Share

BAB 121

Auteur: Fredy_
last update Dernière mise à jour: 2025-10-05 15:41:07
Leo merebahkan diri di ranjang dengan santainya. Terlentang melipat kedua tangan di belakang kepala. Napasnya terdengar tenang, sangat nyaman. Sementara itu, Nayla hanya duduk terpaku di tepi ranjang, menatap sosok Leo dengan wajah campur aduk.

"Sempit deh…" batinnya, menghela napas panjang.

Ia pun segera bergerak menarik dasternya yang sempat kusut agar lebih rapi, lalu perlahan ikut berbaring di ranjang. Begitu kepalanya menyentuh bantal, Nayla menghembuskan napas lega. Rasa puas dan syukur memenuhi dadanya—akhirnya ia bisa menyusui Matteo lagi.

Namun, seberkas pikiran iseng melintas di benaknya. Masa kalau setiap kali ASI-nya mampet, ia harus minta tolong pijitin Leo? Duh... Nayla mengerutkan kening sambil memejamkan mata. Keningnya panas kalau membayangkan rutinitas 'pijat laktasi' seperti yang tadi dipraktekkan Leo.

Angin sejuk dari pendingin udara membuat kelopak matanya semakin berat. Nayla berguling memunggungi Leo, mencoba tidur tanpa mengingat ada seorang pria six pack di
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (4)
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Mateo..ya...memang bayi yg pengwrtian,deh
goodnovel comment avatar
Erna Kirana
ya ampun hahaaa..
goodnovel comment avatar
Apri Yani
duh, keluarga harmonis deh ini hihihi ......
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 124

    Suasana ruang rapat di lantai tertinggi gedung Graha Utama terasa tegang sejak Leo bergabung. Proyektor yang menyorot tajam ke layar besar, menampilkan grafik batang merah yang naik turun. Tatapannya menyapu satu per satu wajah di ruangan itu.“Baik, kita mulai,” ujar Leo singkat sambil menautkan jarinya di atas mejaPak Buya, Direktur keuangan, berdiri dan menunjuk grafik dengan pointer. “Penjualan Apartemen Emerland memang bagus,” ujarnya lugas. “Tapi kalau kita bertahan dengan pola seperti sekarang, laba bersih akhir tahun bisa anjlok lebih dari dua puluh persen. Pasar domestik mulai jenuh, Pak. Kita butuh ekspansi cepat, bukan sekadar rencana lima tahun ke depan.”Putra melirik bosnya dengan gelisah. Tiket pesawat ke Berlin sudah dibeli sejak minggu lalu. Dua hari lagi mereka seharusnya terbang, tapi Leo belum juga menunjukkan tanda-tanda persiapan. Meski selalu menunjukkan raut wajah tenang, tetapi Putra bisa membaca ada keraguan yang tersembunyi di balik sorot mata pria itu.“Pr

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 123

    Siang itu, ruang tengah rumah berubah seperti arena buka kado. Kotak-kotak hadiah dari Matilda berserakan di lantai, menumpuk tinggi seperti benteng mini. Tiga wanita—Matilda, Nayla, dan Surti—sibuk membongkar satu per satu isinya. Surti duduk di lantai, mengoper satu-satu kotak kepada Matilda yang duduk di sofa tunggal. Sedangkan Nayla duduk di sofa panjang, memangku Matteo.“Lihat! Ini Mama beli di Milan, Nay..." kata Matilda, mengangkat selimut bayi bermotif bintang berwarna biru. “Bahannya organic cotton, lembut banget! Selimutin ini kalau Matteo tidur siang. Nih, pegang deh… halus kan?”Nayla meraih selimut yang disodorkan Matilda. "Wah, iya nih... halus banget... Teo mau bobo pake ini?" ucap Nayla menunduk ke wajah Matteo yang tertawa-tawa memamerkan gusinya.“Bu... kalau kotak ini isinya apa?” tanya Surti, matanya berbinar penasaran. “Oh, itu dari Tokyo,” ujarnya sambil membuka kotak, lalu mengeluarkan satu set pakaian bayi model kimono lengkap dengan topi dan kaos kaki motif

