Home / Rumah Tangga / Ibu Susu Anak Dosenku / 5. Tak Secantik Parasnya

Share

5. Tak Secantik Parasnya

Author: Blue Rose
last update Last Updated: 2024-05-10 12:56:27

Untungnya ... setelah pertemuan itu, Lela berhasil menghindari Bara. Dia hanya berkomunikasi lewat chat atau email untuk mengirim dokumen revisinya.

Tampaknya, Bara juga berlaku demikian.

Hanya saja, tepat tengah malam, Bara yang baru pulang dari kantor mampir ke kamar Baby Dam yang didesign agar diapit kamar utama yang ditempatinya dan kamar pengasuhnya.

Namun, Bara tak menyangka jika Lela tertidur di sana dengan posisi memberikan asi padanya.

'Shit...' ucapnya dalam hati.

Seketika, dia teringat bahwa mahasiswinya itu sudah menjadi ibu susu putranya.

Masalahnya ... posisi Lela miring menghadap ke pintu, sehingga sebagian dada gadis itu terlihat!

Srak!

Bara langsung melemparkan jasnya ke arah Lela sebelum mendekat untuk memindahkan Baby Dam ke keranjang bayinya. Sebisa mungkin, dia tak melihat aset mahasiswinya itu.

Sayangnya, saat ia akan mengambil Baby Dam, tiba-tiba Lela bangun. "Aaaaa!" teriaknya, kaget.

Matanya melebar dan penuh tuduhan.

"Oeeek!"

Gara-gara teriakan Lela, Baby Dam juga ikut menangis.

Suasana tenang di kamar bayi itu seketika berubah menjadi chaos.

Beberapa pembantu yang tinggal di rumah itu sampai menghampiri kamar Baby Dam. Hanya saja, mereka pergi setelah mengetahui Tuan mereka ada di sana.

Di sisi lain, Bara memijit keningnya.

Ia hanya bermaksud untuk memindahkan Baby Dam, tapi kenapa Lela bereaksi berlebihan?

Jangan-jangan Lela mengira ia akan macam-macam?

"Ssstttt!" kode Bara pada Lela agar gadis itu tenang.

Untungnya, Lela mengerti.

Gadis itu bahkan segera menenangkan Baby Dam agar tidur lagi.

Dan ajaibnya, anaknya langsung tenang!

Jujur, Bara takjub. Tapi, sebisa mungkin dijaganya ekspresi di wajah.

Pria tampan itu bahkan memilih duduk di sofa kecil--berjauhan dari Lela yang kini berada di ranjang single milik Baby Dam.

Sepertinya, dia harus memastikan sesuatu pada gadis di hadapannya ini.

Untungnya, tak butuh waktu lama Lela memindahkan Baby Dam ke keranjang bayi.

"Sudah tidur?" tanya Bara--memastikan.

"Sudah, Pak."

Bara mengangguk puas, sebelum kembali berbicara, "Lela, saya perlu menegaskan ke kamu kalau saya gak tertarik sama kamu baik fisik ataupun non fisik. Jadi, tolong jangan berlebihan seperti tadi."

Jujur, ia merasa harga dirinya terluka karena dikira pria mesum oleh Lela!

Sebagai Dosen pembimbing, dia harusnya menjadi sosok yang karismatik dan teladan bagi mahasiswanya itu.

Dan itu tak boleh berubah!

Sementara itu, Lela langsung menunduk. "Maaf, Pak."

Ia merasa bersalah karena bereaksi seperti itu. Hanya saja, di sisi lain, bukankah ia tak salah sepenuhnya? Itu 'kan reaksi spontan dan wajar sebagai manusia jika kaget?

Hanya saja, ucapan Bara selanjutnya membuat dia kaget!

"Revisian kamu sudah betul, kamu tinggal meneruskan ke Bab selanjutnya."

Hah?

Dari kesal, Lela rasanya ingin berteriak bahagia.

Jika tidak di depan Bara, pasti Lela akan guling-guling di kasur untuk mengekspresikan perasannya saat ini.

