Share

Bab 20 : Barra Perhatian?

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-03-16 17:12:19

Barra menghela napas panjang. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, membuat buku jemarinya memutih, dan urat-urat di lehernya mengencang.

"Pintu rumah ini selalu terbuka, silakan Mami berkunjung kapan saja,” ucapnya, dengan suara tegas dan ekspresi wajah datar. “Tapi bukan untuk menetap," sambungnya.

Airin menunduk dan tangan berhias cincin berlian itu meremas ujung bajunya. Mata wanita paruh baya itu mulai berkaca-kaca, lalu sejurus kemudian, bulir air mata jatuh.

"Mami hanya ... masih terpukul karena kehilangan Berliana, Bar.” Airin geleng-geleng, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Cindy. “Satu-satunya yang bisa menenangkan hati Mami, ya, Cleo. Dia mirip dengan Berliana." Suaranya bergetar, penuh permohonan.

Ada sesuatu dalam ucapan wanita itu yang menjadikan Barra meragu, dia menatap Ibu Mertuanya lebih intens. Lalu, dengan suara rendah dan berat, dia berkata, "Baiklah. Tapi dengan satu syarat, jaga sikap Mami, terutama dengan Cindy.”

Airin mengangguk cepat, seolah takut kesempa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 21 : Pertemuan Yang Menyakitkan

    Yasmin menghirup napas dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Namun, sebelum kata-kata keluar dari bibirnya, Cindy sudah lebih dulu membuka suara. "Aku hanya ingin lebih dekat dengan Boy dan Cleo," kata wanita itu dengan nada lembut, tetapi matanya berkilat dengan sesuatu yang berbeda. Tangan Yasmin terkepal di atas pahanya. Benarkah itu yang diinginkan Cindy? Atau cara lain merebut Boy dan Cleo darinya? Tepat saat itu, Barra mengerutkan alis. Pria itu melepas satu earphone yang menempel di telinganya, lalu mengetuk layar ponsel dan berkata, "Nanti kutelepon lagi." Yasmin menoleh ke arahnya, dengan mata melebar. Barra sedang menelepon? Jadi dia tidak mendengar percakapan mereka? Termasuk tidak tahu apa yang baru saja dikatakan Cindy? Seketika ada rasa kecewa yang tiba-tiba menyelinap ke dalam dadanya. Yasmin butuh konfirmasi. Dia ingin Barra mengerti bahwa kehadiran Cindy bukan sesuatu yang bisa diremehkan. Namun, melihat ekspresi datar Barra, Yasmin tahu bahwa ha

    Last Updated : 2025-03-17
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 22 : Di Dalam Ruangan Itu

    Yasmin membelalak mendengar ucapan Sarah. Tangannya mengepal dan napasnya memburu di balik punggung Barra, bahkan air mata sudah menggenang di pipi. Hati wanita itu bergetar, bukan karena rindu, melainkan ketakutan. Bertemu mantan ibu mertua lagi seperti membuka luka lama yang belum sembuh.‘Tuhan … tolong aku,’ pintanya dalam hati.Tanpa sadar, Yasmin makin merapatkan tubuhnya ke Barra, hanya menyisakan jarak tipis di antara mereka. Dia bisa merasakan kehangatan tubuh pria itu, bahkan mendengar helaan napas beratnya yang terdengar menyeramkan di telinga."Kami permisi, Bu Sarah," ucap Barra dengan nada tegas.Sayangnya, Sarah tidak tinggal diam. "Dia mirip dengan—"Akan tetapi, sebelum Sarah menyelesaikan ucapannya, Barra menyela, "Silakan cari pengacara lain untuk kasus Bram."Setelah itu, Barra melangkah pergi, sambil menarik pergelangan tangan Yasmin begitu saja.Yasmin tersentak, tetapi tidak melawan. Dia berjalan di belakang pria itu dengan kepala tertunduk, berusaha menormalkan

    Last Updated : 2025-03-17
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 23 : Makan Bersama Pengacara Dingin

