Share

Bab.18

Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.

Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.

Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron.

Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan.

"Harusnya kamu sadar diri."

Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya.

"Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku."

"Apa maksudmu? aku hanya menjalankan apa yang ditugaskan untukku. Aku lelah berteriak marah dan memberontak. Sekarang aku akan dengan senang hati menikmati peranku. Apapun itu."

Angela duduk di sebelah Rani dan menatapnya penuh keangkuhan. Rani memutar bola matanya malas. Rasanya sangat malas sekali berurusan dengan Angela yang keras kepala.

"Aku akan ikut pertemuan ini."

Rani menoleh.

"Bukankah sikapmu seperti ini terlihat sangat kekanak-kanakan?" cibir Rani.

"Bilang saja kamu takut bersaing denganku."

"Aku tidak perlu bersaing apapun denganmu, bagaimanapun juga tetap akulah pemenangnya," sahut Rani dengan tenang. Angela mengepalkan tangannya tidak terima. Namun, dia tidak ada waktu untuk berdebat hal itu dengan Rani. Wanita itu memilih mengambil ponselnya dan menelpon Aslan, mengabarkan bahwa dirinya telah siap.

Tak berselang lama, 2 buah mobil tampak masuk ke halaman. Rani bangkit dari duduknya untuk menyambut Azlan. Terlihat 2 orang pria turun dari mobil masing-maasing. Angela tersenyum lebar.

"Asisten cocoknya sama asisten saja, tidak pantas dengan Bos." Angela mendahului Rani dan segera mendekati mobil Azlan. Sementara Rani yang sempat terpaku segera menguasai dirinya dan bergegas menuju mobil yang satunya. Ron tersenyum lebar menyambutnya.

"Kita mau kemana Nyonya?"

"Jangan menggodaku, Ron.

"Kau terlihat bahagia di sini?"

"Bagaimana kalau kamu menculik aku dan membuatku merasakan bahagia yang sebenarnya."

"Dengan senang hati, Tuan Putri."

Ron mempersilahkan Rani untuk masuk ke dalam mobil. Pria itu memperlakukan Rani begitu romantis layaknya seorang kekasih. Setelah memastikan Rani sudah masuk ke dalam mobil, Ron segera menutup pintu dan berjalan memutar untuk masuk ke belakang kemudi.

"Apa kita akan melarikan diri sekarang saja, Nyonya?"

"Itu terlalu cepat. Aku masih sangat ingin bermain dengan tikus kecil itu."

"Hah, itu butuh waktu yang lama," keluh Ron. Rani tergelak melihat reaksi Ron mengingatkannya akan film kartun anak kecil berkepala botak.

Pelan-pelan Ron mulai melajukan mobilnya mengikuti mobil Azlan yang berjalan terlebih dahulu.

"Apa keluarga parker ada yang datang?"

"Sepertinya iya," jawab Ron.

"Apa yang akan terjadi jika aku dikenalkan sebagai istri Azlan?"

"Kamu bisa menggunakan kesempatan ini untuk menekan kedua musuhmu itu," kata Ron datar.

"Kau memang cerdik, Ron. Ku dengar tuan parker tidak suka miliknya disentuh kaum jelata."

"Parker adalah keluarga paling arogan di kota ini, sementara Bagaskara adalah keluarga dominan diantara pengusaha yang lain."

"Rasanya tidak sabar untuk membuat mereka merasa malu dengan perbuatan busuknya."

"JIka kamu masih ingin bermain, ku sarankan jangan terburu-buru. Tenanglah, aku akan selalu ada di barisan depan untukmu," kata Ron.

"Uluh-uluh ... kamu terlalu manis Ron. Jangan terlalu manis, bisa-bisa nanti aku akan menggigit mu."

Keduanya tertawa bersama.

Sementara di mobil yang ada di depannya, Angela merajuk. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa ibu mertuanya akan menyuruhnya tinggal di rumah saja. Padahal itu adalah pertemuan penting yang sengaja dilakukan pada siang hari.

"Apa yang kamu dan ibumu lakukan itu menyakitkan," kata Angela dengan marah.

"Bukankah kamu sendiri yang meminta untuk merahasiakan statusmu terlebih dahulu?"

"Tapi bukan berarti dengan membawa Rani ikut dalam pertemuan itu," ucapnya kesal.

"Keluarga Parker semua hadir di sana, kamu tahu sendiri papaku sudah tahu pernikahan kita. Makanya dia menggelontorkan dana tidak sedikit untuk perusahaan Bagaskara," lanjut Angela.

Azlan mendadak menginjak rem, kenapa dia bisa kecolongan seperti ini? Ayah Angela datang, tentu saja dia tidak mungkin mengenalkan Rani sebagai istrinya. Bisa-bisa dia digantung oleh mertuanya itu.

"Kamu mau membunuhku?" bentak Angela.

"Maaf, tetapi apakah yang kamu bilang tadi benar?"

"Perkataan yang mana?"

"Ayahmu," kata Azlan sembari menatap manik Angela.

"Aku sudah bicara dengan papa, makanya aku memaksamu untuk menjemput ku di rumah."

"Kamu tidak mungkin memperkenalkan Rani di dapan papaku," lanjut Angela.

Azlan terlihat tegang, dia sangat takut reputasinya di depan semua relasi bisnis dapat terpengaruh oleh berita miring tentangnya.

"Tak perlu tegang, lakukanlah seperti rencana kita. Biar papa menjadi urusanku," Angela berusaha menenangkan suaminya. Sebenarnya wanita itu pun merasakan kekhawatiran yang sama, tetapi dia berharap masih bisa mengendalikan papanya. Semoga saja tidak terlambat.

Akankah sandiwara mereka terbongkar?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status