Dia tak menyangka akhirnya bisa di titik mencapai standar Bara...!

"Terima kasih banyak Pak, akan saya lakukan," ucap Lela pada akhirnya.

Bara hanya mengangguk santai, lalu beranjak untuk melihat anaknya.

Pria itu mencium kening Baby Dam sejenak sebelum pergi ke arah pintu keluar.

Hanya saja, sebelum benar-benar meninggalkan anak dan ibu susunya itu, Bara menoleh ke arah Lela dan berkata, "Saya ingin anak saya bebas dari radiasi. Jadi jangan sampai kamu bawa laptop atau main HP di ruangan ini."

"Mengerti?" tegasnya.

"Baik, Pak." Lela langsung mengangguk tanpa bantahan. Toh, ia juga bukan orang yang gila gadget, sehingga syarat itu bukanlah beban baginya.

Tak lama, Lela pun kembali memastikan bayi tampan kesayangannya, lalu kembali ke kamarnya.

Dia baru terbangun untuk salat subuh.

Setelahnya, dia pergi ke kamar Baby Dam.

Memang, Lela akan mengurus bayi tampan itu sampai Bi Tati datang ke rumah. Setelahnya, Lela diberi waktu entah ke kampus atau mengerjakan skripsi di kamarnya.

Hanya saja, jika Lela di rumah, Baby Dam bisa kapan saja mencarinya untuk meminum Asi atau hanya sekedar rindu padanya.

Sejujurnya, Lela sudah mirip seperti ibunya Baby Dam....Kebetulan, bayi itu selalu bangun jam 5 pagi.

Jadi, Lela pun langsung menyusuinya. Hanya saja, begitu selesai, tiba-tiba terdengar seorang perempuan berdebat dengan Bara dari arah pintu utama mansion.

"Harusnya kebun kopi di Tangerang itu punyaku!" tuntutnya pada Bara, "jadi, berikan hakku!"

"Bagian kamu udah selesai diproses. Bahkan, itu lebih dari yang sebenarnya."

Percakapan itu tampak memanas.

Lela sontak membawa Baby Dam ke taman samping ruang tamu untuk mengintip bersama Bi Tati.

"Siapa Bi?" tanya Lela bisik-bisik.

"Ibunya Baby Dam."

Segera, gadis itu mengamati wanita yang sedang berdebat dengan Bara.

Diakuinya ibu Baby Dam sangat cantik. Bahkan, lebih cantik daripada fotonya!

Akan tetapi, mendengar perdebatan mereka, Lela jadi tak yakin kalau wanita itu memiliki hati secantik wajahnya..... apalagi melihat kenyataan bahwa Baby Dam juga menjadi korban dari keegoisannya.

Demi keamanan telinga bayi tampan di pelukannya, Lela lantas membawanya ke kamar.

Kasihan kalau bayi sekecil itu harus menerima suara buruk sejak dini, kan?

"Abububu...bu?" oceh Baby Dam menunjukkan boneka robotnya begitu tiba di kamar.

Bocah itu sepertinya ingin bermain itu.

Lela pun menanggapi dengan riang, "Iya, Sayang."

Ditemaninya bayi itu bermain sembari sesekali mengecek lembaran hvs yang sudah berisi jurnal-jurnal referensi skripsinya.

Lela memang sengaja mencetaknya di sana untuk menghindari radiasi bagi Baby Dam sesuai perintah sang dosen.

Semoga saja, nanti ia bisa mengerjakan Bab selanjutnya tanpa kendala.

Jujur, dia ia sudah lelah karena skripsinya, tidak maju-maju.

Hanya saja, konsentrasi Lela terpecah kala pintu kamar Baby Dam dibuka mendadak.

Tak hanya itu, sosok cantik yang tadi ia lihat di lantai dasar masuk ke ruangan itu!

Deg!

"Ha...hallo, Nyonya?" ucap Lela, bingung.