    "Aduh … kenapa anak ganteng Bunda nang—”Langkah Yasmin terhenti di ambang pintu. Matanya langsung tertuju pada sosok Boy yang berada dalam dekapan Cindy, sementara seorang babysitter berdiri di samping mereka.Air masih menetes dari ujung rambut Yasmin yang belum sempat dikeringkan, menunjukkan betapa terburu-burunya dia berlari ke kamar bayi setelah mendengar tangisan itu.“Pergi sana! Boy enggak butuh kamu!” sergah Cindy, tangannya melambai-lambai, laykanya mengusir pengemis yang mengganggu pemandangan.Semenjak percakapannya kemarin bersama Barra, dia menjadi lebih sering berada di sekitar bayi kembar.Yasmin tidak beranjak, tetapi bukan itu yang membuatnya terpaku. Mata Boy, bulat dan bening, kini tertuju padanya. Tatapan polosnya tampak mencari seseorang. Yasmin menelan ludah, hatinya mencelos melihat tangan mungil itu bergerak-gerak seolah ingin meraih dirinya.“Ish, malah diam lagi. Cepat pergi, Yasmin! Bantuin Mbok Inah masak sana!” Cindy mengibaskan tangan lebih keras, suaran

    Last Updated : 2025-03-18
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 24 : Sang Pangeran Tidak Peduli

    Yasmin membelalak ketika seseorang menarik rambutnya dengan kasar. Rasa nyeri menjalar ke kulit kepalanya, seakan-akan helaian rambut itu tercabut paksa dari akar.Dia tersentak, meronta, dan berusaha melepaskan diri, tetapi cengkeraman itu terlalu kuat.“Apa maksud Bu Airin?” tanyanya lirih, suaranya bergetar menahan sakit.Airin makin kuat menarik rambut Yasmin, dan tatapannya penuh kebencian. “Jangan pura-pura polos! Aku tahu niat busukmu!” bentaknya tajam.“Tolong lepaskan saya, Bu. Saya minta maaf kalau saya salah,” Yasmin merintih, sungguh dia tidak paham mengapa wanita itu menyerangnya.Belum sempat dia menarik napas lega, tangan Cindy mencengkeram lengannya dengan erat, rasanya sangat meremukkan. Cindy juga menatapnya bengis.“Dia enggak suka lihat aku dekat Boy dan Cleo. Dia mau rebut Kak Barra dari aku, Mam.”Yasmin menggeleng lemah. “Bu Cindy salah paham, saya tidak pernah—”Airin tidak peduli. Seketika sentakan kuat membuat kepala Yasmin makin nyeri. Lalu, mereka menyeretn

    Last Updated : 2025-03-19
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 25 : Terluka

    Yasmin menahan napas, langkahnya diperlambat sehalus mungkin saat bersembunyi di balik pilar. Dadanya naik turun dan jantungnya berdetak kencang. Beruntung tubuhnya kurus, sehingga Airin dan Cindy tidak menyadari keberadaannya.“Kurang ajar si Sarah! Dia benar-benar cari masalah sama kita,” geram Airin, jemarinya mencengkeram ponsel seolah ingin meremukkannya.Cindy melangkah gelisah, suara hak sepatunya beradu dengan lantai marmer. “Terus kita dapat uang dari mana lagi, Mam? Warisan Papi aja belum cair,” keluh wanita itu, nadanya setengah panik.Yasmin mengernyit. Warisan? Apa hubungan mereka dengan kematian Berliana? Dadanya terasa sesak. Bisa jadi mereka memang punya keterlibatan dalam kematian ibu si kembar.Tangan Yasmin refleks menutup mulutnya. Jika kecurigaannya benar, maka nyawanya dalam bahaya. Apalagi … Cleo dan Boy! Tidak! Dia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada bayi kembar itu.Tangisan Cleo dan Boy yang makin kencang membuyarkan pikirannya. Dia bersiap melangkah, t

    Last Updated : 2025-03-19
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 26 : Di Dalam Kamar Sang Pengacara Dingin

