Share

16.

Author: Qoi_hami
last update Last Updated: 2023-02-03 17:39:47

Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.

"Apa semuanya sudah siap?"

"Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani.

"Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.

Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras.

"Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan."

"Apa maksudmu aku menjadi bodoh?"

"Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."

Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdebat dengan Rani hanya akan membuat tenaganya semakin habis.

"JIka kamu lemas, biar aku saja yang membawanya. Setidaknya aku tidak akan pingsan dengan bawaan seberat itu," Rani terkekeh. Menyindir Azlan adalah kegemaran barunya. BIarlah pria egois itu merasakan kesal yang teramat sangat. Itu akan membuat Rani semakin punya banyak cadangan tenaga dan pikiran.

"Ayo, keluargaku sudah menunggu."

"Dengan senang hati."

Rani berjala mendahului Azlan yang sedikit kesusahan menggeret koper itu. Biarlah, sekali-kali biar tahu rasa.

Keduanya sudah berada di luar apartemen. Rani menyuruh Azlan untuk turun terlebih dahulu. Rani pun segera menempelkan kartu apartemennya dan mengganti sandi. Dia tidak mau Azlan masuk begitu saja ke apartemennya.

"Kenapa kamu sangat lama sekali?"

"Kamu yang tidak sabaran," sahut rani.

Wanita itu memilih untuk duduk tenang di samping Azlan. Menyandarkan tubuhnya yang terasa begitu lelah. Teryata bersama orang yang menyakiti kita, membuat energi kita cepat habis.

Azlan mulai melajukan mobilnya menuju kediaman Bagaskara. Rumah yang seperti surga bagi Angela dan serupa neraka bagi Rani. Namun, hidup harus tetap dijalani bukan? meskipun rasanya seperti berada di neraka, tetapi harus tetap dijalani dengan sebaik mungkin.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan apapun diantara keduanya. Rani memilih diam daripada harus terus mengeluarkan energinya dan Azlan yang sudah kehabisan energi.

Keduanya sama-sama malas untuk membahas keruwetan hubungan mereka. Tak berselang lama mereka pun tiba di kediaman Bagaskara. Seorang pelayan segera menyambut kedatangan Rani, sementara Azlan segera beranjak ke ruang dalam untuk menemui istrinya yang mungkin saja sekarang sedang merajuk. Dia meninggalkan Rani bersama pelayan.

"Tau jalan pulang juga kamu."

Azlan menoleh dan mendapati ibunya bersedekap dengan angkuh dan menatapnya tajam.

"Bagaimana bisa ibu berkata seperti itu?"

"Jangan kamu pikir ibu tidak tahu kelakuan kamu di luar sana, Azlan !"

"Azlan sudah besar dan bisa bertanggung jawab terhadap apapun yang Azlan lakukan. Jangan mengaturku seolah-olah aku ini anak kecil!" sahut Azlan dingin.

"Kamu semakin ke sini semakin pintar untuk membangkang, apakah ini karena pengaruh si miskin itu?"

"Jangan mengkambinghitamkan orang lain. Kita berdua sama-sama tahu bagaimana hubungan kita," jelas Azlan seraya kembali berjalan menuju lantai dua.

Sellin Bagaskara mengepalkan tangannya. Wanita cantik itu sama sekali tidak terkejut dengan jawaban sang anak. Apalagi dia tahu betul kenapa sang anak bisa berlaku seperti itu kepadanya.

"Selamat pagi, Nyonya."

Selin terkejut dan segera menatap ke arah pelayan yang menyapanya.

"Ada apa?"

"Nona Rani sudah datang, sekarang menunggu di ruang tamu."

"Kamu panggilkan Angela ke atas!'

"Baik, Nyonya." Pelayan itu segera berlalu menuju lantai 2, sementara Sellin melangkah dengan anggun menuju ke ruang tamu.

Selin bertepuk tangan, membuat Rani menoleh.

"Selamat datang di nerakamu, Deswita Maharani."

"TErima kasih atas sambutannya, Nyonya Selin Bagaskara. Sebuah kehormatan bagi saya bisa tinggal sementara di neraka. Berdoa saja semoga rumahmu tidak terbakar karena aku datang membawa api," sahut Rani dengan tenang.