Blue Rose

waduh, udah kayak ketemu sama saingan cinta nih...

| 35
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Semiyati Sumarto
pilihan yg tepat,selain membantu Baby Dam tumbuh dgn baik lelanuga bisa membantu ibunya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Susu Anak Dosenku   Extra Part: Sakinah Bersama Lela

    Lela mengalihkan pembicaraan agar Bara tidak fokus pada itu. "Aku ngantuk dan capek, tidur di kamar yuk! Katanya mau ngecas energi?" Ia langsung berdiri dan merentangkan tangan minta dipeluk. Bara pun tak membahas apa yang ia tanyakan tadi pada istrinya, dan segera menyambut pelukannya. Namun, sebelum itu ia meminta Bi Tati untuk memindahkan Damien ke kamarnya. Apartemen itu ada 1 kamar utama, dua kamar ukuran sedang untuk Baby Alesha juga Damien sendiri-sendiri, dan untuk pembantu satu kamar tapi dua ranjang, ukurannya juga luas. Bara dan Lela masuk kamar dengan bahagia, saking rindunya sampai melupakan anaknya. Untung mereka kaya dan ada yang bisa diperintah, kalau tidak, parah sih. ••• Paginya, Bara dan Lela ke rumah sakit untuk mengunjungi Hendra lagi. Kali ini mereka membawa serta anak-anak, karena ada Bara juga. Namun sebelum mereka masuk, mereka mendengar teriakan Eva. "Mas, padahal tinggal bilang dengan baik-baik kok, kenapa harus pake bahasa yang kasar?!" kesalnya.

  • Ibu Susu Anak Dosenku   200. Berakhir

    Sudah dua pekan Lela di Bandung, tiba-tiba Bara menelpon di jam kerjanya. Biasnaya ia akan mengambil waktu istirahat untuk telpon. "Kenapa sih?" tanya Lela pada suaminya di video call. Namun sepertinya Bara sedang di Mansion, terlihat backgrounnya kamar Damien. "Nih, Damien nangis pingin ketemu Mama katanya," ujar Bara. Kamera pun disorot ke Damien yang sedang menangis, ia terlihat sangat sedih. Lela jadi ketularan sedih dan langsung menghela napas. "Ya Allah Sayangku, kenapa nangis?" tanyanya lembut. "Pingin ikuuuuut," jawab Damien dengan isak tangisnya. Sementata itu Baby Alesha menyembul di balik hijab Lela, ia baru selesai menyusu dan melihat ke arah kamera. "Nih, diliatin Dedek Alesha. Masa Abang gak malu?" ujar Lela. Damien pun mengusap air matanya, ia memang anak yang cukup gengsian. Apalagi sejak Alesha lahir, Damien berperan menjadi kakak jagoan yang selalu melindungi adiknya. Bahkan setiap teman-teman Bara atau Lela datang menbawa anak-anak mereka, Damien

  • Ibu Susu Anak Dosenku   199. Yang Pasti-pasti Aja

    Lela tersenyum masuk ruangan rawat inap Hendra bersama suaminya. Bahkan sedari tadi, Bara terus merangkulnya sampai susah masuk di pintu masuk karena Bara yang besar. "Assalamualaikum, Papi, Mama!" sapa Lela pada mertuanya. Eva pun tersenyum dan langsung berdiri. Lihatlah, ia anggun sekali seperti Ratu Inggris yang penuh etiket. Pakaiannya juga sangat sopan meski tidak berhijab, ia sangat rapih dan berkelas. "Waalaikumsalam, Sayang." "Gimana kabarnya, Papi sekarang?" tanya Bara. "Loh katanya Bara mau balik ke Jakarta?" tanya Eva setelah menyalami dan memeluk Lela. "Iya, ini abis dari sini langsung balik ke Jakarta." Eva mengangguk-angguk, "Papi kamu udah mulai membaik, tinggal pemulihan. Tapi Mama mau Papi kamu dirawat dulu sampai bisa jalan," ujarnya. "Takut banget kalo ada apa-apa nanti, masalahnya kan Nyonya Yun... eh Mami lagi sakit juga, abis tenggelam di kolam waktu di Bali." Lela terkejut, "Loh terus gimana sekarang?" "Udah baik katanya. Dia kayaknya mau

