Beranda / Rumah Tangga / Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin / Bab 39 : Ini Tidak Boleh Terjadi

Share

Bab 39 : Ini Tidak Boleh Terjadi

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 16:33:18
Yasmin menegakkan punggung, merasa ada sesuatu yang tidak beres saat melihat perawat yang baru saja masuk ke kamar Cleo. Raut wajah wanita itu terlihat tegang.

“Ada apa, Sus?” tanya Yasmin, suaranya bergetar.

Tatapan perawat itu bergeser ke arah Samantha yang baru saja selesai minum jusnya. Yasmin melihat sekilas bagaimana rahang dokter itu menegang.

“Itu, Dok … Pak Barra …,” ucap perawat yang menggatung kalimatnya, lalu melanjutkan, “Terluka. Ada di IGD.”

Jantung Yasmin serasa berhenti berdetak sesaat. Napas wanita itu terasa sesak. Dia menatap perawat dengan mata melebar, dan tangannya tanpa sadar mencengkeram kain gaunnya dengan erat.

Samantha langsung berbalik menatap Yasmin.

“Kamu tunggu di sini, jaga Cleo, dan kunci pintu kamar! Jangan biarkan siapa pun masuk!” tegas dokter itu, lalu bergegas pergi bersama perawat tanpa memberi Yasmin kesempatan untuk bertanya apa pun.

Ruangan itu langsung terasa hampa. Yasmin menggigit bibirnya, menatap Cleo yang masih tidur nyenyak, tidak tahu
NACL

Apanya yang enga boleh Barra? Coba tanya Kakak-Kakak di sini, boleh-boleh aja dong ya?

| 5
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
NACL
setujuuuu ka
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Keras kepala yang dimiliki Barra justru akan lunak di dekat Yasmin
goodnovel comment avatar
NACL
aduh jangan doooong kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 40 : Wanita Adalah Kelemahan!

    Setelah beberapa hari di rumah sakit, akhirnya mereka pulang. Perjalanan terasa panjang, meskipun sebenarnya hanya butuh setengah jam untuk sampai ke rumah. Yasmin melirik Cleo yang baru saja terbangun di pelukannya. Wajah mungil itu begitu tenang, dengan senyum lembut, dan seolah tidak terpengaruh apa pun yang terjadi di sekelilingnya. “Cantiknya Bunda udah bangun. Mau mimik, Nak?” Suara lembut Yasmin memecah keheningan. Bayi itu merespons dengan girang. Membuat Yasmin terkekeh dan melupakan ketegangannya berada di samping Barra. Dengan baju khusus ibu menyusui Yasmin tidak kerepotan lagi memberikan ASI. Cleo pun nyaman menyedot minumnya, dan tangan mungilnya memainkan kancing dress Yasmin. Interaksi ini tentu tidak luput dari lirikan mata Barra yang fokusnya terbagi antara menyetir dan seseorang di sampingnya. Beberapa menit kemudian, mobil berhenti di depan rumah. Begitu pintu terbuka, hawa dingin langsung menyergap. Hujan gerimis turun tipis, cukup untuk membuat suhu makin

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 41 : Luka Mendekatkan Kita

    Hening. Itu yang terasa sejak pagi setelah Yasmin mendengar percakapan antara Barra dan Samantha.Tidak ada lagi sapaan ramah, ketika dia bertemu dengan Barra. Melainkan hanya sisa-sisa formalitas yang dia pertahankan. Setiap kali berada di tempat yang sama, Yasmin hanya fokus pada Boy dan Cleo. Dia menggendong dan menyusui Boy dengan penuh kasih sayang, mengusap punggungnya perlahan. Sedangkan Cleo sedang berjemur bersama babysitter. Tidak ada satu pun interaksi yang dia berikan untuk Barra. Jika dulu dia masih akan sekilas bertukar pandang, kini tidak lagi.Barra memperhatikan perubahan itu. Awalnya, pria itu mengira Yasmin hanya lelah atau sedang tidak mood. Namun, makin hari, sikap dingin itu tambah menjadi.Tidak ada lagi suara lembutnya yang tertangkap indera pendengaran Barra. Yasmin hanya menyelesaikan tugasnya, lalu pergi.“Yasmin,” panggil Barra ketika pria itu tiba di teras. Yasmin yang sedang menunduk menatap Boy, kini mengangkat pandangan. “Ya?” sahutnya.“Kamu sibuk?