    “Keluar!” perintah Barra, suaranya berat dan tak terbantahkan. Jemari pria itu saling mencengkeram, menahan rasa sakit yang jelas tergambar dari wajahnya yang garang. Kemeja putihnya terbuka setengah, kain itu ternoda merah—darah yang cukup banyak meresap di sana. Yasmin berdiri di ambang pintu, tubuhnya menegang saat tatapan dingin Barra menghunjamnya. Napas wanita itu memburu. Dia ingin menurut, ingin segera pergi, tetapi langkahnya masih tertahan di sana. Pandangan sepasang manik hitamnya melayang pada luka yang diderita pria itu, lalu akhirnya menunduk, ragu-ragu. “Dokter tidak bisa dihubungi, Pak. Mbak Yasmin pernah belajar mengobati luka, jadi—” “Mbok, apa harus kuulangi ucapanku?” sela Barra tajam. Tatapan elangnya begitu menyala, penuh ketidaksabaran. Dia hendak berdiri, tetapi nyeri di lengan membuatnya meringis dan kembali duduk, tangannya refleks mencengkeram area yang terluka. Saat itu juga, Yasmin maju satu langkah, lalu mengangkat pandangan dan menatap langsung ke m

    Last Updated : 2025-03-20
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 27 : Terperangkap

    “A—apa, Pak?” Suara Yasmin tercekat.Matanya membelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Jari-jarinya mencengkeram erat kotak obat di tangannya, siap melayangkan pukulan jika perlu. Namun, sebelum dia bertindak, Barra kembali berbicara dengan nada santai tetapi tegas.“Bajumu jelek! Buka dan ganti.”Jantung Yasmin seakan berhenti berdetak. Rasa terkejut bercampur dengan kemarahan yang sempat menggelegak di dada lenyap begitu saja. Napas wanita itu tersengal saat perlahan dia menunduk, menatap kaos dan rok plisket cokelat lusuh melekat di tubuhnya. Jemarinya mencengkeram ujung baju.Benar. Pakaiannya memang sudah usang. Bahkan saat masih menjadi istri Bram, dia tidak pernah diberi kehidupan layak. Kini, di hadapan Barra yang selalu tampak rapi dan berkelas, Yasmin tampak seperti pengemis.Dadanya terasa sesak. Hinaan itu menelusup jauh ke dalam hatinya, perih dan menyakitkan. Meskipun, tenggor

    Last Updated : 2025-03-20
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 28 : Tolong … Pak

    “Biar tahu rasa itu si Yasmin,” desis Airin, matanya berkilat penuh kemenangan. Bibirnya menyeringai puas saat membayangkan wanita itu meringkuk ketakutan dalam kegelapan. Dengan santai, Airin memarkir mobilnya di garasi dengan kepuasan yang belum juga surut. “Mam, dari mana? Kenapa pergi mendadak?” Cindy langsung menghampiri, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. Namun, ada sedikit kegelisahan dalam intonasinya, seakan merasakan sesuatu yang jauh berbeda dari sang ibu. Airin menatap putrinya sejenak, lalu membelai pipinya dengan lembut dan mengecupnya. Cindy yang masih sangat muda ini harus segera mendapatkan tempatnya di sisi Barra. “Mami dari rumah, ambil baju. Kita bakal nginap lama di sini,” ucap Airin dengan senyum mengembang, berbanding terbalik dengan kekejaman yang baru saja dilakukan. Cindy mengangguk penuh antusias. Wajah cantiknya itu berbinar senang karena mendapat dukungan penuh dari sang ibu. Namun, seketika ekspresinya berubah, mengingat sesuatu yang lebih penting

    Last Updated : 2025-03-21

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 121 : Seperti Wanita PMS

    “Aku juga,” ungkap Barra sambil menoleh sejenak pada Yasmin.Jawaban yang tak terduga itu membuat jantung Yasmin berdebar tidak keruan. Napasnya tersendat, tetapi sorot matanya sulit berpaling dari wajah Barra yang tampak begitu tenang, hingga membuatnya gugup.“Maaf, ya, Mas. Saya—”“Bukan masalah, aku suka,” sela Barra. Tangan pria itu tiba-tiba meraih jemari Yasmin yang berada di pangkuannya.Seketika Yasmin terkesiap, otaknya memerintah untuk menarik diri, tetapi tubuhnya justru membatu. Apa-apaan ini?Sentuhan itu hangat dan membius. Tidak munafik—relung hatinya bergetar pelan. Jujur, ada rasa nyaman. Bahkan senang, seperti disentuh lembut dari dalam.Genggaman itu tidak terlepas sampai Rubicon putih yang mereka tumpangi tiba di area kampus. Lebih dari itu, Barra justru turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Yasmin.Dia tercengang. Bukan cuma karena Barra bersikap begitu manis, tetapi perutnya terasa geli seakan penuh kupu-kupu yang beterbangan.“Ayo, masuk,” ajak Barra sa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 120 : Karena Memikirkan Kamu

