Share

14.

Author: Qoi_hami
last update Last Updated: 2023-01-19 10:49:45

Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual.

Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain.

"Apa kau sudah makan?"

"Sudah, Ron memasakkan untukku."

Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.

Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikannya perhatian. Rani pun berpikir mungkin inilah saatnya dia bertanya baik-baik pada Azlan. Wanita itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Kenapa kamu lakukan itu kepadaku?"

"Melakukan apa?"

"Kau menjadikanku kekasih padahal Angela adalah kekasihmu juga, bahkan kalian ...."

Rani tak sanggup melanjutkan ucapannya.

"Kami kenapa?"

"Kalian terbiasa tidur bersama?"

"Apa itu artinya kamu cemburu?"

"No! Aku sudah menghapus jejak mu di sini,"

tunjuk Rani pada dadanya sendiri.

Azlan tersenyum sendu.

"Apakah tidak ada kesempatan lagi?"

"Tidak akan. Bagiku sekali pengkhianat tetap pengkhianat."

Azlan tak ingin memperpanjang perdebatan. Ujung-ujungnya dialah yang salah. Maka dari itu dia memilih berbicara jujur kali ini.

"Aku memintamu untuk membantuku berpura-pura menjadi istriku selama satu tahun saja."

"Mengapa baru sekarang berani bicara?"

"Aku tidak cukup punya keberanian. Kamu terlalu baik."

"Nyatanya kamu punya banyak keberanian untuk menyakitiku."

"Itu memang salahku, tapi ku mohon bantulah aku setahun ini," ujarnya memelas.

"Apa kamu sedang mengigau? kamu baru saja mempermainkan pernikahan. Lalu meminta bantuan pada orang yang kalian sakiti, benar-benar tidak punya otak."

"Aku sudah berbicara sangat jujur kepadamu," jawab Azlan.

"Kenapa harus Angela yang kamu nikahi? Bukankah bisa menikahi orang lain?"

"Aku ... aku ...."

"Kamu mencintainya?"

Azlan jelas tidak mengakui perasaannya sendiri. Dia tidak mau Rani menjadi besar kepala."

"Ada hal yang membuatku harus menikahi ya, kalau masalah cinta sebenarnya tidak terlalu."

"Katakan masalahnya apa? agar aku tidak berburuk sangka."

"Angela ... dia ... dia ...."

"Dia hamil?"

"Kamu tahu?"

"Aku sangat tahu seperti apa Angela, dia tidak mungkin melakukan hal bodoh yang merugikan."

Azlan menelan saliva-nya. Maharani memang cerdas. Dia tidak mungkin percaya begitu saja penjelasannya tempo hari. Mereka kembali terdiam. Rani sangat lelah dengan drama yang diciptakan keluarga terpandang Bagaskara. Namun, dia sudah terlanjur masuk dan harus keluar sebagai pemenang.

Kini keduanya telah sampai di apartemen Rani. Rani turun terlebih dahulu. Dia menunggu Azlan dengan sangat baik. Seolah-olah dia adalah istri yang begitu pengertian begitu pula dengan Azlan yang turun dan segera berjalan beriringan menuju ke lift yang akan mengantarkan keduanya ke unit apartemen milik Rani.

Sesampainya di apartemen, Rani menyuruh Azlan untuk masuk.

"Kamu mau minum apa?" tawar Rani setelah menyimpan tasnya di dalam kamar.

"Cappucino."

"Baiklah, tunggu sebentar."

Azlan mengangguk, pria itu duduk di sofa dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ada yang berbeda, tetapi apa dia juga tidak tahu. Berkali-kali mencoba mengingat tetapi hasilnya nihil juga. Apakah ucapan Rani yang mengatakan dia tidak punya otak sekarang benar-benar terbukti. Hiii ... Azlan bergidik ngeri.

"Kamu mencari apa?" tanya Rani tiba-tiba.

"Ah, tidak ada. Hanya merasa aneh dengan ruangan ini. Seperti ada yang berbeda. Tapi aku tidak tahu bedanya di mana."

Rani tersenyum kecil.

"ini kopimu, silahkan diminum. Kalau mau mandi silahkan. Aku masih menyimpan beberapa bajumu."

Terima kasih, tapi aku harus pulang. Jika tidak maka Angela pasti akan marah."

"Sejak kapan Azlan Bagaskara berubah menjadi penakut? Kemari kan ponselmu biar aku yang bicara."

Rani menerima ponsel yang disodorkan oleh Azlan. Dengan cepat dicarinya nomor Angela dan menelponnya.

"Halo, kamu dimana sayang?"

"Azlan tidak akan pulang. Dia akan menginap di sini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status