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 42 : Kamu Pikir Kamu Siapa?

    Yasmin sungguh tidak bisa berkata apa pun, selain menatap Barra dengan bingung. Hingga akhirnya pria itu melepaskan pergelangan tangannya. Akan tetapi, tatapan pria itu tidak berpaling dari Yasmin, dia juga berkata dengan tegas, "Buatkan aku nasi goreng." Alis Yasmin seketika menekuk dan dia menajamkan pendengaran. "Apa?" "Aku lapar," jawab Barra mulai memelankan intonasi, "buatkan nasi goreng." Yasmin mendesah, menimbang sejenak. Dia tahu, ini bukan karena Barra ingin lebih lama bersamanya, tetapi murni karena perut pria itu kosong. Dengan enggan, dia melangkah menuju dapur. Saat memasak, Yasmin merasakan tatapan Barra di punggungnya. Entah mengapa pria itu justru mengikutinya ke dapur. Ada sesuatu yang berbeda. Yasmin hanya tahu, ekspresi Barra tetap dingin, tetapi sorot matanya menunjukkan sisi yang lain. Ketika nasi goreng matang, Yasmin menyajikannya di meja. "Sudah selesai, Pak. Makanlah." Setelahnya, Yasmin masih berdiri di memperhatikan pria itu makan dengan tenang. "A

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 43 : Pujian Pak Pengacara

    Tangan Yasmin terkepal kuat di sisi tubuhnya. Ucapan Cindy bagai palu yang menghantam relung hatinya. Dia menelan air liur untuk menahan rasa sakit dalam dada. "Bukankah Bu Cindy sudah tahu siapa saya?" Yasmin berkata tanpa ekspresi, matanya menatap Cindy, berusaha tenang. Cindy mengangkat dagu dengan percaya diri. "Maksudmu?" Yasmin menggeleng pelan, lalu berkata santai dan penuh arti, "Kalau Cleo terus menangis seperti ini, dia bisa sakit lagi. Dan kalau itu terjadi, Pak Barra pasti menyalahkan—" “Cukup!” sela Cindy terlihat agak goyah, pandangan wanita itu beralih pada Cleo yang menangis lebih keras, tubuh kecilnya menggeliat gelisah. Yasmin melanjutkan dengan suara lembut, “Umm … coba Bu Cindy lihat ke atas.” Sekilas, Cindy tampak tegang. Dia mendongak, seakan baru sadar bahwa gerak-geriknya bisa dipantau kapan saja. CCTV tergantung di sana. Yasmin menahan senyum tipisnya. Dengan tenang, dia mengulurkan tangan. "Lebih baik serahkan padaku sebelum Pak Barra yang turun

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 44 : Hangat yang Tidak Biasa

    Saat ini di halaman rumah, Airin menatap tajam pada seorang wanita yang tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapi."Mam, bagaimana kalau Bu Sarah sampai—""Ssst, berisik kamu, Cindy! Sekarang pastikan Barra nggak keluar rumah!" titah Airin dengan suara berbisik. Tangannya sedikit gemetar.Saat Sarah sudah mendekat, Airin langsung membawanya menjauhi teras rumah. Cengkeramannya erat di pergelangan tangan Sarah, cukup kuat untuk membuat wanita itu mengerutkan dahi."Mau apa kamu ke sini, hah? Jangan nekat, Sarah!" desis Airin, matanya berkilat seperti siap membakar lawannya hidup-hidup.Sarah tertawa pelan, meskipun cengkeraman Airin menyakitkan. "Lho, Jeng Airin, kesepakatan, ya, tetap kesepakatan. Jeng ‘kan janji bayar satu miliar, tapi baru 300 juta, setelah aku berikan apa yang Jeng minta. Sekarang sudah tiga bulan lebih, tapi belum lunas," ucap Sarah sambil mengkus kasar, ekspresinya licik, menikmati dominasi sesaat.Airin makin menekan tangan Sarah, membuat wanita

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 45 : Sentuhan Pengacara Dingin

