Share

Bab.17

Author: Qoi_hami
last update Last Updated: 2023-02-10 20:48:21

Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya.

"Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda."

"Oya ... di mana perbedaannya?"

"Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan.

"Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"

Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu.

"Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?"

"Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa suara," ejek Angela.

"Kamu mungkin melupakan satu hal dalam persahabatan kita dulu. AKu terbiasa melakukan apapun sendiri meskipun aku berada di tempat yang sempit dan tidak menyenangkan."

"Itu dulu selagi kamu masih belum berstatus sebagai istri Azlan."

"Lalu apa bedanya dengan sekarang?"

"Di rumah ada aturannya, dan semua atas persetujuan Nyonya Selin."

"Kenapa kamu tidak menyebutnya 'mama'?" tanya Rani heran.

Angela kembai membuang muka, itu adalah cara ampuh supaya pandangannya tidak bertemu dengan pandangan Rani yang sangat mengintimidasi.

"Aku pikir hidupmu di sini sudah selayaknya ratu dan cukup berbahagia, tetapi sepertinya dugaanku salah. Ada beberapa hal yang kamu sembunyikan dariku. Namun, cepat atau lambat itu semua pasti terbongkar."

"Jangan merasa paling tahu tentang kehidupan orang lain, Rani. Ingat, hidupmu saja sudah sangat berantakan dan menyedihkan."

"Itu menurutmu, menurutku ini adalah hal yang baik. Aku bisa bertumbuh dan berkembang dengan masalah yang sudah kamu ciptakan. Aku juga bukan wanita pecundang yang sibuk mengejar suami orang lain," sindir Rani.

Angela mengepalkan tangannya, tentu saja dia tidak terima dengan semua ucapan yang dilontarkan oleh Rani. Bukan seperti ini yang dia bayangkan kemarin. Dia membayangkan bahwa Rani akan menangis menjadi-jadi dan akan terpuruk melihat kedekatannya dengan Azlan. Tapi apa yang dia lihat barusan? Rani bahkan sangat menyukai permainan ini dan dia juga terlihat baik-baik saja. Semua di luar perkiraannya.

"Silahkan nikmati harimu di sini, semoga menyenangkan!" selesai berkata seperti itu, Angela pun berbalik keluar dari kamar belakang tersebut. Rani tersenyum tipis mendengar ucapan Angela. Jika kemarin mereka sepakat untuk saling bekerja sama, rasanya akan sangat sulit direalisasikan mengingat hubungannya dengan Angela sudah seperti minyak dengan air.

"Yang sabar ya, Non. Nyonya muda memang seperti itu adanya. Dia sangat arogan dan sombong."

"Tidak apa-apa, Bi. Aku berteman dengannya sudah cukup lama. Dia memang begitu, setiap apa yang dia inginkan harus dia dapatkan. Meskipun itu dengan jalan yang salah."

Pelayan yang bersamanya itu memang sangat sabar sekali seperti seorang ibu bagi Rani.

"Sudahlah, Bi. Aku tidak apa-apa. Aku akan membereskan pakaianku terlebih dahulu, setelah itu akan membantu bibi di dapur."

"Tenanglah, jangan terburu-buru. Pagi ini semua sudah siap dan tidak perlu sungkan untuk meminta tolong pada Bibi."

Rani mengangguk dan mengulas senyum manis, membuat bibi pelayan mencubit gemas lengan wanita cantik itu sebelum berlalu dari kamar sempit nan pengap yang akan ditempati oleh Rani.

"Hah, sepertinya aku harus menyiapkan hatiku supaya menjadi lebih kuat," gumam Rani.

Wanita itu mengeluarkan lemari portabel-nya. Dengan cekatan tangannya segera mengeluarkan barang-barangnya dari koper dan menatanya di lemari kecil tersebut. Beruntung sekali barang yang dia bawa tidak terlalu banyak sehingga dia bisa menyimpannya dengan rapi.

"Apa kamu sudah selesai menyusun barang-barang milikmu?"

Rani menoleh dan melihat seorang pelayan yang mungkin seumuran dengannya.

"Ada apa?"

"Tuan Muda memanggilmu, mereka ingin bicara denganmu sebelum pergi," jawab pelayan yang Rani tidak tahu namanya siapa.

"Aku sudah selesai, baiklah aku akan segera ke sana. Tunggulah sebentar, aku belum hapal ruangan di rumah ini. Takut nanti tersesat dan akan semakin lama," pinta Rani dengan nada memelas.

"Baiklah, aku akan menunggumu."

Rani segera merapikan penampilannya yang lumayan berantakan. Wanita itu mengatur nafasnya yang sedikit memburu karena rasa khawatir yang tiba-tiba menyerangnya.

'Aku tidak boleh menuruti rasa takutku. Meskipun ini semua memang sangat menakutkan. Aku terjebak di rumah ini dengan segala problematika yang mungkin cepat atau lambat akan menjadi bom atom bagi keluarga ini.' Batin Rani.

Tak ingin membuang waktunya dengan rasa penasaran, Rani bergegas keluar kamar dan mengikuti pelayan muda itu.

"Hai nama kamu siapa?"

Wanita itu tidak menoleh atau memberikan jawaban. Dia lebih memilih meneruskan langkahnya. Terkesan sombong dan arogan.

Rani berpikir bahwa wanita itu tidak mendengarnya dengan baik. Sampailah mereka di sebuah ruangan yang Rani tebak itu adalah ruang keluarga. Angela dan Selin Bagaskara duduk dengan angkuh.

"Oh, sudah datang rupanya."

"Maafkan kami Nyonya, tadi Rani menyelesaikan beres-beres terlebih dahulu."

"Tidak apa-apa, tinggalkan kami !"

"Baik Nyonya." Pelayan itu meninggalkan Rani.

Selin terlihat masih tidak peduli, berbeda dengan Angela yang terang-terangan menatap Rani degan tatapan marah.

"Kamu di sini hanya pembantu, jadi harap perhatikan sikapmu !"

Rani tersenyum tipis, meskipun harga dirinya direndahkan sedemikian rupa tidak membuat wanita itu mundur dari peperangan dirinya dan Bagaskara.

"Saya tahu posisi saya, Nyonya Besar."

"Bagus, jangan harap saya akan luluh dengan kebaikan kamu. Apalagi sampai merestui kamu dengan Azlan."

"Suatu kehormatan bagi saya, jika Azlan bersedia mengganti surat nikahnya sekarang juga."

"Kamu ...." Angela berteriak marah melihat ketenangan Rani.

"Berhenti ! Kecerdasan wanita ini tidak sebanding dengan dirimu, Angela. Jika kamu masih ingin menjadi istri putraku Azlan, patuhi semua aturan!" Suara Selin menginterupsi tingkah Angela yang hampir saja menampar Rani. Angela terkejut dan menatap ibu mertuanya tidak suka. Namun, dia tidak punya kekuatan untuk melawannya.

Rani sendiri mulai melihat interaksi kedua orang itu dan dapat menyimpulkan bahwa hubungan mereka tidak baik-baik saja.

"Hari ini ada pertemuan penting. Setelah jam 1 kamu bersiaplah dengan baik."

Rani mengangguk paham. Perannya harus dijalankan sebaik mungkin. Sementara Angela mengepalkan kedua tangannya. Dia sekarang tidak terima jika dia hanyalah istri pajangan di rumah. Angela sangatlah marah.

Rani yang melihat reaksi Angela pun berkata dalam hatinya "Tunggu saja, aku akan pelan-pelan menciptakan neraka untuk kalian semua."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status