Share

13.

Author: Qoi_hami
last update Last Updated: 2023-01-06 15:26:31

Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi.

"Rani, kemari Sayang!"

"Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya.

"Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.

Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya.

"Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!"

"Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."

Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu.

"Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu."

"Benarkah?"

"Aku bukan pembual sepertimu, bukan?"

"Apa kamu sudah menerima pernikahan kami?"

Cih. Ingin rasanya Rani meludahi muka Azlan yang sok polos dengan pertanyaan bodohnya. Namun demi lancarnya balas dendam, maka dia menekan kuat-kuat egonya.

"Ya, bukankah jodoh itu di tangan Tuhan. Kamu berjodoh dengan Angela. Siapa tahu besok atau lusa aku dan Ron juga berjodoh. Bukankah begitu, Ron?"

"Ya, aku juga mulai belajar menyukaimu."

Ron menjawab yakin, meskipun tadi dia terlihat gelagapan ditanya oleh Rani.

"Bagaimana menurutmu, Azlan? Bukankah kami berdua sangat cocok?" tanya Rani dengan percaya diri.

"Berhenti bercanda, Rani. Kamu istriku, aku menikahimu. Orang yang ku nikahi adalah kamu bukan Angela." Tegas Azlan dengan mata yang menatap tajam.

Rani mengangguk setuju.

"Baik, aku istrimu. Di dalam kesepakatan kita, aku boleh mengajukan permintaan bukan? Selama itu bukan kontak fisik atau berhubungan suami istri?"

Azlan mencoba mengingat isi perjanjian. Di dalamnya memang disebutkan bahwa Rani punya hak yang sama, selain nafkah bathin tentunya dan juga boleh meminta sesuatu selama tidak dalam jumlah yang fantastis. Hanya keperluan sehari-hari. Setelah mengingat itu Azlan mengangguk.

"Jika benar begitu, maka aku minta tolong padamu antarkan aku pulang ke apartemen."

"Baik."

"Aku juga memintamu menginap, bukan demi kebersamaan kita. Namun, besok pagi aku akan memulai hari sebagai istrimu. Jadi sangat tidak wajar jika aku keluar apartemen tanpamu."

"Baik." Tanpa pikir panjang Azlan mengiyakan. permintaan Rani. Sementara Rani tersenyum penuh misteri.

Kita akan lihat sampai di mana kalian bisa mengimbangi permainanku. Bahkan baru mulai saja, aku sudah bisa menebak kekalahan kalian. Batin Rani.

"Semua orang sudah tahu aku tinggal di mana. Orang-orang sudah tahu aku istrimu. Jadi mulai sekarang berperan sebagai suami yang baik di depan semua orang. Bukankah begitu Pak Azlan Bagaskara?"

Azlan tersadar dari ketidak fokusannya. Matanya menatap tajam ke arah Rani.

"Kamu menjebak ku?"

"Tidak. Aku mengatakan hal yang sebenarnya. Bukankah sudah seharusnya suami istri tinggal di satu rumah. Apalagi kita adalah pengantin baru. Sangat tidak wajar ketika aku malah tidur di apartemen. Bisa kamu bayangkan bagaimana para penghuni apartemen yang mengenalmu akan sangat penasaran bukan?"

Azlan mengangguk. Apalagi unit apartemen di sebelah Rani di huni oleh dua rekan bisnisnya. Mereka juga berinvestasi di perusahaan miliknya.

"Aaaaaaarghhhh ..."

Rani sudah bisa menebak betapa pusingnya Azlan harus menjadi dua orang yang berbeda. Wanita itu diam-diam tersenyum tipis mendengar teriakan frustasi mantan kekasihnya.

"Jad bagaimana? Apa kamu mau menginap di apartemenku? Atau mau langsung pulang?"

"Aku akan mengantarkan kamu pulang." Sahut Azlan ketus.

Rani pun berbalik dan tersenyum manis pada Ron. Dia meminta tas yang tadi dititipkan pada pria baik itu.

"Terima kasih untuk hari ini," ucap Rani dengan tulus

"Ah, tak perlu sungkan. Kita aka sering bertemu kalau kamu mengunjungi Azlan di kantornya," jawab Ron yang justru memberi ide pada Rani untuk membuat semua hal menjadi semakin kacau.

"Baiklah, pasti ada lain waktu untuk mengulang keseruan kita. Sampai jumpa Ron. Aku harus segera pulang."

"Baiklah, hati-hati di jalan. Kabari kalau sudah sampai apartemen."

"Oke."

Azlan memendam marah dan cemburu nya mendengar interaksi Ron dan Rani. Namun, untuk marah lagi rasanya sudah tidak mungkin. Dia bersyukur Rani mau dengan tenang ikut pulang tanpa memberontak seperti biasanya. Diam-diam, Azlan berpikir untuk menjadikan keduanya sebagai istri sahnya semua.

Rani berjalan melewati Azlan begitu saja. Azlan menatap Ron dan mengancamnya."

"Sadari posisimu, tanpaku kamu bukan siapa-siapa."

Ron tersenyum.

"Aku cukup sadar diri dengan posisiku, tapi masalah perasaan itu tidak dapat dipaksakan."

Azlan mengepalkan tangannya. Namun, tak urung dia berbalik dan mengikuti langkah Rani menuju ke mobilnya.

Sementara Ron menyunggingkan senyum. Meremehkan Azlan.

Balaskan rasa sakit hatimu. Aku akan menjadi pelindungmu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status