan meja resepsionis yang futuristic seperti yang ada di film-film Korea.

Ia dan beberapa peserta tes disambut oleh resepsionis lantai tersebut dengan ramah. Mereka diarahkan menuju ruangan tes.

Mereka diberikan lembar isian psikotest sebagai tahap awal yang harus mereka kerjakan selama enam puluh menit. Tentu khusus untuk Jasmine, ini hanyalah tes formalitas. Tapi bagi tujuh kandidat lainnya, ini adalah tes sesungguhnya.

Nama Jasmine langsung diberi tanda oleh seorang pengawas.

Oh, jadi dia yang kemarin dibicarakan Pak Andre? Apa spesialnya?

 Pengawas itu bolak-balik melihat CV Jasmine, tapi tak berani bersuara. Ia hanya menjalankan tugas dan menyimpan rasa iri dalam hati.

Setelah dinyatakan lulus ke tahap selanjutnya, Jasmine beserta empat kandidat lainnya menuju ruang interview. Mereka akan langsung diinterview dengan user atau calon atasannya sesuai dengan divisi masing-masing. Baru setelah itu interview dengan manager HRD untuk bernegosiasi tentang hak dan kewajiban sebagai karyawan.

“Selamat siang, pak.” Sapa Jasmine lebih dulu dengan ramah pada pria berkacamata tipis yang mengenakan kemeja biru langit itu. Di mejanya, terdapat tulisan nama serta jabatan. Andre, Manager HRD.

Andre terdiam beberapa detik. Ia terpana dengan kedatangan Jasmine. Sebelumnya ia memang telah melihat CV dan foto Jasmine, hanya saja, ia tak menyangka Jasmine asli seindah ini.

Pak Jeremi sudah memperingatkannya, agar tidak macam-macam dengan Jasmine. Dia milik Bos besar.

Waduh, berat juga kalau saingannya sama Bos Kemal. Gue gak ada seujung rambutnya!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 27. Terjebak (Lagi)

    Jasmine berjalan menuju pintu keluar. Sesampainya di lobi, wanita itu merogoh tasnya ingin mengambil ponsel untuk memesan taksi online. Tapi sial ponselnya kehabisan daya. "Bagus!" Maki Jasmine pada dirinya sendiri. "Bagaimana ini, mana di luar turun hujan." Ia mendengus pelan. Jasmine menyalahkan kecerobohannya. Gara-gara salah input tanda koma, jadi telat pulang. Padahal ia sudah sudah sangat rindu putra semata wayangnya, ditambah interaksinya dengan Kemal membuatnya ingin segera meninggalkan gedung itu. Tapi hujan tak kunjung reda. Jasmine melihat risau lagi arloji di pergelangan tangannya. "Sudah hampir jam 8 malam," keluhnya. Menatap kembali luar gedung, lalu ia berdiri. Bersiap menerobos hujan meski tak sederas tadi sore. Jasmine harus pulang saat itu juga, Zico pasti khawatir menunggu ibunya yang tanpa kabar sejak sore. Jasmine akan menunggu taksi di halte dekat gedung itu saja. Sedikit basah tak akan membuatnya sakit, kan? Jasmine sudah biasa. Wanita 30 tahun itu berl

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 26. Berdebat Lagi

    Hari-hari berikutnya di kantor berjalan normal, setidaknya Jasmine bisa bernapas lega dan konsentrasi pada pekerjaannya. Padahal Kemal memang sengaja memberi jeda agar Jasmine tidak takut padanya.Pembicaraan mereka kemarin dirasa cukup membuat Jasmine tak berkutik. Wanita itu benar-benar terkurung lagi dalam hidup Kemal. Katakanlah untuk beberapa bulan mendatang.Bukan Jasmine tak paham, wanita itu sadar betul Kemal tak akan melepaskannya dengan mudah. Jasmine harus bersabar sambil mengumpulkan kembali pundi-pundi uangnya, baru kemudian ia benar-benar akan keluar dari perusahaan itu.Namun hari ini, Jasmine harus satu lift dengan pria yang wanginya telah lama menjadi favoritnya itu. Jasmine tak sengaja menggunakan lift direksi saat akan turun ke loby. Jasmine ingin segara pulang. Tapi tindakan cerobohnya malah memberikan keduanya waktu bersama. Keheningan menyelimuti. Jasmine tak berani bicara. Ia menggenggam eratnya. Malas melihat ke depan, dimana ada pantulan diri Kemal. Pria itu