    Mata Yasmin mengerjap beberapa kali. Dia sudah berguling di atas kasur, tetapi pikirannya masih dipenuhi dengan ucapan Barra barusan. Bahkan tangannya refleks menyentuh pipi yang terasa panas. Ini tidak wajar! Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mulai membuka perasaannya lagi?Bukankah ini terlalu cepat?“Apa Mas Barra serius, ya?” gumam Yasmin, lalu menarik napas dalam-dalam sambil menatap langit-langit kamar dengan cahaya temaram.Akibat tak kunjung bisa tidur, dia turun dari ranjang. Langkahnya pelan saat menghampiri dua bayi kembar yang tampak nyenyak di dalam boks. Setelah kenyang menyusu, mereka terlelap tanpa gelisah. Justru Yasmin yang kini terserang insomnia.Tubuhnya terasa hangat, seperti demam ringan. Namun, dia enggan menyalakan pendingin ruangan. Dia memilih keluar, ke balkon. Berharap udara malam bisa menenangkan pikiran. Dari sana, iris hitamnya menangkap sosok pria yang baru saja memasuki Rubicon putih.Entah ke mana pria itu akan pergi.Rasa penasaran membuatnya

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 119 : Ada Aku

    Sungguh, Yasmin tidak menyangka akan mendapat kunjungan tak terduga ini. Matanya langsung basah, tubuh bergetar, dan langka tertahan di tempat. Dia tidak sanggup mendekat hingga tamu itu menghampiri lebih dulu—memeluknya begitu erat, seolah menolak dilepaskan.“Akhirnya … aku bisa bertemu denganmu lagi, Yasmin.” Suara itu terisak, emosi yang lama tertahan.Yasmin menggigil dalam dekapan hangat itu, lalu dengan tangan gemetar, dia membalas pelukan tersebut.“Iya, Dokter … saya juga senang,” balasnya pelan, dan akhirnya menangis di bahu Samantha.“Mereka jahat, tidak mengajakku pergi. Kalau saja aku tahu, pasti aku ambil cuti dan ikut.” Tatapan Samantha pun melayang tajam ke arah Barra dan Kezia yang berdiri tak jauh dari Yasmin.“Maaf, Dokter. Menunggu lama, ya? Ayo masuk, aku punya oleh-oleh.” Yasmin melepaskan pelukan mereka, lalu mengusap air matanya sambil tersenyum kecil.Samantha mengangguk. Dia merangkul bahu Yasmin dan keduanya berjalan ke ruang tamu. Barra, Kezia, juga Leo meny

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 118 : Barra Merajuk?

    Pada akhirnya … setelah Boy dan Cleo terlelap, Yasmin pun turut terbuai dalam mimpinya malam ini. Dia bahkan menikmati kehangatan dari selimut yang menutupi tubuhnya.Ya, Barra bukannya membangunkan dan meminta Yasmin pindah. Justru pria itu membiarka tetap di sana, menikmati pemandangan hangat di sampingnya. Sebuah senyum mengembang perlahan di wajah Barra. Dia menyapu pelan kening Yasmin, menyingkirkan helaian rambut yang jatuh sembarangan.Pandangan Barra kemudian bergeser pada dua bayi kembar yang tidur menempel di sisi Yasmin. Seolah keduanya enggan berjauhan dari wanita itu.Dia mengecup lembut dahi Boy, lalu saat hendak menempelkan ciuman serupa pada Cleo, gerakannya terhenti di udara. Namun, Barra menepis pikirannya. Dia tidak mau merusak momen damai ini.“Bantu Papi bujuk Bunda, ya,” bisiknya lembut di telinga Cleo.Setelah itu, pria itu ikut terlelap di samping Cleo, dan tubuhnya menghadap Yasmin.Pagi harinya, Yasmin masih tertidur pulas, sementara Barra telah terbangun leb

