Share

Bab 28 : Tolong … Pak

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-03-21 12:15:07
“Biar tahu rasa itu si Yasmin,” desis Airin, matanya berkilat penuh kemenangan. Bibirnya menyeringai puas saat membayangkan wanita itu meringkuk ketakutan dalam kegelapan. Dengan santai, Airin memarkir mobilnya di garasi dengan kepuasan yang belum juga surut.

“Mam, dari mana? Kenapa pergi mendadak?” Cindy langsung menghampiri, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. Namun, ada sedikit kegelisahan dalam intonasinya, seakan merasakan sesuatu yang jauh berbeda dari sang ibu.

Airin menatap putrinya sejenak, lalu membelai pipinya dengan lembut dan mengecupnya. Cindy yang masih sangat muda ini harus segera mendapatkan tempatnya di sisi Barra.

“Mami dari rumah, ambil baju. Kita bakal nginap lama di sini,” ucap Airin dengan senyum mengembang, berbanding terbalik dengan kekejaman yang baru saja dilakukan.

Cindy mengangguk penuh antusias. Wajah cantiknya itu berbinar senang karena mendapat dukungan penuh dari sang ibu. Namun, seketika ekspresinya berubah, mengingat sesuatu yang lebih penting
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 29 : Mungkinkah Percaya Padaku?

    Yasmin menoleh dan menatap Barra lekat-lekat, lantas bibirnya bergerak hendak mengatakan sesuatu. Bahkan genggaman tangannya tanpa sadar makin kuat mencengkeram lengan pria itu.“Orang itu—”Sial, ucapannya terputus ketika ponsel Barra berdering. Pria itu seketika mengempaskan tangan Yasmin tanpa ragu, seolah genggaman itu tidak berarti apa-apa baginya.Tanpa menoleh sedikit pun, Barra beranjak dari tempatnya dan melangkah ke luar kamar untuk menerima panggilan.Yasmin menatap nanar punggung Barra yang makin menjauh. Dingin. Acuh. Dadanya terasa sesak, nyeri menusuk hingga ke tulang. Kenapa rasanya seperti ini? Dan perasaan ditinggalkan ini begitu familiar baginya.Helaan napas berat lolos dari bibirnya. Tiba-tiba, rasa tidak nyaman menjalari raganya. Sudah berjam-jam dia tidak memompa ASI, dan kini tubuh mulai memberikan sinyal yang tidak bisa diabaikan. Namun, tiba-tiba, pintu kembali terbuka.“Pak Bar—”Ucapan Yasmin menggantung. Tatapannya seketika melemah. Ada kekecewaan yang suli

    Last Updated : 2025-03-21
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 30 : Di Bawah Intimidasi Pengacara Dingin

    Yasmin menegang, tubuhnya kaku saat suara langkah kaki mendekati kamarnya. Jantungnya berdebar cepat dan telinganya menajam menangkap siapa orang yang ada di luar kamar bayi. Napasnya tertahan ketika berpikir, apakah itu Airin? Atau Cindy?“Apa yang harus kulakukan?” gumamnya, mencoba berpikir jernih, tetapi sulit.Pintu bergerak pelan. Seketika hawa dingin menyelinap ke dalam ruangan, membuat tengkuk Yasmin meremang. Namun, detik berikutnya, aroma parfum maskulin yang familiar menguar di udara. Jantung wanita itu yang tadi melompat kini berusaha kembali ke ritme normalnya.“Pak Barra,” ucapnya pelan.Pria itu berdiri di ambang pintu, tubuhnya yang menjulang tinggi dengan sorot mata sulit diartikan.Yasmin menelan ludah. Dia tidak tahu kenapa Barra terus menatapnya, tetapi Yasmin merasakan ada seuatu dalam sorot mata pria itu yang membuatnya penasaran.“Kenapa belum tidur?” Suara berat Barra memecah kesuny

    Last Updated : 2025-03-22
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 31 : Ini Terlalu Dekat, Pak

