Share

3. Pria Dewasa yang Hot

Keesokan harinya, Bi Ijah kembali datang seperti biasa. Tampaknya, ia hanya bisa menemui Lisa saat sore setelah jam kerjanya selesai.

"Saya sudah bicara dengan Tuan Alex, kalau Tuan Alex sendiri nggak masalah, bahkan dia bersedia menyiapkan sopir atau motor untuk aktivitas pulang pergi Lisa. Kalau Lisa nggak mau pakai sopir, jadi di sana nanti Lisa bisa pulang sekitar jam 4 sore, dengan jam kerja setelah pulang sekolah.”

Lisa dan Nenek Mirna mengangguk-angguk mendengarkan, “Jadi Lisa nggak kelamaan di sana, kalau Tuan Alex sendiri memang lebih memperhatikan kualitas. Dia pengennya sesuatu yang bagus, kalaupun harus Nak Lisa di sana dalam waktu singkat nggak apa-apa, nggak masalah. Nanti Lisa bisa siapkan cadangan untuk diminum Tuan Muda ketika malam hari. Tuan Alex juga menyiapkan makanan khusus Ibu Menyusui, nanti Lisa dipastikan setidaknya harus siap untuk makan makanan sehat demi agar Tuan Muda menerima asi yang sehat. Bagaimana?"

Lisa mengangguk setuju, "Selama ini, Nenek juga gak ngebolehin jajan sembarangan. Jadi, aku makan makanan yang baik terus."

Bi Ijah pun mengangguk, begitupun juga Mirna yang telah menyetujui. Alhasil Bi Ijah berkata kalau, "Lisa bisa mulai kerja besok dan saya akan mengajak Lisa ke rumah Tuan Alex dulu hari ini untuk memperkenalkannya kepada Tuan Alex karena besok Tuan Alex tidak di rumah beliau harus perjalanan bisnis ke luar negeri, jadi hari ini perkenalan dan besok langsung kerja,” jelasnya.

Lisa menurut saja, sehingga mereka pun langsung menuju ke rumah besar Alexander itu.

+++

Ketika tiba, Lisa melongo melihat kemewahan rumah bossnya itu. Selama ini, ia hanya bisa melihat itu di TV, tapi sekarang ada di depan matanya!

Ia tidak tahu kalau ia bisa sampai menginjakkan kaki di rumah itu sebagai salah satu dari pekerja di sana dan benar saja, di sepanjang jalan menuju ke rumah istana itu ia melihat beberapa bodyguard menatapnya. Ketika ia baru masuk, ia juga menemukan beberapa bodyguard yang menatapnya penuh damba sekaligus kagum. Meskipun begitu, Bi Ijah sudah berkata kalau mereka steril dari perilaku jahat.

"Lis, tenang aja dah. Meskipun mereka mungkin kaget dengan kecantikan kamu, mereka nggak akan ngapa-ngapain karena mereka udah dididik dengan baik juga sama Tuan Alexander."

Lisa pun mengangguk dan menjadi lebih tenang mendengarnya.

Setelah mereka sampai di sebuah ruangan yang konon katanya ruang kerja Tuan Alex, pun Bi Ijah langsung mnegetuk pintu dan izin masuk. Langsung saja dari dalam sudah terdengar suara agar mereka masuk.

"Masuk!"

Lisa bisa melihat seorang pria dewasa sedang membaca dokumen dan sesekali mengetik di komputernya. Pria itu tampan, berbadan besar alias kekar, tidak terlalu besar tapi pas untuk dikatakan pria hot yang selalu dibicarakan perempuan masa kini. Namun, Lisa agak ngeri ketika melihat beberapa tato di tangannya dan tindik di telinga kanan kirinya yang berwarna perak kecil tapi memberi kesan sangar.

Lisa jadi ingat kalau dulu ia juga pernah melihat orang tersebut di TV, mungkinkah dia artis, atau orang penting di Indonesia. Ingatan Lisa buruk, ia menyesalkan hal itu di saat-saat seperti ini, ingatannya harusnya bekerja dengan baik.

Maxelio Derix Alexander, seorang pewaris utama keluarga Alexander yang merupakan keluarga bangsawan yang berasal dari Spanyol. Namun, ayah Max menikah dengan seorang putri Duke dari Inggris, sehingga Max bersama kedua kakaknya memiliki masa kecil di dua negara itu.

Hingga Max merantau ke Asia dan membangun perusahaan di Indonesia, lalu ia memilih menetap di sini dan berumah tangga dengan Eva Jianka si model papan atas keturunan China-Sunda. Makanya ia sering melakukan perjalanan bisnis, jadi tidak bisa mencurahkan banyak waktunya bersama sang anak dan istri, sampai istrinya muak dan memilih berpisah.

"Tuan, ini saya datang membawa Lisa, Ibu Susu untuk Tuan Muda Axel."

Orang yang disebut sebagai Tuan itu pun mendongak dan meletakkan pulpennya, melepaskan kacamata bacanya dan menatap lekat orang yang datang bersama Bi Ijah. 