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 117 : Yang Spesial

    Tidak!Ini salah. Mana mungkin seorang majikan terus mendekat seperti ini kepada pekerjanya?Yasmin tahu dia harus segera menjauh. Tubuhnya beringsut perlahan ke sisi kursi besi. Namun, baru saja tangannya menyentuh besi dingin di samping, dan tubuhnya sedikit terangkat, tangan hangat pria itu merangkum wajahnya, lalu sesuatu yang lembap dan lembut menyentuh keningnya.Hangat dan menenangkan. Yasmin membeku dibuatnya.Sudah pernah menikah, tetapi Yasmin belum sekalipun merasakan sentuhan sehalus dan setulus ini. Bukan nafsu, bukan pura-pura. Rasanya seperti … penerimaan."Mas...," gumamnya. Kepala Yasmin terangkat, dan manik hitamnya bertemu dengan sorot cokelat milik pria itu. Penuh cahaya yang memantulkan kerlip lampion dari kejauhan.Sebelum Yasmin sempat bertanya apa maksud semua ini, Barra lebih dulu bicara. "Bisa kenal lebih dekat?"Yasmin hanya bisa berkedip dengan mata yang membulat. Ini terlalu cepat. Sentuhan itu barusan … maksudnya apa? Lalu ucapan ini? Satu hal pasti—Barra

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 116 : Sama-sama Single

    Untuk sejenak, ruangan itu menjadi hening. Bahkan Yasmin bisa merasakan helaian rambutnya yang tertiup udara dari pendingin ruangan. Wanita itu menelan saliva saat Barra makin mendekat dan ...."Malam ini kamu punya waktu, bukan?" bisik pria itu, tepat di telinganya.Napas hangat Barra membelai daun telinga Yasmin, dan suara beratnya membuat sekujur tubuh wanita itu bagai disetrum. Ia menggigil pelan, tanpa bisa mengelak dari efek suara yang menelusup hingga ke nadinya.Aneh, Yasmin tidak mempertimbangkan jawaban. Dengan mudahnya dia mengangguk, seolah terhipnotis oleh cara bicara pria itu. Bahkan ketika Barra tersenyum, Yasmin hanya terpaku menatapnya. Demi Tuhan, pria itu benar-benar seperti serangan jantung yang datang tiba-tiba."Nanti aku tunggu kamu di lobi," kata Barra seraya melepaskan tangannya dari tubuh Yasmin.Barra lantas bersikap biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Namun, bagi Yasmin itu luar biasa. Kini, dia sulit menjalani perannya sebagai Ibu Peri di mata anak-anak

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi? “Bram sialan!” geramnya pelan. Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy. “Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.” “Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?” Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor! Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun. Belum sempat Cindy membalas tatapan itu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 113 : Monster Betina vs Jantan

    Cindy tahu pasti Sarah menerima informasi entah dari Bram, atau mungkin … Barra yang menghasut. Namun, dia bangkit sambil memegangi pipinya yang masih mati rasa.“Tante, dengar dulu penjelasan aku,” elaknya, tidak menyerah.“Aku memang benci sama si Yasmin, tapi nggak sangka kawan sendiri jadi lawan. Jahat kamu!” seru Sarah, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Cindy.Cindy tertawa miris. “Tan, pengadilan aja belum kasih keputusan. Jadi … semua info yang Tante dengar bisa aja palsu,” katanya, mencoba terdengar tenang. Meskipun debar jantungnya bergejolak hebat.“Ah … banyak omong!” Sarah kembali mendorong Cindy dengan keras. Emosi wanita paruh baya itu meledak. Dia menarik rambut dan mencakar kulit mulus Cindy. Lorong rumah sakit seketika berubah jadi ‘ring’ pertarungan.“Beraninya kamu membunuh anakku!”Cindy berontak. Dia bahkan menarik tubuh Sarah hingga keduanya jatuh dan bergumul di lantai. Teriakan dan cacian membahana, membuat lorong rumah sakit jadi tontonan public. Para perawat pu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status