Share

4. Baby Axel Mulai Bucin

"Huaaaaa!"

Lisa merasa kaget begitu mendengar suara bayi menangis. Ketika ia menaiki tangga, tangisan itu semakin kencang terdengar.

Seketika, Lisa merasa sangat kasihan. Tangisan kejar itu seolah menandakan sang bayi tidak baik-baik saja, sementara suara dua perempuan juga berusaha menenangkan sang bayi dengan tabah.

Bi Ijah mengantarkan Lisa ke kamar sang Tuan Muda.

Sebuah kamar dengan pintu putih yang biasa saja, tetapi ketika dibuka tampak mewah dalam warna pastel yang sarat akan anak-anak.

"Permisi, Mbak Resti!" sapa Bi Ijah ketika membuka pintu dan mendapati seorang baby sitter dan bayi di gendongannya yang sedang menangis.

Sementara di sebelahnya ada Mbak Mami yang memegang mainan mencoba membantu menenangkan.

Melihat itu, Bi Ijah mendekat, "Ya ampun ini Aden kenapa lagi?" tanyanya panik.

"Enggak tau Bi, dia keliatan laper tapi gak mau minum susu," jawab Mbak Resti.

"Susu apa?" tanya Bi Ijah mengambil alih baby Axel.

"Formula Bi, tadi Pak Alex menghentikan pembelian susu di bank asi gara-gara ditemukan virus di salah satu susu yang kami beli," ujar Mbak Mami--salah satu pembantu yang ikut membantu Mbak Resti menangkan baby Axel.

"Ya Allah, pantesan," ujar Bi Ijah sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya agar baby Axel tenang.

Lisa yang sedari tadi menonton pun, tak tega karena baby Axel benar-benar lapar. Ia tak akan tenang kalau tidak diberi susu.

"Maaf Bi, boleh saya coba susui?" tanya Lisa mengulurkan tangan.

Bi Ijah, Mbak Mami dan Mbak Resti langsung terkejut.

Awalnya, mereka tak mengindahkan eksistensi Lisa karena fokus pada baby Axel.

"Kamu siapa?" tanya Mbak Mami.

"Iya, kok di sini?" tanya Mbak Resti tak kalah bingung.

Bi Ijah pun langsung menjawab, "Ini Ibu Asi buat Tuan Muda. Lisa, namanya. Kenalannya nanti ya, ini Aden udah keburu lapar."

Melihat baby Axel yang semakin kejar pun, akhirnya Bi Ijah menyerahkan baby Axel ke tangan Lisa. Lisa yang sudah memiliki pengalaman menggendong bayi pun langsung bisa menggendongnya tanpa diajari.

Bi Ijah juga mempersilahkan agar Lisa duduk di tepi ranjag milik baby Axel, lalu ia menyiapkan bantal agar Lisa mudah menyusuinya.

"Duduk dulu sini!" ujar Bi Ijah.

Benar saja, tak lama kemudian setelah ada digendongan Lisa, baby Axel tenang dan mencari sumber makanannya di dada Lisa.

Lisa duduk perlahan, lalu menatap ketiga orang dewasa itu dengan malu.

"Aku belum pernah nyusuin, gimana caranya Bi?" tanyanya malu.

"Gini ...."

Bi Ijah terkekeh, ia kemudian mempraktikan dengan menyingkap hijab instanya ke atas dan menunjukkan caranya.

Lisa mengikuti apa yang dilakukan Bi Ijah, dengan malu-malu mengeluarkan payudara sebelah kanannya kemudian mendekatkannya ke arah mulut kecil baby Axel yang sedari tadi seperti ikan yang ada di air.

"Bismillah," bisik Lisa mengelus kepala baby Axel lembut.

Tak lama, baby Axel langsung mengempeng di puting milik Lisa membuat si empunya meringis karena geli. Tentu saja, ini pertama kalinya ada makhluk yang menyedot payudaranya langsung.

Bi Ijah, Mbak Resti dan Mbak Mami lega melihatnya, mereka lelah menenangkan baby Axel yang kalau sudah menangis susah ditenangkan. Sudah begitu tenaganya yang besar membuat yang menggendong kualahan.

Beberapa kali Lisa meringis, karena baby Axel menyedot dan sesekali menggigitnya dengan gusinya. Sensasi geli lebih mendominasi dan membuat Lisa yang mudah geli itu menjadi lebih geli lagi.

"Anu ... Mbak ini namanya siapa?" tanya Mbak Resti sang baby sitter.

Ketiga perempuan dewasa itu duduk di lantai menonton Lisa menyusui, meski Lisa sudah menutupi payudaranya dengan hijabnya, Lisa tetap merasa malu.

"Maaf ya Mbak-mbak, saya belum kenalan. Nama saya Lisandra Purwaningsih, panggil saja Lisa. Anu ... saya yang akan menyusui dedek Axel ke depannya," ujar Lisa malu-malu.

"Oh iya iya, kemarin Pak Alex memang pesen sama Bi Ijah buat nyariin, eh ketemu kamu. Kamu masih kuliah katanya, ya?" tanya Mbak Mami.