    Pukul tiga pagi, Yasmin terbangun dengan kerongkongan yang terasa kering. Tangannya meraba meja kecil di samping tempat tidur, meraih botol air.“Yah, habis,” keluhnya.Dengan hati-hati agar tidak membangunkan para babysitter, dia beranjak turun dari ranjang.Akan tetapi, langkahnya menuju dapur terhenti ketika dia melihat siluet dua sosok melintas di lorong. Jantungnya seketika berdetak lebih cepat. Bayangan itu bergerak mendekati ruang kerja Barra. “Jangan-jangan mereka … maling?” Yasmin menyipitkan mata, berusaha memastikan siapa orang itu.Begitu cahaya lampu koridor sedikit menerangi, dia menahan napas. Itu Airin dan Cindy.Alih-alih melanjutkan perjalanannya ke dapur, Yasmin justru memilih bersembunyi di balik dinding dan mengintip.“Apa yang mereka lakukan di sana?” gumamnya.Rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. Dengan langkah hati-hati, Yasmin membuntuti mereka, tetap berada dalam kegelapan agar tidak terlihat.Saat Airin merogoh sesuatu dari dalam tasnya dan mencoba me

    Last Updated : 2025-03-22
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 32 : Ingin Sesuatu Darimu

    “Barra, Mami mohon, jangan begini, Nak.” Ucapan Airin bergetar, tangan wanita itu meraih lengan Barra, mencengkeram dengan erat, seakan keputusasaannya bisa meluluhkan hati sang menantu.Mata Airin memerah, wajahnya tampak sendu, serta tubuh yang sedikit gemetar, membuat akting wanita itu terlihat sungguh meyakinkan.“Mami … hanya takut kalau dia menyakiti Boy dan Cleo.”Akan tetapi, Barra tetap berdiri tegak dengan tangan bersedekap, mata elangnya menatap dingin ke arah dua wanita di hadapannya. Rahang pria itu mengeras, jakunnya naik-turun, tanda bahwa dia menahan sesuatu yang ingin meledak dari dalam diri.“Kak Barra, tolong dengarkan Mami,” pinta Cindy, dengan putus asa.Barra mengangkat satu tangan, membuat mereka terdiam. Dia menatap kedua wanita itu dengan ekspresi tajam.“Mami dan Cindy hanya boleh bertamu ke rumah ini,” ucapnya dingin.Airin terperanjat, wajahnya seketika pucat, dan Cindy membelalak tidak percaya.“Mami ini mertuamu, Bar! Begini caramu membalasnya?” Suara Airi

    Last Updated : 2025-03-23
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 33 : Apa Maksudnya Ini ?

    Yasmin mereguk saliva mendengar pernyataan Barra. Debar di jantungnya benar-benar tidak terkendali, hormon adrenalin mengalir cepat di darahnya. Terlebih saat ini posisi mereka sangat dekat. Aroma parfum maskulin Barra merasuk dalam indera penciuman Yasmin.“S—seuatu apa, ya, Pak?” tanya Yasmin memberanikan diri.Sungguh, biasanya dia akan menunduk setiap kali berpandangan dengan Barra, tetapi kali ini tidak. Dia seolah terbuai dan tenggelam dalam sorot mata pria itu.Bahkan tubuhnya pun makin lama terasa lemas. Intimidasi Barra benar-benar kuat padanya.“Kamu tidak akan bisa menolaknya,” ucap pria itu dengan intonasi datar dan tegas.Pikiran Yasmin sudah melanglang ke segala arah, ponsel di tangannya pun hampir jatuh. Apa lagi maksud seorang pria memberikan ponsel semahal ini pada wanita? Tidak mungkin cuma-cuma, bukan?Saat ponsel itu hampir terjatuh, Barra dan Yasmin meraihnya. Hingga tangan keduanya tanpa sengaja bersentuhan.“Maaf,” ucap Yasmin, bibirnya bergetar. “Tapi kenapa sa

    Last Updated : 2025-03-23
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 34 : Pagi yang Menegangkan Bersama Barra

