Share

15.

Author: Qoi_hami
last update Last Updated: 2023-02-03 14:51:33

"Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal."

"Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja."

"Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !"

"Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren."

"Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.

Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam."

"Aku pegang ucapanmu."

Klik

Panggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana menggoda Azlan. Dia hanya ingin menahan pria itu di sampingnya untuk tetap berada di sampingnya satu malam saja. Rani sangat ingin tahu seperti apa watak seorang Azlan yang sebenarnya. Beberapa hari setelah pernikahan, Azlan justru sibuk mengkhawatirkan dirinya dan cemburu buta pada Ron. Bukankah itu sangat aneh, jika memang pernikahan itu atas persetujuan kedua belah pihak, kenapa Azlan seperti tidak mau kehilangan dirinya. Aaaaahhh ... rasanya Rani ingin menjerit, tetapi jeritan itu hanya tertahan di dalam dada saja.

Rani mengembalikan ponsel milik Azlan sembari berkata," Sepertinya kali ini kamu mendapatkan wanita yang tepat. Bahkan dia bisa membuatmu ketakutan."

Azlan memutar bola matanya malas. Pada saat itu dia menyadari keanehan yang terjadi di ruangan itu.

"Di mana foto kita berdua?" tanya Azlan.

"Aku sudah meletakkan di sudut belakang sana.". Tunjuk Rani ke arah sudut sempit di pinggir dapur.

"Gudang?"

"Iya, kenapa?"

"Itu tempat yang kotor."

"Iya, fotomu pantas berada di sana. Bukankah kamu suka sekali mengorek hal yang kotor."

"Jangan kelewatan Rani !" Azlan berkata dengan nada tinggi, wajahnya memerah menahan marah.

"Dih, aku bicara apa adanya Azlan, bukan ada apanya."

"Maksud kamu apa menyamakan aku dengan tikus?"

"Ah sepertinya kamu sangat sadar posisi kamu yang sebenarnya. Bukan aku yang mengatakannya tapi kamu."

"Ra ... ni ....!"Azlan berteriak frustasi. Dia sangat tidak menyangka, Rani yang penurut akan berubah seperti itu.

"Jangan berteriak di sini. Telingaku masih berfungsi dengan baik. Oya, tadi kamu bertanya tentang foto. Maaf aku meletakkan di belakang. Hanya tempat itu yang cocok untuk penggemar barang kotor. Tentu saja kita berdua tahu siapa Angela. Masa lalunya bahkan sangat liar bukan?"

"Jangan memprovokasi ku lagi," tandas Azlan. Menghadapi Rani yang sekarang sudah seperti menghadapi seekor harimau, aumannya bahkan terdengar sangat menakutkan. Rani mendengus kesal kemudian berbalik menuju kamarnya.

"Jangan menutup mata dari kenyataan yang sebenarnya. Aku turut prihatin untukmu yang menikahi bekas orang lain."

"Kamu terlalu banyak omong, Rani !"

"Terserah aku dong, ini mulut aku sendiri. mau nerocos atau enggak itu bukan urusan kamu !" jawab Rani dingin dan segera berjalan menuju kamarnya.

"Jika kamu tidur di kamar , lalu aku tidur di mana?" tanya Azlan.

"Terserah kamu mau tidur di mana. Aku akan beristirahat di kamarku. Jangan coba-coba mengetuk pintu kamarku!"

Rani tidak menunggu jawaban dari Azlan, wanita itu terus berjalan dan menghilang di balik pintu kamar.

Sunyi dan sepi itu yang dirasakan oleh Azlan saat ini. Dirinya merasa ada yang kurang saat Rani tidak lagi melayani seperti dulu. Menyiapkan makan malam, menemaninya mengerjakan tugas kantor dan masih banyak lagi kebersamaan yang pernah terukir bersama di apartemen ini. Meskipun mereka jarang sekali bertemu, tetapi tetap saja ada kebersamaan yang pernah mereka lewati bersama.

Sementara itu Rani mencoba mengalihkan kesedihannya dengan mempersiapkan barang-barangnya yang aan dibawa ke kediaman Bagaskara. Meskipun rasanya sangat sakit, tetapi tetap saja dia tidak akan berlari seperti pecundang. Dia harus menjadi pemenang, itulah yang dipegang oleh Rani sampai saat ini. Dengan tenang, wanita itu menata semua barang-barangnya di koper. Besok pagi adalah ajang pertempuran yang sebenarnya. Rani yakin seratus persen bahwa Azlan akan berubah arogan saat di depan keluarganya. Pria itu ketakutan jika sampai dicoret sebagai pewaris Bagaskara.

Rani sudah mempersiapkan hatinya dengan sangat baik. Dia yakin itu pasti berhasil,

Selamat menikmati neraka kalian. Batin Rani seraya menatap pantulan dirinya di cermin

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status