Lisa mengangguk, "Iya, Mbak."

"Owalah berarti kamu yang digosipin tetangga, yang tanya tubuh kamu yang seksi meskipun masih sekolah dulu, eh sekarang udah kuliah aja.."

"Masa?" tanya Mbak Resti.

Bi Ijah angkat bicara, "Iya, emang keturunan. Emaknya aja seksi, tapi dijamin Lisa ini anak baek-baek, salihah," jelasnya.

"Iya sih keliatan," ujar Mbak Mami.

"Kesian juga ya kamu Lis, digosipin kek gitu," ujar Mbak Resti.

"Gak papa Mbak, udah biasa. Aku juga gak pingin punya tubuh yang dewasa begini, tapi aku udah diet gak ngaruh, yang kurus malah perutku," jawab Lisa.

Mereka jadi langsung akrab setelah ngobrol-ngobrol, sampai sejam berlalu, baby Axel tertidur nyenyak.

Mbak Resti pun berinisiatif untuk mengambil alih baby Axel dari Lisa untuk dipindahkan ke box bayi, akan tetapi baby Exo tidak mau melepaskan *uting Lisa dari mulutnya.

Meskipun ia setengah tidur tetapi ia masih menyedot susu yang ada di dalam payudara Lisa. Hal itu membuat Mbak Resti dan Bi Ijah kebingungan. Sementara Mbak Mami sendiri sudah pulang dari tadi karena waktu kerja yang sudah habis. Karyawan yang tinggal di rumah itu adalah Mbak Resti dan Bi Lastri, sementara Mbak Mami dan Bi Ijah pulang ke rumahnya karena tempat kontraknnya yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

"Gimana nih?" tanya Lisa khawatir.

"Ya udah, coba kamu sambil tiduran di kasur biar Aden Axel sekalian tidur," ujar Mbak Resti akhirnya.

Lisa menurut, dengan hati-hati ia merebahkan baby Axel dan dirinya sendiri dengan miring, ia tidak menarik payudara kanannya yang masih ada di mulut baby Axel karena baby Axel terlihat masih menyedotnya.

"Aduh, ini kalau nggak bisa dicopot kamu kayaknya perlu nginep deh. Soalnya kalau dipaksa, pasti Aden Axel bakalan nangis terus dan itu bisa semalaman loh." ujar Bi Ijah cemas.

"Iya, kasihan kalau nangis terus ...." dukung Mbak Resti.

Hal itu membuat Lisa khawatir, tapi ia juga mengkhawatirkan neneknya yang tinggal sendiri.

"Lah, terus aku nggak pulang gimana? Nenek kan nenek sendirian di rumah," ujar Lisa khawatir.

Bi Ijah kemudian mencari solusi, "Em, gini aja. Apa nanti Bibi ke rumah kamu dan bilang sama Nenekmu? Nanti Bibi akan bilang sama dia kalau Aden Axel nggak mau lepas dari kamu."

Lisa pun mengangguk menurut, sementara Mbak Resti jadi merasa bersalah karena Lisa yang harus berusaha untuk menenangkan baby Axel.

"Aku nggak papa kan, tiduran di sini Mbak?" tanya Lisa pada Mbak Resti.

"Ya nggak apa-apa, kan juga Aden Axel yang mau bukan kamu."

Lisa pun mengangguk ia menatap baby Axel yang sangat lucu dan tampan. Fitur wajahnya mulai terlihat dan ia teringat dengan sosok yang ia temui di ruang kerja itu, dia adalah Ayah dari bayi yang sedang ia sesuai.

Ternyata baby Axel yang tampan itu menurun dari sang ayah, wajahnya sangat bule, rambutnya coklat terang dan matanya berwarna biru, itu sangat indah. Terlebih lebih baby Axel yang masih bayi membuat siapapun gemas.

Lisa terus menepuk-nepuk pantat baby Axel dengan pelan dan membuat baby Axel tidur dengan tenang, tapi sekali lagi, ia belum membiarkan payudara Lisa meninggalkan mulutnya.

Si baby sepertinya mulai bucin pada ibu susunya.

Ini baik, tapi bisa jadi menyulitkan Lisa karena baby itu akan sangat nempel padanya....

Blue Rose

Kira-kira, bagaimana kelanjutan kisah Lisa, ya? Jangan lupa vote dan komentar ya, teman-teman :) Ada yang mengomentari ketidak masuk akalan antara memiliki asi dan masih perawan, dengan kalimat yang gak arif. Aku saranin kalian baca sampai tamat, karena tentu aja para editor gak akan setuju dengan cerita yg salah kaprah. So, tolong dibaca sampai tamat dulu sebelum Anda salah paham dg novel ini. Aku jg masih rasional kok, readers Sayang :*

| 62
Komen (64)
goodnovel comment avatar
Asria Asria
cerita menarik alurnya mudah dipahami
goodnovel comment avatar
SUCI MAULIDA SAFAAH
.e ikah lagi
goodnovel comment avatar
priyo revan
bravo kak,bikin pingin baca terus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status