Share

Bab.17

Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya.

"Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda."

"Oya ... di mana perbedaannya?"

"Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan.

"Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"

Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu.

"Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?"

"Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa suara," ejek Angela.

"Kamu mungkin melupakan satu hal dalam persahabatan kita dulu. AKu terbiasa melakukan apapun sendiri meskipun aku berada di tempat yang sempit dan tidak menyenangkan."

"Itu dulu selagi kamu masih belum berstatus sebagai istri Azlan."

"Lalu apa bedanya dengan sekarang?"

"Di rumah ada aturannya, dan semua atas persetujuan Nyonya Selin."

"Kenapa kamu tidak menyebutnya 'mama'?" tanya Rani heran.

Angela kembai membuang muka, itu adalah cara ampuh supaya pandangannya tidak bertemu dengan pandangan Rani yang sangat mengintimidasi.

"Aku pikir hidupmu di sini sudah selayaknya ratu dan cukup berbahagia, tetapi sepertinya dugaanku salah. Ada beberapa hal yang kamu sembunyikan dariku. Namun, cepat atau lambat itu semua pasti terbongkar."

"Jangan merasa paling tahu tentang kehidupan orang lain, Rani. Ingat, hidupmu saja sudah sangat berantakan dan menyedihkan."

"Itu menurutmu, menurutku ini adalah hal yang baik. Aku bisa bertumbuh dan berkembang dengan masalah yang sudah kamu ciptakan. Aku juga bukan wanita pecundang yang sibuk mengejar suami orang lain," sindir Rani.

Angela mengepalkan tangannya, tentu saja dia tidak terima dengan semua ucapan yang dilontarkan oleh Rani. Bukan seperti ini yang dia bayangkan kemarin. Dia membayangkan bahwa Rani akan menangis menjadi-jadi dan akan terpuruk melihat kedekatannya dengan Azlan. Tapi apa yang dia lihat barusan? Rani bahkan sangat menyukai permainan ini dan dia juga terlihat baik-baik saja. Semua di luar perkiraannya.

"Silahkan nikmati harimu di sini, semoga menyenangkan!" selesai berkata seperti itu, Angela pun berbalik keluar dari kamar belakang tersebut. Rani tersenyum tipis mendengar ucapan Angela. Jika kemarin mereka sepakat untuk saling bekerja sama, rasanya akan sangat sulit direalisasikan mengingat hubungannya dengan Angela sudah seperti minyak dengan air.

"Yang sabar ya, Non. Nyonya muda memang seperti itu adanya. Dia sangat arogan dan sombong."

"Tidak apa-apa, Bi. Aku berteman dengannya sudah cukup lama. Dia memang begitu, setiap apa yang dia inginkan harus dia dapatkan. Meskipun itu dengan jalan yang salah."

Pelayan yang bersamanya itu memang sangat sabar sekali seperti seorang ibu bagi Rani.

"Sudahlah, Bi. Aku tidak apa-apa. Aku akan membereskan pakaianku terlebih dahulu, setelah itu akan membantu bibi di dapur."

"Tenanglah, jangan terburu-buru. Pagi ini semua sudah siap dan tidak perlu sungkan untuk meminta tolong pada Bibi."

Rani mengangguk dan mengulas senyum manis, membuat bibi pelayan mencubit gemas lengan wanita cantik itu sebelum berlalu dari kamar sempit nan pengap yang akan ditempati oleh Rani.

"Hah, sepertinya aku harus menyiapkan hatiku supaya menjadi lebih kuat," gumam Rani.

Wanita itu mengeluarkan lemari portabel-nya. Dengan cekatan tangannya segera mengeluarkan barang-barangnya dari koper dan menatanya di lemari kecil tersebut. Beruntung sekali barang yang dia bawa tidak terlalu banyak sehingga dia bisa menyimpannya dengan rapi.

"Apa kamu sudah selesai menyusun barang-barang milikmu?"

Rani menoleh dan melihat seorang pelayan yang mungkin seumuran dengannya.

"Ada apa?"

"Tuan Muda memanggilmu, mereka ingin bicara denganmu sebelum pergi," jawab pelayan yang Rani tidak tahu namanya siapa.

"Aku sudah selesai, baiklah aku akan segera ke sana. Tunggulah sebentar, aku belum hapal ruangan di rumah ini. Takut nanti tersesat dan akan semakin lama," pinta Rani dengan nada memelas.

"Baiklah, aku akan menunggumu."

Rani segera merapikan penampilannya yang lumayan berantakan. Wanita itu mengatur nafasnya yang sedikit memburu karena rasa khawatir yang tiba-tiba menyerangnya.

'Aku tidak boleh menuruti rasa takutku. Meskipun ini semua memang sangat menakutkan. Aku terjebak di rumah ini dengan segala problematika yang mungkin cepat atau lambat akan menjadi bom atom bagi keluarga ini.' Batin Rani.

Tak ingin membuang waktunya dengan rasa penasaran, Rani bergegas keluar kamar dan mengikuti pelayan muda itu.

"Hai nama kamu siapa?"

Wanita itu tidak menoleh atau memberikan jawaban. Dia lebih memilih meneruskan langkahnya. Terkesan sombong dan arogan.

Rani berpikir bahwa wanita itu tidak mendengarnya dengan baik. Sampailah mereka di sebuah ruangan yang Rani tebak itu adalah ruang keluarga. Angela dan Selin Bagaskara duduk dengan angkuh.

"Oh, sudah datang rupanya."

"Maafkan kami Nyonya, tadi Rani menyelesaikan beres-beres terlebih dahulu."

"Tidak apa-apa, tinggalkan kami !"

"Baik Nyonya." Pelayan itu meninggalkan Rani.

Selin terlihat masih tidak peduli, berbeda dengan Angela yang terang-terangan menatap Rani degan tatapan marah.

"Kamu di sini hanya pembantu, jadi harap perhatikan sikapmu !"

Rani tersenyum tipis, meskipun harga dirinya direndahkan sedemikian rupa tidak membuat wanita itu mundur dari peperangan dirinya dan Bagaskara.

"Saya tahu posisi saya, Nyonya Besar."

"Bagus, jangan harap saya akan luluh dengan kebaikan kamu. Apalagi sampai merestui kamu dengan Azlan."

"Suatu kehormatan bagi saya, jika Azlan bersedia mengganti surat nikahnya sekarang juga."

"Kamu ...." Angela berteriak marah melihat ketenangan Rani.

"Berhenti ! Kecerdasan wanita ini tidak sebanding dengan dirimu, Angela. Jika kamu masih ingin menjadi istri putraku Azlan, patuhi semua aturan!" Suara Selin menginterupsi tingkah Angela yang hampir saja menampar Rani. Angela terkejut dan menatap ibu mertuanya tidak suka. Namun, dia tidak punya kekuatan untuk melawannya.

Rani sendiri mulai melihat interaksi kedua orang itu dan dapat menyimpulkan bahwa hubungan mereka tidak baik-baik saja.

"Hari ini ada pertemuan penting. Setelah jam 1 kamu bersiaplah dengan baik."

Rani mengangguk paham. Perannya harus dijalankan sebaik mungkin. Sementara Angela mengepalkan kedua tangannya. Dia sekarang tidak terima jika dia hanyalah istri pajangan di rumah. Angela sangatlah marah.

Rani yang melihat reaksi Angela pun berkata dalam hatinya "Tunggu saja, aku akan pelan-pelan menciptakan neraka untuk kalian semua."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status