  • Ibu Susu Anak Dosenku   198. Membereskan yang Tersisa

    Hendra terkena stroke dan dirawat di rumah sakit di Bandung. Maka, dalam keadaan itu Bara datang mengunjungi ayahnya dan melihat ayahnya tidak bisa bicara dengan baik. Sayangnya, Bara tidak bisa menjaga ayahnya karena harus bekerja. Kakak-kakaknya juga tak bisa datang karena sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka di luar negeri. Melihat situasi itu, Lela minta izin pada Bara untuk ikut merawat Ayah mertuanya dan tinggal di sekitar rumah sakit. Awalnya Bara tidak mengizinkannya karena ia khawatir pada Lela yang masih harus bersama dengan Baby Alesha. Akan tetapi, Lela berhasil meyakinkan suaminya dan meyakinkannya bahwa itu adalah baktinya yang harus ia sampaikan kepada mertuanya. Ia berkata pada Bara. "Mas, selama ini aku nggak 100% nyalahin sikap Papi sama aku. Sikapnya itu sangat wajar, karena dia hanyalah orang tua. Umumnya orang tua ya selalu ingin yang terbaik untuk anaknya dan aku mungkin gak masuk pada kriteria dia waktu itu. Wajar buat dia untuk berkomentar

  • Ibu Susu Anak Dosenku   197. Mengunjungi Greg

    Hal yang Lela khawatirkan adalah fakta bahwa ayahnya sudah keluar dari penjara saat ia pulang ke Jakarta. "Kenapa, Sayang?" tanya Bara lembut. "Aku pingin kamu lakuin satu hal." "Apa itu?" tanya Bara khawatir dengan sorot mata istrinya yang penuh ketakutan. "Itu..." Lela berat mengatakannya. "Lindungi Ibu dan adik-adikku. Tolong ya..." Bara berpikir sejenak, "Itu pasti, tapi kenapa?" "Bapakku udah keluar dari penjara, setidaknya tepat kita sampai di Jakarta." Bara terkejut, itu benar. Ayah mertuanya yang kriminal itu harusnya akan keluar dalam hitungan hari. "Aku akan kirim orang untuk melindungi mereka, kamu jangan khawatir. Kalo bisa, aku akan pindahkan mereka. Oke?" "Atau... Biarin ibu dan adik-adik tinggal sebentar di mansion, sebelum kita pindahkan mereka ke tempat lain." Bara pun merasa itu ide yang bagus. "Boleh. Akan aku urus semuanya." "Makasih, Mas." "Apapun buat kamu, Sayang." Lela pun lega mendengarnya, bagaimanapun ayahnya belum tentu jera sete

  • Ibu Susu Anak Dosenku   196. Keguguran

    Bara selesai menggarap urusan di Jepang lebih cepat dari biasanya, ia sudah menyerahkan kasus yang ia alami kemarin pada teman-temannya yang lain. Tentu saja itu dengan bayaran yang sepadan. Namun sebelum Bara dan timnya benar-benar menangkap Dinda, Dinda sendiri sudah menyerah duluan. Mudah untuk ditebak sih, karena Dinda memang tidak punya backing yang kuat. Ia melakukan drama itu dengan model nekat, tanpa berpikir panjang. Dan yang lebih parahnya lagi, muncul berita bahwa Dinda keguguran gara-gara stress. Blenda sendiri yang memberitahu Bara dan teman-temannya. Itu karena Dinda pergi ke kliniknya dan diurus di sana, tempat yang dulu juga tempat kerja Dinda. Di situlah Dinda seolah menerima karmanya lebih cepat dari yang orang kira. Pada akhirnya, Dinda harus menerima semua bantuan yang dilakukan oleh Blenda padanya. Padahal Blenda hanya brrsikap profesional sebagai seorang dokter. Sementara netizen yang heboh pun langsung kecewa, karena ternyata dramanya tidak seru.