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 122

    Suara gemericik air dari dapur berpadu dengan aroma harum dadar telur bayam yang baru matang. Pagi itu, suasana rumah sudah kembali terkendali setelah Leo kembali ke kamarnya, dan Nayla mengalihkan situasi dengan pura-pura memeriksa popok Matteo.Nayla, yang sudah selesai mengganti popok Matteo, duduk di kursi dekat meja makan sambil memangku bayinya. Rambutnya masih basah, menetes perlahan ke bahu kaos longgarnya. Ia makan dengan khusyuk—cuma nasi panas dan telur dadar sederhana, tapi rasanya seperti hidangan surga setelah malam yang mendebarkan.Sementara itu, Surti berdiri di depan wastafel. Tangannya cekatan mencuci peralatan masak, tapi matanya... sesekali melirik ke arah Nayla dengan ekspresi menyipit curiga. “Rambut basah nih, Nay..." komentar Surti jahil."Basah lah... aku baru keramas. Nggak sempet ngeringin dulu, keburu lapar." Nayla menyahut lugu sambil terus saja menyendok nasi ke mulut.Surti mengangguk-angguk. "Abis keramas, terus... perut lapar, ya. Kamu abis kerja bak

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 121

    Leo merebahkan diri di ranjang dengan santainya. Terlentang melipat kedua tangan di belakang kepala. Napasnya terdengar tenang, sangat nyaman. Sementara itu, Nayla hanya duduk terpaku di tepi ranjang, menatap sosok Leo dengan wajah campur aduk. "Sempit deh…" batinnya, menghela napas panjang. Ia pun segera bergerak menarik dasternya yang sempat kusut agar lebih rapi, lalu perlahan ikut berbaring di ranjang. Begitu kepalanya menyentuh bantal, Nayla menghembuskan napas lega. Rasa puas dan syukur memenuhi dadanya—akhirnya ia bisa menyusui Matteo lagi. Namun, seberkas pikiran iseng melintas di benaknya. Masa kalau setiap kali ASI-nya mampet, ia harus minta tolong pijitin Leo? Duh... Nayla mengerutkan kening sambil memejamkan mata. Keningnya panas kalau membayangkan rutinitas 'pijat laktasi' seperti yang tadi dipraktekkan Leo. Angin sejuk dari pendingin udara membuat kelopak matanya semakin berat. Nayla berguling memunggungi Leo, mencoba tidur tanpa mengingat ada seorang pria six pack di

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 120

    "Kamu harus bantu aku tidur nyenyak..." bisik Leo di pipi Nayla."Ti-tidur nyenyak? Maksud kamu... buatin teh manis, kan?" sahut Nayla kikuk.Leo langsung mencebik manja, ekspresinya nyaris seperti anak kecil yang permintaannya disalahpahami. “Itu sih aku bisa sendiri… aku mau yang lain…”"Eeemm... apa, ya? Kamu mau aku ngapain, sih?" tanya Nayla, semakin salah tingkah.Leo tersenyum kecil, lalu mengangkat dagu Nayla dengan satu jemarinya. “Nay…” panggilnya lembut, sorot mata teduhnya seperti tengah menelusup masuk ke hati Nayla, mencoba membaca perasaan terdalam wanita itu.“Gitu, dong... nyebutnya 'aku' aja, bukan ‘saya’. Lebih manis, kan?" ujarnya, menyipitkan mata menggoda.“I-iya. Manis…” sahut Nayla, suaranya tersendat malu.Leo terkekeh kecil, matanya tetap terpaku pada wajahnya. “Aku seneng… kita makin dekat, Nay…”“I-iya. Dekat...” sahut Nyala lagi.Tanpa banyak kata lagi, Leo menyandarkan kepalanya di bahu Nayla. “Hmm… bahu kamu enak juga ya,” gumamnya malas, seperti enggan

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 119

    Leo menarik napas dalam-dalam, dadanya mengembang berat. Mantra 'Demi Matteo… Demi Matteo...' dia ulang-ulang terus di dalam hati. Menancapkannya kuat-kuat di dalam pikirannya, seperti jangkar kapal agar pikirannya tak hanyut ke arah yang salah. Mata Leo tetap terpejam rapat. Ia mengingat-ingat satu per satu gerakan pijat laktasi yang diajarkan perawat di rumah sakit dulu. Ibu jari memutar perlahan… telapak tangan menekan lembut ke arah kelenjar payudara… bukan asal pijat saja, tapi mengikuti alur. Semua langkah itu kini ia praktikkan dengan sangat teliti seperti murid yang sedang ujian praktik. Di bawah telapak tangannya, kulit Nayla terasa hangat dan halus. Awalnya, Leo masih mampu fokus, mengikuti gerakan-gerakan pijat seperti yang diajarkan perawat. Namun, saat ibu jari cerobohnya terpeleset dan menggesek pucuk dada Nayla, semua kosentrasinya buyar berantakan. Untuk mengembalikan fokus, Leo mulai menghitung dalam hati setiap gerakan. Satu... dua... tiga... Tapi, semakin lama,

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status