    Barra tidak mengedip. Pandangannya tetap tertuju pada seseorang, kini berdiri di ujung tangga dengan balutan pakaian yang begitu berbeda dari biasanya.Blus sederhana putih dengan motif floral yang dikenakan wanita itu jatuh dengan anggun, mengikuti lekuk tubuhnya tanpa berlebihan. Surai panjangnya ditata lebih rapi, beberapa helai jatuh lembut di sisi wajahnya.Wajah yang biasanya tampak lelah kini terlihat lebih segar, meskipun masih ada sisa kecemasan pada sorot matanya.Untuk sesaat, Barra merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Namun, dia mengenyahkan perasaan itu."Kenapa berdiri di sana, Yasmin?" Suara Barra terdengar datar. "Kita tidak punya banyak waktu."Yasmin yang sedari tadi melamun, kini tersadar. Dia menghela napas pelan, lalu melangkah mendekat."Sarapan dulu," ujar Barra mengalihkan pandangan dan tangan pria itu mengambil cangkir kopi.Yasmin menggeleng. "Saya tidak lapar."Barra mendongak, matanya mengamati wanita itu beberapa detik, lalu berujar, "Jangan pingsan di

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 46 : Bukan Masalah Besar atau Kecil

    Barra menatap Yasmin yang masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, bibirnya kering, dan tangannya tampak lemah. Di sampingnya, Dokter Samantha menghela napas pelan, menyandarkan punggung pada kursi sambil melirik ke arahnya."Dia pasti mengalami trauma besar," lirih Samantha, "bertemu dengan mantan suami dan keluarganya lagi pasti bikin luka lamanya kembali terbuka."Barra melirik Yasmin. Dia tidak bisa membayangkan apa yang sudah wanita itu lalui.Tadi Yasmin benar-benar pinsan setelah dicecar banyak pertanyaan oleh wartawan. Wanita itu ambruk dalam pelukan Barra."Apa kamu tahu? Setelah bayi yang dilahirkannya meninggal, dia bahkan ingin menyusul anak itu," lanjut Samantha dengan suara lebih pelan. "Aku menemukannya di tengah jalan, hampir menabraknya, jahitan caesar terbuka, darahnya banyak, dan dia hanya pakai daster robek. Coba kamu bayangkan!"Samantha geleng-geleng dan menatap nanar pada Yasmin. Lalu tangan terulur membelai puncak kepala wanita

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 47 : Ada Apa Dengan Barra?

    Yasmin bisa merasakan embusan napas hangat Barra menerpa pipinya yang kini memanas. Bahkan tubuh mereka benar-benar hanya terpaut beberapa senti saja.Spontan, kedua tangan Yasmin terangkat, mendorong dada pria itu supaya tidak makin dekat. Namun, sentuhan telapak tangannya pada otot dada keras Barra justru membuat dia tambah gugup."P—pak ...," ucap Yasmin pelan, suaranya bergetar.Mata wanita itu melirik ke samping, mencari apa pun yang bisa digunakan sebagai pelindung jika pria di hadapannya benar-benar mendekat lebih jauh.Akan tetapi, bukannya melakukan sesuatu yang mengancam, Barra justru menjauh. Ekspresi pria itu masih sama—dingin dan sulit ditebak. Dengan gerakan cepat, dia meraih jas hitamnya yang tadi tersampir di sandaran kursi belakang Yasmin, lalu menyerahkannya pada wanita itu."Pakai ini. Bajumu terlalu tipis dan ketat!" ucap Barra tegas.Yasmin terdiam sesaat. Hanya suara detak jantungnya sendiri yang terdengar begitu jelas di telinga. Perlahan, dia meraih jas itu. Nam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29

Bab terbaru

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 118 : Barra Merajuk?