Selin mengatupkan bibirnya yang tadi tersenyum meremehkan. Masih tidak percaya bahwa yang ada di depannya adalah Rani yang selama ini dia kenal.

"Apa anda sangat terkejut dengan kedatangan saya, Nyonya?"

Selin buru-buru merubah ekspresi mukanya sedatar mungkin. Namun, tatapan kesal itu tidak bisa dia sembunyikan. Wanita itu berjalan ke depan Rani. Duduk di sofa dan menyilangkan kedua kakinya. Sangat terlihat sekali bahwa dia sedang berusaha mengintimidasi Rani.

"Apakah kamu sudah tahu aturan mainnya?"

"Saya sangat tahu, Nyonya."

"Bagus, aku tidak perlu menjelaskan kembali.

Kamu di sini adalah pelayan. Tugas pelayan tentu saja di dapur dan tidur di kamar pembantu," kata Selin, sengaja menekankan kata pembantu.

"Di luar saya adalah istri Azlan Bagaskara, yang akan menemani beliau jika ada undangan penting dari para klien, bukankah begitu Nyonya?"

"Ya, kamu benar. Ingat baik-baik, jangan mempermalukan anakku!"

"Aku cukup tahu diri tentang itu. Anda tidak perlu khawatir."

Rani mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Awalnya Selin menatapnya dengan enggan, tetapi kode dari Rani membuatnya mau tidak mau mengulurkan tangannya juga.

"Senang berbisnis dengan anda, Nyonya Selin Bagaskara."

"Aku pikir kamu tidak akan datang ke sini, Rani."

Selin dan Rani menoleh. Angela berjalan melenggak-lenggokkan tubuhnya. Rani tersenyum simpul dan berkata," Sebagai sahabat yang baik aku harus memastikan sendiri kebahagiaan pernikahan sahabatku bukan?"

Pertanyaan yang berhasil melunturkan senyum angkuh di wajah seorang Angela. Sementara Rani masih menelisik lebih dalam lagi ke wajah mantan sahabatnya itu.

"Sepertinya hari ini kamu sangat bahagia, jadi aku sedikit lebih tenang melihatmu bisa tersenyum seperti tadi, bukankah begitu Nyonya?"

Selin tergagap mendapat serangan dari Rani, dia terlalu asyik memperhatikan ketenangan Rani dalam menyikapi Angela. Dalam hatinya terbersit rasa kagum, tetapi itu hanya sebentar.

"Ya, mereka pasangan yang serasi sudah sewajarnya mereka akan hidup berbahagia berdua."

"Baguslah. Jadi apakah saya masih akan ditahan di ruang tamu ini, atau sudah boleh meletakkan barang-barang saya di kamar pembantu?"

Lagi-lagi Selin terkejut. Angela pun demikian. Kedua ratu beda generasi itu saling berpandangan dan bertanya lewat tatapan mata.

"Antar dia ke kamar yang aku suruh bersihkan kemarin, Bi."

"Baik, Nyonya." Sang pelayan segera memandu Rani menuju ke kamarnya yang berada di paling belakang. Rani tampak terkejut melihat kamar untuknya yang begitu kecil.

"Bibi yakin ini kamar untuk saya?"

"Yakin, Non. Bibi hanya menjalankan perintah Nyonya besar saja," jawab pelayan itu menundukkan kepalanya. Mungkin dia merasa tidak enak hati pada Rani.

"Rani tahu kok, Bi. Rani tidak apa-apa," ucap Rani dengan tulus.

Pelayan itu menatap Rani kasihan. Para pelayan di kediaman Bagaskara tentu tahu siapa Rani. Namun, mereka juga tidak berani membantah perintah majikannya.

Rani bergegas masuk ke kamarnya yang terasa panas, sesak, dan pengap. Beruntung sekali dia sudah menyiapkan segala peralatan untuk menghadapi kondisi seperti itu.

"Kasihan sekali, istri seorang CEO tidurnya di kamar pembantu, sudah sempit , pengap lagi."

"Sepertinya kamu sangat suka mengikuti dan memiliki apa yang aku punya, suatu saat nanti aku akan dengan senang hati memberikan kamar ini untukmu," sindir Rani. Balasan telak untuk Angela yang berdiri di pintu kamarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status