    “Mas Bram? Kasus penipuan apa?” gumam Yasmin. Semalaman ini dia tidak bisa tidur, bahkan setelah memompa ASI pun Yasmin hanya duduk melamun di pinggir tempat tidur. Lantas dia menggunakan ponsel barunya untuk mencari tahu tentang Bram. Yasmin pun menutup mulut saat membaca berita seputar Bram yang menipu artis baru untuk masuk agensinya. Uang itu sangat banyak, membuat Yasmin geleng-geleng. Lantas dia teringat beberapa bulan lalu, di mana Sarah banyak membeli tas branded, mobil baru, dan jalan-jalan ke luar negeri bersama geng sosialitanya. Akan tetapi, Yasmin memilih mengempaskan ingatan itu. Dia tidak mau terlibat lagi dengan orang-orang itu! Menjelang pagi barulah Yasmin bisa memejamkan mata, itu pun setelah dia menyusui Boy dan Cleo. Namun, saat Yasmin mengerjapkan mata, dia mendengar suara bising dari dapur. Yasmin bergegas ke dapur dan melihat Mbok Inah terpeleset. “Ya ampun, Mbok. Sini biar Yasmin bantu.” Dia berusaha membantu Mbok Inah duduk di kursi dan melihat kakinya. “

    Last Updated : 2025-03-24
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 35 : Tuduhan Memilukan

    Yasmin yang sedang menyusui Boy tersentak merasakan getaran ponsel di saku dress floral merah mudanya. Wanita itu mengintip sejenak dan tercekat melihat nama pengirim pesan. Bibirnya merengut.[Kirim foto Boy dan Cleo!]Ya, meskipun Barra sudah berangkat kerja, tetapi dominasi dan efek percakapan mereka tadi pagi masih membekas dalam pikirannya. Yasmin menatap Boy lekat-lekat, mengusap pipi mungil bayi itu dengan lembut."Semoga besar nanti, Boy jadi pria yang baik, ya, Nak," bisiknya pelan. Boy pun tersenyum kecil dan makin kuat menyedot ASI-nya.Yasmin memilih mengabaikan pesan itu. Lagipula, masih ada babysitter, kenapa harus dia yang mengirimkan foto si kembar? Namun, belum lama berselang, ponselnya kembali berdenting.[Sedang apa mereka?]Yasmin mendecak, merasa terganggu. Entah kenapa, dia justru berani melawan di belakang pria itu, tetapi di hadapan Barra, dia selalu kehilangan kata-kata.Setelah selesai menyusui Boy, barulah dia memotret kedua bayi itu dan mengirimkannya tanpa

    Last Updated : 2025-03-24
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 36 : Kenapa Kamu Perhatian Padaku?

    Barra terdiam mendengar penjelasan dokter jaga. Wajahnya tampak serius dan rahangnya mengeras seolah tengah menimbang sesuatu yang tidak diketahui orang lain. Iris cokelat pria itu tertuju pada hasil tes darah Cleo yang kini berada di tangan Yasmin.Sementara Yasmin memandangi setiap deretan angka dan istilah medis di atas kertas itu. Jantungnya seketika berdegup lebih cepat dan telapak tangannya mulai berkeringat.‘Tidak mungkin ‘ kan? Ini pasti kebetulan …,’ batinnya.Dia menelan ludah, lalu mengalihkan pandangannya pada Cleo yang kembali terbatuk pelan. Dengan sigap, Yasmin mendekap dan menepuk bokong mungil itu perlahan untuk menenangkan, lalu tangan satunya membelai lembut pipi bayi.Tidak lama kemudian, Dokter Samantha masuk ke bangsal IGD dengan langkah tergesa. Mata dokter cantik itu langsung tertuju pada Yasmin yang duduk di atas ranjang, mendekap Cleo dengan wajah penuh kecemasan."Obatnya sudah mulai bereaksi. Cleo akan baik-baik saja," ucap Samantha dengan senyum menenangka

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi?“Bram sialan!” geramnya pelan.Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy.“Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.”“Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?”Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor!Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun.Belum sempat Cindy membalas tatapan itu, petug

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 113 : Monster Betina vs Jantan