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 25. Mulai Berdebat

    Jasmine kembali ke kubikelnya lagi setelah diminta untuk memberikan laporan ke meja Kemal. Wanita itu menjatuhkan punggung pada sandaran kursi, seraya mengembuskan napas berat. Ia coba mengumpulkan keberanian menghadapi Kemal sendirian. Bagi Jasmine ini seperti mendatangi sendiri singa yang sedang lapar. Merelakan diri menjadi buruannya. Jasmine pusing sendiri. Tapi demi gaji dua digit-nya, Jasmine harus sanggup. Dua digit, Jasmine. Semangat! Jasmine membayangkan angka itu masuk dengan tertib ke rekeningnya tiap bulan. Membayangkan sekolah Zico, sewa apartemen dan biaya pemeliharaannya, budget makan selama satu bulan,serta gaji Mbak Murni. Dengan gaji sebesar itu, ia dapat memberikan Zico kehidupan yang lebih baik. Dan yang paling utama, ia bisa hidup mandiri tanpa merepotkan Zacky lagi. Dengan segera beranjak dari kubikelnya menuju lantai paling horor di gedung ini. Lantai tempat Kemal berada. Sampai di cluster khusus pimpinan, Jasmine bertemu dengan Hansen, sekretaris

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 24. Skak Mat

    "Kembali ke tempat dudukmu!" perintah Kemal bak sengatan listrik yang membuat Jasmine kena serangan jantung. Skak mat! Jasmine kembali ke kursinya dengan wajah memerah karena malu. Tidak ada yang tahu bahwa dua orang itu saling kenal, mereka hanya melihat kasihan pada Jasmine, di rapat pertamanya wanita itu harus mendapat teguran dan tatapan tajam dari big bos mereka. Jasmine hanya bisa berharap rapat ini berjalan singkat. Iya, semoga saja singkat. Sebab dirinya jadi kesulitan napas karena serangan jantung mendadak yang dialaminya barusan. Jasmine berusaha fokus meski sulit. Diam-diam ia memperhatikan Kemal. Pria yang telah ia tinggalkan tujuh tahun itu, terlihat berbeda sekarang. Kemal lebih bisa mengendalikan diri, dengan tetap fokus pada materi rapat, diskusi dengan para petinggi yang lain, walau sesekali tatapan mereka bertemu, Kemal dengan cepat memutusnya dan menguasai diri. Jasmine tahu, Kemal pasti ingin berbicara banyak dengannya. Mengingat pertemuan tak sengaja

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 23. Bertemu (Lagi)

    "Jasmine, jangan lupa meeting gabungan nanti sore, ya." Rekan kerja Jasmine mengingatkan."Meeting gabungan, Mbak Pur?""Iya. Big Boss mendadak ngadain meeting gabungan. Feelingku sih buat nyecer anak-anak tentang mega proyeknya, katanya ada masalah," terang Mbak Pur. "Tapi aku baru gabung, Mbak. Belum megang proyek itu." Jasmine tiba-tiba gugup. "Tenang, kamu siapin aja bahan dan laporan tim kita. Filenya ada di folder ini." Mbak Pur menunjuk pada layar komputernya, menunjukkan folder yang harus Jasmine lihat. "Aku juga bikin kok, biar nanti kita bisa saling back up, in case si Boss tanya-tanya," terangnya lagi.Jasmine hanya mangguk-mangguk pasrah. Sore itu, pekerjaannya hampir selesai. Jasmine sudah membayangkan akan pulang cepat dan menemani Zico ke toko buku seperti permintaannya tadi pagi. Namun sayang, rupanya ada rapat dadakan yang harus dihadirinya. Ini adalah rapat gabungan pertama baginya, dan Jasmine harus menampilkan performa terbaik nanti.Bersama dengan staff yang lai

  • Ibu Sang Pewaris   Bab 22. Ibu Sang Pewaris

    Hansen mulai membuka mata, terbangun dari tidur indahnya sepanjang hari. Pria itu merasa linglung, sedikit pusing dan tentu saja, pegal-pegal karena seharian tidur meringkuk di sofa empuk. "Loh kok aku di sini?" ucapnya tak sadar dengan apa yang terjadi. Hansen menggerakkan otot badannya yang kaku. Lehernya pun digerak gerakkan hingga terdengar bunyi 'kretek-kretek'. “Eh ko Hansen udah bangun. Enak tidurnya, ko?" Heru menyindir rekan kerjanya. Sementara Hansen hanya meringis. Beruntung Kemal sedang tidak ada di ruangannya. Jam segini, Kemal sedang asyik memata-matai Jasmine. Hansen, resepsionis dan security di lantai direksi diminta untuk berkumpul oleh Heru. Pria itu melakukan briefing dadakan. “Mulai sekarang, siapapun, perempuan manapun yang ngaku-ngaku saudara, pacar, tunangannya Bos Kemal, DI-LA-RANG naik apalagi sampai masuk menemui Bos. Gak usah minta persetujuan segala, kelamaan. Langsung BLOCK aja dari kalian. Paham?!" Heru memberi arahan serius. "Paham!" Mereka menj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status