  • Ibu Susu Anak Dosenku   195. Dinda Menggali Kuburnya

    Awalnya Bara dan teman-temannya memang ingin diam saja, ketika Dinda membuat drama di media sosial dan viral. Namun, itu berubah ketika Dena memberitahu mereka kalau sebenarnya Dinda juga menyewa buzzer untuk terus membuat opini bahwa semua kejadian itu mengarah pada Greg, yang terzolimi oleh Bara dan Lela.Sementara itu, fans garis keras dari Greg mulai mengopinikan dan mendukung pernyataan-pernyataan yang mengarah pada Bara dan Lela itu. Bahkan sampai ada yang memberikan statement bahwa Bara adalah mafia yang melatarbelakangi semua terjadinya kasus lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Bara. Hal itu juga menjadi semakin parah dan mempengaruhi bisnis Bara. Sehingga Hendra ikut nimbrung dengan mengomeli anaknya karena kasus ini, membuat bisnis mereka menurun.Maka Bara pun tidak bisa berdiam diri. Ia kemudian memberikan keterangan di media sosialnya beruba video yang sangat tegas pada siapapun yang membuat konten drama itu. "Selamat Pagi, semuanya! Saya sedang berada d

  • Ibu Susu Anak Dosenku   194. Kencangkan Sabuk

    "Aku udah bilang sama Blenda, tapi aku gak nyngka kalo sejauh itu pemikiran dia." "Gimana?" tanya Lela. Bara menghela napas, "Dia malah dukung aku buat cerita ke yang lain." Lela terkejut, "Hah, serius?!" Bara mengangguk, lalu berkata kalau ia akan melakukan janji temu dengan teman-temannya. Ia tak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut, bahkan memperngaruhi bisnisnya. Ia pun membuat janji dengan teman-temannya karena perbedaan tempat dan banyak yang harus mereka kerjakan jadi sulit untuk menemukan waktu yang tepat. Alhasil, mereka memutuskan untuk video call. Namun mereka juga sudah dibriefing oleh Bara untuk tidak merecord semua yang mereka bicarakan hari itu. Bara percaya pada teman-temannya bahwa mereka bukan tipe teman-teman yang suka Cepu, apalagi ini tentang Greg yang menjadi alasan mereka video call malam ini. "Jadi, gue cuma mau bilang. Gue harap kalian jaga rahasia kita. Kemarin kalian nyalahin gue tentang Greg, tapi gak ada yang bener-bener tahu apa yang seb

  • Ibu Susu Anak Dosenku   193. Blenda Tidak Bodoh

    "Hallo, Nda." "Hallo, Bar. Kenapa?" "Gue mau minta pendapat lo, tentang temen-temen gue sama Greg. Masalahnya, gue sekarang jadi dimusuhin sama circle gue gegara kasus suami lo. Gimana nih?" "Mau lo apa?" tanya Blenda santai. "Ya gue mau cerita ke mereka." "Cerita aja," jawab Blenda santai. "Loh?" "Iya, cerita aja biar lo gak disalahin sama mereka." "Lo gak papa?" tanya Bara memastikan. "Ya nggak papa, emang gue kenapa? Gue kan sengaja bioin dia sengsara sekalian karena udah mengkhianati kepercayaan gue. Gue udah bilang sama lu kan, kalau gua juga pengen dia ngerasain hancur, sehancur-hancurnya. Terus apa masalahnya?" "Gue kira lu gak terima kalo gue cerita ke mereka." "Serius, gue gak masalah." "Gue justru terbantu dengan itu. Lo cerita ke mereka, sehingga temen-temen lo pada berpihak ke lo. Setelah itu Greg bener-bener ditinggal sama semua teman-temannya, terus enggak ada tempat bersandar, endingnya? Dia bakal balik ke gue, mohon-mohon dan itu tujuan gue." B

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status