    Pada akhirnya … setelah Boy dan Cleo terlelap, Yasmin pun turut terbuai dalam mimpinya malam ini. Dia bahkan menikmati kehangatan dari selimut yang menutupi tubuhnya.Ya, Barra bukannya membangunkan dan meminta Yasmin pindah. Justru pria itu membiarka tetap di sana, menikmati pemandangan hangat di sampingnya. Sebuah senyum mengembang perlahan di wajah Barra. Dia menyapu pelan kening Yasmin, menyingkirkan helaian rambut yang jatuh sembarangan.Pandangan Barra kemudian bergeser pada dua bayi kembar yang tidur menempel di sisi Yasmin. Seolah keduanya enggan berjauhan dari wanita itu.Dia mengecup lembut dahi Boy, lalu saat hendak menempelkan ciuman serupa pada Cleo, gerakannya terhenti di udara. Namun, Barra menepis pikirannya. Dia tidak mau merusak momen damai ini.“Bantu Papi bujuk Bunda, ya,” bisiknya lembut di telinga Cleo.Setelah itu, pria itu ikut terlelap di samping Cleo, dan tubuhnya menghadap Yasmin.Pagi harinya, Yasmin masih tertidur pulas, sementara Barra telah terbangun leb

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 117 : Yang Spesial

    Tidak!Ini salah. Mana mungkin seorang majikan terus mendekat seperti ini kepada pekerjanya?Yasmin tahu dia harus segera menjauh. Tubuhnya beringsut perlahan ke sisi kursi besi. Namun, baru saja tangannya menyentuh besi dingin di samping, dan tubuhnya sedikit terangkat, tangan hangat pria itu merangkum wajahnya, lalu sesuatu yang lembap dan lembut menyentuh keningnya.Hangat dan menenangkan. Yasmin membeku dibuatnya.Sudah pernah menikah, tetapi Yasmin belum sekalipun merasakan sentuhan sehalus dan setulus ini. Bukan nafsu, bukan pura-pura. Rasanya seperti … penerimaan."Mas...," gumamnya. Kepala Yasmin terangkat, dan manik hitamnya bertemu dengan sorot cokelat milik pria itu. Penuh cahaya yang memantulkan kerlip lampion dari kejauhan.Sebelum Yasmin sempat bertanya apa maksud semua ini, Barra lebih dulu bicara. "Bisa kenal lebih dekat?"Yasmin hanya bisa berkedip dengan mata yang membulat. Ini terlalu cepat. Sentuhan itu barusan … maksudnya apa? Lalu ucapan ini? Satu hal pasti—Barra

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 116 : Sama-sama Single

    Untuk sejenak, ruangan itu menjadi hening. Bahkan Yasmin bisa merasakan helaian rambutnya yang tertiup udara dari pendingin ruangan. Wanita itu menelan saliva saat Barra makin mendekat dan ...."Malam ini kamu punya waktu, bukan?" bisik pria itu, tepat di telinganya.Napas hangat Barra membelai daun telinga Yasmin, dan suara beratnya membuat sekujur tubuh wanita itu bagai disetrum. Ia menggigil pelan, tanpa bisa mengelak dari efek suara yang menelusup hingga ke nadinya.Aneh, Yasmin tidak mempertimbangkan jawaban. Dengan mudahnya dia mengangguk, seolah terhipnotis oleh cara bicara pria itu. Bahkan ketika Barra tersenyum, Yasmin hanya terpaku menatapnya. Demi Tuhan, pria itu benar-benar seperti serangan jantung yang datang tiba-tiba."Nanti aku tunggu kamu di lobi," kata Barra seraya melepaskan tangannya dari tubuh Yasmin.Barra lantas bersikap biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Namun, bagi Yasmin itu luar biasa. Kini, dia sulit menjalani perannya sebagai Ibu Peri di mata anak-anak

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi? “Bram sialan!” geramnya pelan. Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy. “Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.” “Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?” Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor! Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun. Belum sempat Cindy membalas tatapan itu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 113 : Monster Betina vs Jantan

    Cindy tahu pasti Sarah menerima informasi entah dari Bram, atau mungkin … Barra yang menghasut. Namun, dia bangkit sambil memegangi pipinya yang masih mati rasa.“Tante, dengar dulu penjelasan aku,” elaknya, tidak menyerah.“Aku memang benci sama si Yasmin, tapi nggak sangka kawan sendiri jadi lawan. Jahat kamu!” seru Sarah, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Cindy.Cindy tertawa miris. “Tan, pengadilan aja belum kasih keputusan. Jadi … semua info yang Tante dengar bisa aja palsu,” katanya, mencoba terdengar tenang. Meskipun debar jantungnya bergejolak hebat.“Ah … banyak omong!” Sarah kembali mendorong Cindy dengan keras. Emosi wanita paruh baya itu meledak. Dia menarik rambut dan mencakar kulit mulus Cindy. Lorong rumah sakit seketika berubah jadi ‘ring’ pertarungan.“Beraninya kamu membunuh anakku!”Cindy berontak. Dia bahkan menarik tubuh Sarah hingga keduanya jatuh dan bergumul di lantai. Teriakan dan cacian membahana, membuat lorong rumah sakit jadi tontonan public. Para perawat pu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 112 : Kenapa Jadi Seperti Ini?

