Share

Bab.18

Penulis: Qoi_hami
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-22 10:10:30

Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.

Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.

Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron.

Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan.

"Harusnya kamu sadar diri."

Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya.

"Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku."

"Apa maksudmu? aku hanya menjalankan apa yang ditugaskan untukku. Aku lelah berteriak marah dan memberontak. Sekarang aku akan dengan senang hati menikmati peranku. Apapun itu."

Angela duduk di sebelah Rani dan menatapnya penuh keangkuhan. Rani memutar bola matanya malas. Rasanya sangat malas sekali berurusan dengan Angela yang keras kepala.

"Aku akan ikut pertemuan ini."

Rani menoleh.

"Bukankah sikapmu seperti ini terlihat sangat kekanak-kanakan?" cibir Rani.

"Bilang saja kamu takut bersaing denganku."

"Aku tidak perlu bersaing apapun denganmu, bagaimanapun juga tetap akulah pemenangnya," sahut Rani dengan tenang. Angela mengepalkan tangannya tidak terima. Namun, dia tidak ada waktu untuk berdebat hal itu dengan Rani. Wanita itu memilih mengambil ponselnya dan menelpon Aslan, mengabarkan bahwa dirinya telah siap.

Tak berselang lama, 2 buah mobil tampak masuk ke halaman. Rani bangkit dari duduknya untuk menyambut Azlan. Terlihat 2 orang pria turun dari mobil masing-maasing. Angela tersenyum lebar.

"Asisten cocoknya sama asisten saja, tidak pantas dengan Bos." Angela mendahului Rani dan segera mendekati mobil Azlan. Sementara Rani yang sempat terpaku segera menguasai dirinya dan bergegas menuju mobil yang satunya. Ron tersenyum lebar menyambutnya.

"Kita mau kemana Nyonya?"

"Jangan menggodaku, Ron.

"Kau terlihat bahagia di sini?"

"Bagaimana kalau kamu menculik aku dan membuatku merasakan bahagia yang sebenarnya."

"Dengan senang hati, Tuan Putri."

Ron mempersilahkan Rani untuk masuk ke dalam mobil. Pria itu memperlakukan Rani begitu romantis layaknya seorang kekasih. Setelah memastikan Rani sudah masuk ke dalam mobil, Ron segera menutup pintu dan berjalan memutar untuk masuk ke belakang kemudi.

"Apa kita akan melarikan diri sekarang saja, Nyonya?"

"Itu terlalu cepat. Aku masih sangat ingin bermain dengan tikus kecil itu."

"Hah, itu butuh waktu yang lama," keluh Ron. Rani tergelak melihat reaksi Ron mengingatkannya akan film kartun anak kecil berkepala botak.

Pelan-pelan Ron mulai melajukan mobilnya mengikuti mobil Azlan yang berjalan terlebih dahulu.

"Apa keluarga parker ada yang datang?"

"Sepertinya iya," jawab Ron.

"Apa yang akan terjadi jika aku dikenalkan sebagai istri Azlan?"

"Kamu bisa menggunakan kesempatan ini untuk menekan kedua musuhmu itu," kata Ron datar.

"Kau memang cerdik, Ron. Ku dengar tuan parker tidak suka miliknya disentuh kaum jelata."

"Parker adalah keluarga paling arogan di kota ini, sementara Bagaskara adalah keluarga dominan diantara pengusaha yang lain."

"Rasanya tidak sabar untuk membuat mereka merasa malu dengan perbuatan busuknya."

"JIka kamu masih ingin bermain, ku sarankan jangan terburu-buru. Tenanglah, aku akan selalu ada di barisan depan untukmu," kata Ron.

"Uluh-uluh ... kamu terlalu manis Ron. Jangan terlalu manis, bisa-bisa nanti aku akan menggigit mu."

Keduanya tertawa bersama.

Sementara di mobil yang ada di depannya, Angela merajuk. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa ibu mertuanya akan menyuruhnya tinggal di rumah saja. Padahal itu adalah pertemuan penting yang sengaja dilakukan pada siang hari.

"Apa yang kamu dan ibumu lakukan itu menyakitkan," kata Angela dengan marah.

"Bukankah kamu sendiri yang meminta untuk merahasiakan statusmu terlebih dahulu?"

"Tapi bukan berarti dengan membawa Rani ikut dalam pertemuan itu," ucapnya kesal.

"Keluarga Parker semua hadir di sana, kamu tahu sendiri papaku sudah tahu pernikahan kita. Makanya dia menggelontorkan dana tidak sedikit untuk perusahaan Bagaskara," lanjut Angela.

Azlan mendadak menginjak rem, kenapa dia bisa kecolongan seperti ini? Ayah Angela datang, tentu saja dia tidak mungkin mengenalkan Rani sebagai istrinya. Bisa-bisa dia digantung oleh mertuanya itu.

"Kamu mau membunuhku?" bentak Angela.

"Maaf, tetapi apakah yang kamu bilang tadi benar?"

"Perkataan yang mana?"

"Ayahmu," kata Azlan sembari menatap manik Angela.

"Aku sudah bicara dengan papa, makanya aku memaksamu untuk menjemput ku di rumah."

"Kamu tidak mungkin memperkenalkan Rani di dapan papaku," lanjut Angela.

Azlan terlihat tegang, dia sangat takut reputasinya di depan semua relasi bisnis dapat terpengaruh oleh berita miring tentangnya.

"Tak perlu tegang, lakukanlah seperti rencana kita. Biar papa menjadi urusanku," Angela berusaha menenangkan suaminya. Sebenarnya wanita itu pun merasakan kekhawatiran yang sama, tetapi dia berharap masih bisa mengendalikan papanya. Semoga saja tidak terlambat.

Akankah sandiwara mereka terbongkar?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status