    Cindy tahu pasti Sarah menerima informasi entah dari Bram, atau mungkin … Barra yang menghasut. Namun, dia bangkit sambil memegangi pipinya yang masih mati rasa.“Tante, dengar dulu penjelasan aku,” elaknya, tidak menyerah.“Aku memang benci sama si Yasmin, tapi nggak sangka kawan sendiri jadi lawan. Jahat kamu!” seru Sarah, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Cindy.Cindy tertawa miris. “Tan, pengadilan aja belum kasih keputusan. Jadi … semua info yang Tante dengar bisa aja palsu,” katanya, mencoba terdengar tenang. Meskipun debar jantungnya bergejolak hebat.“Ah … banyak omong!” Sarah kembali mendorong Cindy dengan keras. Emosi wanita paruh baya itu meledak. Dia menarik rambut dan mencakar kulit mulus Cindy. Lorong rumah sakit seketika berubah jadi ‘ring’ pertarungan.“Beraninya kamu membunuh anakku!”Cindy berontak. Dia bahkan menarik tubuh Sarah hingga keduanya jatuh dan bergumul di lantai. Teriakan dan cacian membahana, membuat lorong rumah sakit jadi tontonan public. Para perawat pu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 112 : Kenapa Jadi Seperti Ini?

    “Mas Bram …,” bisik Yasmin dengan tangan menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca.Barra melirik Yasmin, lalu berkata, “Ya. Dia bersaksi untuk kamu.”Yasmin tidak kuasa menahan air mata. Pria itu ... ternyata masih hidup pascapenikaman oleh Cindy. Bahkan masih bersedia membantunya.Wajah Bram tampak pucat. Pandangannya tajam, tenang, dan tanpa ragu. Kini dia duduk di kursi saksi dan mulai bicara. Pria itu menjelaskan semua, dari kejadian beberapa hari sebelumnya hingga upaya Cindy untuk membunuhnya.Kondisi ruangan makin riuh. Mereka semua saling berbisik dan bertanya-tanya, tidak menyangka mendengar kesaksian Bram.Jaksa sempat menoleh ke arah bangku penonton, lalu menggeram pelan. Tangannya mengetuk-ngetuk pulpen di meja dengan ritme tak sabar. Matanya menyipit tajam menatap Bram, lalu ke arah hakim. “Kami ... akan meninjau ulang seluruh keterangan saksi dan bukti,” gumamnya, denagn nada yang mulai terdengar goyah.Dari barisan kursi khusus kuasa hukum, seorang pria bertubuh tegap t

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 111 : Bersiap Untuk Pertunjukkan

    Cindy menyeringai kecil. Sudut bibirnya naik pelan, seolah menahan gelak puas. Matanya menyapu tubuh Bram yang terbaring diam. Jemari wanita itu menggenggam suntikan berisi cairan bening.Dengan gerakan cepat, dia menyuntikkan cairan itu ke saluran infus. Lalu menunggu beberapa detik.Akan tetapi, detik demi detik berlalu, Bram masih terdiam. Tidak ada kejang, atau napas memburu."Kenapa nggak kejang-kejang juga, sih? Apa obatnya kurang?" gumam Cindy lirih, keningnya berkerut.Suara langkah membuat wanita itu menoleh. Seorang perawat masuk dengan senyum ramah."Maaf, Bu. Waktu besuknya sudah habis."Cindy mengubah raut wajahnya dalam sekejap. Dia berdiri tenang, menyimpan suntikan ke tas, dan berjalan keluar dengan anggun.Di luar, Airin tengah duduk di samping Sarah yang tertidur. Cindy menghampiri sambil tersenyum lebar."Gimana? Berhasil ‘kan? Mami nggak sabar datang ke kuburan si B—"Cindy buru-buru menempelkan jari telunjuk ke bibir diiringi sorot mata yang tajam."Beres, Mam. T

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 110 : Licik

    Barra mengetuk-ngetukkan jemari di atas layar tabletnya. Napas pria itu memburu, sesak oleh tekanan pikiran. Dia melonggarkan dasi yang menjerat leher, membuka dua kancing teratas kemeja putih yang sudah kusut. Jemarinya terangkat, memijat pelipis perlahan, seakan berharap beban di kepala dapat menguap bersama rasa nyeri yang menyelip."Pak, kita langsung ke kantor atau Anda ingin pulang dulu?" tanya Bahtiar yang duduk di samping sopir.Barra tidak menjawab. Pandangannya kosong, tenggelam dalam pusaran pikirannya sendiri."Pak?" Bahtiar kembali menoleh ke belakang, kali ini lebih khawatir. "Anda baik-baik saja?"Barra mengangguk samar, lalu akhirnya bersuara. "Minta data seluruh rekam medis Mami Airin, Cindy, Berliana ... dan mendiang Papi Ben. Aku membutuhkannya.""Baik, Pak. Sekarang kita ke—""Pulang. Aku ingin melihat anak-anak," potong Barra. Dia menyerahkan tabletnya kembali pada Bahtiar, lalu menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Entah tidur, atau hanya menghindar dari dunia