    “Mas Bram …,” bisik Yasmin dengan tangan menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca.Barra melirik Yasmin, lalu berkata, “Ya. Dia bersaksi untuk kamu.”Yasmin tidak kuasa menahan air mata. Pria itu ... ternyata masih hidup pascapenikaman oleh Cindy. Bahkan masih bersedia membantunya.Wajah Bram tampak pucat. Pandangannya tajam, tenang, dan tanpa ragu. Kini dia duduk di kursi saksi dan mulai bicara. Pria itu menjelaskan semua, dari kejadian beberapa hari sebelumnya hingga upaya Cindy untuk membunuhnya.Kondisi ruangan makin riuh. Mereka semua saling berbisik dan bertanya-tanya, tidak menyangka mendengar kesaksian Bram.Jaksa sempat menoleh ke arah bangku penonton, lalu menggeram pelan. Tangannya mengetuk-ngetuk pulpen di meja dengan ritme tak sabar. Matanya menyipit tajam menatap Bram, lalu ke arah hakim. “Kami ... akan meninjau ulang seluruh keterangan saksi dan bukti,” gumamnya, denagn nada yang mulai terdengar goyah.Dari barisan kursi khusus kuasa hukum, seorang pria bertubuh tegap t

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 111 : Bersiap Untuk Pertunjukkan

    Cindy menyeringai kecil. Sudut bibirnya naik pelan, seolah menahan gelak puas. Matanya menyapu tubuh Bram yang terbaring diam. Jemari wanita itu menggenggam suntikan berisi cairan bening.Dengan gerakan cepat, dia menyuntikkan cairan itu ke saluran infus. Lalu menunggu beberapa detik.Akan tetapi, detik demi detik berlalu, Bram masih terdiam. Tidak ada kejang, atau napas memburu."Kenapa nggak kejang-kejang juga, sih? Apa obatnya kurang?" gumam Cindy lirih, keningnya berkerut.Suara langkah membuat wanita itu menoleh. Seorang perawat masuk dengan senyum ramah."Maaf, Bu. Waktu besuknya sudah habis."Cindy mengubah raut wajahnya dalam sekejap. Dia berdiri tenang, menyimpan suntikan ke tas, dan berjalan keluar dengan anggun.Di luar, Airin tengah duduk di samping Sarah yang tertidur. Cindy menghampiri sambil tersenyum lebar."Gimana? Berhasil ‘kan? Mami nggak sabar datang ke kuburan si B—"Cindy buru-buru menempelkan jari telunjuk ke bibir diiringi sorot mata yang tajam."Beres, Mam. Ti

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 110 : Licik

    Barra mengetuk-ngetukkan jemari di atas layar tabletnya. Napas pria itu memburu, sesak oleh tekanan pikiran. Dia melonggarkan dasi yang menjerat leher, membuka dua kancing teratas kemeja putih yang sudah kusut. Jemarinya terangkat, memijat pelipis perlahan, seakan berharap beban di kepala dapat menguap bersama rasa nyeri yang menyelip."Pak, kita langsung ke kantor atau Anda ingin pulang dulu?" tanya Bahtiar yang duduk di samping sopir.Barra tidak menjawab. Pandangannya kosong, tenggelam dalam pusaran pikirannya sendiri."Pak?" Bahtiar kembali menoleh ke belakang, kali ini lebih khawatir. "Anda baik-baik saja?"Barra mengangguk samar, lalu akhirnya bersuara. "Minta data seluruh rekam medis Mami Airin, Cindy, Berliana ... dan mendiang Papi Ben. Aku membutuhkannya.""Baik, Pak. Sekarang kita ke—""Pulang. Aku ingin melihat anak-anak," potong Barra. Dia menyerahkan tabletnya kembali pada Bahtiar, lalu menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Entah tidur, atau hanya menghindar dari dunia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status