Max seketika tertegun melihat sosok itu, sosok berhijab dan bergamis dengan jaket berhodie oversize yang membungkus tubuh berisinya itu. Gadis itu tersenyum polos, tapi Max buru-buru menyadarkan diri agar tidak terpesona. Ia sedikit mendengar dari Bi Ijah kalau gadis yang akan ia bawa masih kuliah, intinya kalau dibandingkan dengannya, mereka memiliki perbedaan usia yang jauh.

"Namanya, Lisa?" tanya Max dingin.

Bi Ijah mengangguk, "Benar Tuan," jawab Bi Ijah.

Max terus menatap Lisa dengan tatapan menyelidik, "Serius kamu masih kuliah?" tanyanya.

Meski gugup, Lisa memberanikan diri menatap lawan bicaranya yang bermata biru muda itu, "I--iya, Tuan. Semester 7, sebentar lagi lulus."

Itu jawaban yang tak terduga bagi Max, Lisa terlihat sekali polos, padahal awalnya ia curiga kalau meskipun Lisa anak kuliahan, ia adalah anak nakal yang melakukan pergaulan bebas.

Ia pun tersenyum tipis, lalu mengangguk-angguk dan mengisyaratkan agar Lisa duduk.

Bi Ijah tentu sangat terkejut dengan reaksi Max, bagaimana bisa Max tersenyum padalah seluruh mansion tau bagaimana tuan mereka yang sangat irit senyum. Di tengah lamunannya, Max mengusirnya keluar agar ia dan Lisa leluasa membicarakan kontrak.

"Kamu keluar dulu," ujarnya.

Lisa terkejut ketika Bi Ijah juga dengan cepat mengangguk, "Baik, Tuan," ujar Bi Ijah sambil mengelus pundak Lisa agar Lisa tidak takut.

Max tau Lisa takut karena harus berdua dengan orang asing di sebuah ruangan, sementara itu Bi Ijah membiarkan pintu sedikit terbuka.

Ditinggal Bi Ijah, Lisa duduk di sebrang Max yang dibatasi meja kerjanya yang menurut ukuran Lisa itu sangat besar.

"Jadi kamu menghasilkan asi?" tanya Max.

Lisa mengangguk, "Iya, Tuan."

"Kenapa?"

Lisa terkejut dengan pertanyaan itu, "Maksudnya, Tuan?"

"Ya, saya perlu tau bagaimana orang yang nantinya akan mengalirkan asi untuk makanan anak saya, saya harus memastikan orang itu adalah orang baik-baik. Kamu pernah mendengar kan, kalau sifat orang tua bisa menurun dan bisa saja dengan kontak asi."

Lisa mengangguk mengerti dengan penjelasan itu, "Kata dokter karena saya kelebihan hormon."

"Sejak?" 

"Sejak kelas 7 SMP ketika saya mulai haid, pertumbuhannya sangat pesat, sehingga Nenek saya membawa saya ke dokter."

"Hasilnya?" tanya Max lagi.

Lisa agak gugup sebenarnya, tapi ia tetap menjawab karena ia tidak melakukan kesalahan, jadi ia tak perlu takut.

"Karena faktor genetik, saya kelebihan hormon. Sehingga sejak saat itu, saya mulai menjual asi ke bank asi."

Pembicaraannya sudah cukup, Max juga tak tahan berlama-lama dengan gadis molek itu. Entah mengapa, ia merasa takut tak bisa menahan hasratnya yang sejak lama terpendam.

"Oke, kita training kamu dulu seminggu. Kalau anak saya nyaman baru kita tanda tangan kontrak," ujar Max.

Tanpa mengatakan apa-apa Lisa langsung tersenyum dan mengangguk.

"Sekarang kamu keluar dan minta Ijah untuk mengantar kamu bertemu anak saya agar dia berkenalan dengan calon ibu susunya," lanjutnya dingin dan mengalihkan pandangan dari Lisa.

Meski bingung, Lisa hanya bisa mengangguk lagi dan segera pamit. "Baik Pak, saya pamit keluar dulu."

Perempuan muda itu terus melangkah meninggalkan Max yang mengusap wajahnya frustasi. Pria itu tampak tidak menyangka pertemuannya dengan calon ibu susu sang anak akan berakhir 'kekalahan' pada bagian bawahnya.

"Gue harus menghindar, gila cuma liat mukanya aja gue tegang gini. Brengsek banget, dia keliatan polos dan gak tau apa-apa," lirihnya.

Jujur saja, Max tidak pernah sebegitu mudah terangsangnya dengan seorang wanita, apalagi ini seorang gadis kuliahan yang polos!

"Lisa ...."

Blue Rose

See u next part :D

| 17
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Sri Handayani
Max langsung terpesona pada pandangan pertama
goodnovel comment avatar
Permatasari Elsudjai
keren cara menuliskan cerita dalam kalimat, benar2 tertata baik bahasanya. mudah dicerna
goodnovel comment avatar
Moh. Trizal Entengo
Next thor bikin penasaran aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status