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 109 : Ketakutan vs Ancaman

    "Mas Barra ke mana, Pak? Kenapa tidak ke sini?" tanya Yasmin pada Bono. Manik hitam wanita itu menyapu ke arah ruangan besuk, menatap pintu. Dia sungguh berharap petugas membukanya dan menampakkan sosok Barra di sana.Akan tetapi, setelah menanti selama lima menit, tidak ada pergerakan apa pun. BAhkan ketika pintu terbuka, justru pengunjung lain yang datang. Harapan Yasmin perlahan sirna.Sudah beberapa hari ini dia tidak mendapat kunjungan dari Barra, dan kini justru Bono yang datang.Pengacara magang itu melengkungkan senyum tipis. Dia menyodorkan mangkuk tertutup dari meja makan, disertai sebotol vitamin khusus ibu menyusui."Pak Barra titip ini untuk kamu. Sup iga dan vitaminnya," jelas Bono dengan suara pelan."Terima kasih, Pak Bono." Yasmin menerimanya. Aroma sup hangat itu menyeruak ke hidungnya, memunculkan rasa haru yang perlahan menyusup. Tangannya menggenggam erat botol vitamin yang biasa dia konsumsi. Rupanya, Barra tetap mengingat ucapan darinya.Pada pertemuan terakhir m

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 108 : Mulai Luluh

    Barra makin menunduk, mendekatkan jarak di antara mereka. Ibu jarinya membelai bibir penuh mengilap itu, seolah memastikan sesuatu. Cindy yang merasa menang, tersenyum lebar. Dia sungguh tidak sabar mengikat pria itu selamanya, demi membalaskan rasa sakit dan dendam yang membara di hati. “Yasmin …,” lirih Barra, tepat di depan bibir Cindy. Akan tetapi, saat hampir menempel, Barra tersentak. Ada sesuatu yang berbeda. Indera penciumannya diserang aroma asing, menusuk dan aneh. Bukan wangi alami sabun segar, khas Yasmin yang menenangkan. Seketika Barra mendorong kuat tubuh Cindy hingga terjatuh. Tatapannya membeku dingin, suaranya membelah udara di malam hari. “Aku tidak bodoh!” “Aw, sakit! Pria macam apa kamu, hah!” gerutu Cindy, meringis sambil memegangi bokongnya yang ngilu. “Berengsek! Aku nggak akan biarin kamu lolos!” Barra tak peduli. Dia membalikkan badan, meninggalkan kelab malam itu tanpa sepatah kata pun. Sementara Cindy merintih kesal, masih berusaha bangkit. “Argh! Ken

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 107 : Ingin Bersamamu Malam Ini

    Ponsel Cindy bergetar di tangannya, menampilkan nama Airin di layar. Wanita itu mengepalkan jemarinya, menahan kemarahan dan dendam yang membakar. Malam ini, dia tidak akan kalah. Dia harus mendapatkan Barra, bagaimanapun caranya! Dengan mata yang masih berkilat, Cindy menekan tombol sambungkan, sambil menatap Barra yang sudah masuk ke dalam mobil. Dia segera mengikuti, mengendarai mobilnya sendiri. "Mam, aku mau pakai rencana Mami," ujar Cindy dengan suara berat. "Oke, kamu di mana sekarang? Bilang sama Mami, biar Mami yang urus," balas Airin begitu antusias. "Lokasi pastinya aku kirim belakangan, Mam. Aku masih di jalan," tukas Cindy sebelum memutus sambungan telepon itu. Rubicon putih yang dikendarai Barra berbelok memasuki area parkir VIP kelab malam. Barra turun dengan langkah cepat, memasuki bangunan itu tanpa menoleh. Cindy mengikutinya dari belakang, dengan dada berdebar. Tangannya sempat berkeringat saat menggenggam ponsel. Dia segera mengirimkan lokasinya pada Airin,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status