Yasir tengah marah setelah acara lelang kemarin, dia menemukan fakta kalau Prawira sudah menikah dan istrinya adalah Anita. "Kenapa kalian tidak bilang dari awal hah?" marah Yasir. Ayu yang ada di sana hanya menundukkan kepalanya. Sejujurnya dia juga terkejut dengan fakta yang baru saja dia ketahui sekarang. Bagaimana mungkin kalau orang misterius itu adalah Prawira. "Ayah, aku juga tidak tahu kalau Prawira suaminya Anita.""Kalian berdua pernah tinggal bersama dengan mereka, masa kalian sama sekali tidak curiga." Yasir mengatakan itu dengan kesal."Aku bukannya tidak curiga, tetapi kamu juga tahu kalau selama ini dia menyamar dengan menjadi anaknya Anwar, jadi jangan salahkan kami juga," kata Ayu. Yasir langsung menampar Ayu dengan sedikit keras. "Dasar tidak berguna."Ayudia memegangi pipinya yang terasa sangat panas. Hana menatap ibunya dengan terkejut. Baru pertama kali dia melihat ibunya ditampar seperti ini. "Ayah, apa yang ayah lakukan?" umpat Hana tidak terima ibunya disa
Anita sudah ada di rumahnya, dia tidak menemani Icha karena memang wanita itu sudah melarang, dia bilang nanti akan ada Andreas menemaninya. Jadi Anita tidak akan ikut campur. Anita lalu membuka sebuah kotak perhiasan yang diberikan oleh Prawira padanya, dia membukanya dengan seksama. "Akhirnya aku bisa mengembalikan ini pada tempatnya," ujar Anita. "Akan lebih bagus jika kamu memakainya," jawab Prawira. Anita menoleh kearah belakang dan terkejut ketika melihat Prawira sudah ada di dalam kamarnya dan kali ini dia kembali menggunakan topeng. Tetapi bedanya, kali ini lampu menyala. Biasanya kerap kali laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya, lampunya selalu mati. "Cih, sok misterius, masuk ke kamar orang tanpa izin," dengus Anita. "Ini kamar istriku, bukannya aku sudah terbiasa masuk ke sini," kata Prawira. Anita langsung membuka topeng yang digunakan oleh Prawira barusan. Kali ini dia benar-benar percaya kalau Morgan adalah Prawira. "Gak usah pake topeng segala, aku sudah tahu s
Prawira masuk ke dalam ruangan tempat di mana Icha berada sekarang. Wanita itu baru saja melakukan operasi atas lukanya dan kebetulan belum sadarkan diri. "Makasih yah, karena kamu sudah menolongku," gumam Prawira. Dia juga berjanji akan membantu Icha menyelesaikan masalahnya. Sampai ponselnya berdering dan melihat kearah layar. "Andreas," gumam Prawira. Dia langsung mengangkat telepon tersebut. Andreas pasti sudah mendapatkan berita tentang Icha. "Halo.""Prawira, bukannya aku sudah bilang untuk menjaga Icha dengan baik, kenapa dia sampai terluka seperti itu hah.""Dia menghalau orang yang berusaha untuk mencelakai aku.""Sialan, lalu bagaimana dengan kondisi Icha sekarang. Aku tidak bisa datang ke sana karena masih ada urusan," kata Andreas. "Kamu tidak usah khawatir, aku sudah mendonorkan darah untuk dia, lukanya tidak terlalu dalam dan dia belum sadarkan diri sekarang.""Aku titip dia dulu, banyak hal yang harus aku lakukan," kata Andreas. "Apa kamu sudah tahu, di acara lel
Anita masih tidak habis pikir dengan semuanya. Rasanya begitu aneh, semua orang malah berusaha untuk membohongi dirinya. Membuat dia sedikit murka. Anita berjalan keluar rumah sakit, dia masih kesal karena tidak ada yang mau jujur padanya. Sampai tak lama kemudian, Hana yang baru saja turun dari mobil melihat kearah Anita. "Anita."Anita menatap kearah Hana dengan sekilas. Wanita itu sampai datang menemui dirinya. "Kenapa?" tanya Anita. "Jelaskan padaku, bagaimana bisa Prawira adalah suami misterius kamu selama ini?" kata Hana dengan nada yang marah. Anita sendiri pun tidak tahu semuanya jadi begini. "Kenapa Hana? Kamu terkejut mengetahui fakta ini.""Jadi kamu sudah tahu selama ini? Kamu sengaja menjadikan Prawira sebagai suami kamu untuk balas dendam padaku karena aku bertunangan dengan Prayoga?" tanya Hana. Anita malah tertawa ketika mendengar ucapan dari Hana barusan. "Kamu lucu sekali Hana. Bukannya memang benar seharusnya aku yang menikah dengan Prawira. Kamu lupa kalau se
Anita membalikan tubuhnya ketika mendengar suara teriakan dari seseorang yang memanggil nama Prawira. Dia langsung mematung di tempatnya ketika melihat ada orang jahat hendak akan melukai Prawira. "Astaga.""Icha?"Anita langsung menghampiri Icha yang kini sudah berlumuran dengan darah. Dia tidak tahu kalau akan kejadian seperti ini. "Icha, kejar orang jahat itu," umpat Prawira kepada anak buahnya. Dia langsung menggendong Icha untuk menyelematkan nyawa wanita itu. Prawira sedikit merasa bersalah karena Icha sampai berkorban untuk dirinya. Padahal dia yakin kalau orang itu tadi hendak akan menyerang dirinya. "Ambulan!"Prawira membawa Icha ke dalam ambulan, begitu pun dengan Anita yang ikut ke rumah sakit sekarang. Dia menggenggam tangan Icha untuk menguatkan wanita itu. "Kenapa bisa seperti ini? Dia melindungi kamu," kata Anita. "Aku tahu," jawab Prawira.Mereka sekarang mendorong Icha yang memang terluka parah, tubuhnya banyak sekali mengeluarkan darah akibat sebuah tusukan t
"15 juta." Prawira kembali menawar benda tersebut. "20 juta," kata Hana yang kini ikutan menawar ketika melihat Prawira dan Anita tengah berdebat. Anita jadi kesal karena Hana malah ikut-ikutan menawar barang yang seharusnya milik dirinya. "30 juta!" "40 juta," balas Prawira kembali sambil melirik kearah Anita. "50 juta," kata Hana kembali. Sampai tak lama kemudian, Ayu datang membisikan sesuatu pada anaknya. "Apa kamu gila, kita tidak punya uang banyak sekarang.""Biarkan saja mah. Lagian aku sudah punya ayah yang kaya raya sekali." Hana mengatakan itu dengan nada yang sedikit bangga. "Lebih baik kamu biarkan dua orang itu berdebat saja.""Baiklah." Hana akhirnya diam dan tidak menawar lagi. "70 juta!" Anita mengatakan itu dengan sedikit penuh keberanian. "100 juta," tawar Prawira kembali membuat Anita semakin jengkel dan menatap laki-laki itu dengan tajam. "Sialan Prawira, kamu lihat Icha, dia bahkan menantang aku sekarang," bisik Anita. "Kamu bisa tawar barang itu lebih b