Home / Romansa / Ikatan Hati Alina / 4. Menghindar

Share

4. Menghindar

Author: Amanda Syiefa
last update Last Updated: 2021-09-14 09:13:28

Part 4

#menghindar

POV Alina

Aku berdiri di depan kaca toilet.

"Aduh Tuhan, ini beneran?!"

Aku? Sama dia? Aku beneran ketemu sama dia? Deket dan ngobrol trus janjian? Itu sesuatu yang seperti aku yakini bakal terjadi, dan ternyata itu beneran kenyataan. Aku nggak pernah menyangka akan bertemu dengannya disini, terus bagaimana ini, ngapain aku tadi iya aja waktu diajak ketemuan.

Oh no...Gawat-gawat, nggak bisa kayak gini, ini bener sesuatu yang pernah aku impikan dulu, tapi bukan kaya gini juga, keadaannya sudah beda! Apa Aryo tau bahwa aku sudah sendiri ya? Tapi, tidak banyak yang tau tentang statusku. Dan justru karena sekarang aku sendiri aku tetap harus menjaga sikapku. Aku mendenguskan napas.

"Ok, mending nggak usah deket lagi sama sekali, ya lebih baik aku menghindar saja nanti, menghindar titik!" 

****

Sore itu kelas selesai, sesi terakhir adalah sesi photo bersama dan testimoni tapi Alina minta izin untuk pulang duluan. Alina buru-buru pulang ke tempat inapnya, mandi, beres-beres kamar dan packing. Jika sesuai rencana seharusnya ia bisa agak santai jadi ke stasiun juga tak perlu menunggu lama. Tapi kejadian tadi siang sama sekali diluar dugaan, Alina memutuskan untuk tidak bertemu Aryo lagi, ia juga bergegas meninggalkan homestay, takut kalau Aryo tau tempatnya menginap kemudian datang, padahal Alina tau Aryo orang baik yang nggak mungkin macam-macam, hanya saja Alina ingin menjaga marwahnya dan status yang kini disandangnya, status yang acapkali dinilai rendah bagi orang lain.

Hari mulai gelap saat Alina keluar dari penginapan. Untung saja dia tidak banyak  barang bawaan, hanya membawa tas ransel dipunggungnya. Alina mengambil langkah untuk mencari makan dulu sebelum ke stasiun. Tempat menginap Alina memang bukan di pusat keramaian, ia menyusuri jalan dulu yang saat itu jam 6.30 usai magrib dan situasi cukup lengang.

***

Sementara itu...Sudah jam 5 tapi Alina belum keluar dari aula pertemuan, Aryo yang gelisah segera beranjak dari kursi lobby lalu mendekat ke ruangan tempat Alina seminar. Sepertinya acara sudah santai banyak yang berswa foto dan ber selfi ria, juga mengobrol di ruangan. Satu persatu mereka mulai keluar, Aryo masih menunggu setelah ia sadari hanya tinggal sedikit orang Aryo mengamati bahwa disana Alina sudah tidak ada.

"Permisi, maaf, apa peserta atas nama Alina sudah pulang?"tanya Aryo pada seorang wanita yang baru keluar dari ruangan. Tidak menjawab wanita itu malah terpesona memandang Aryo.

"Hei sudahlah, aku memang ganteng," Aryo membatin dalam hati. "Maaf, apa Alina masih di dalam?" Aryo bertanya sekali lagi.

"Oh... iya maaf, Alina ya? Peserta yang bernama Alina, dia sudah langsung pulang waktu materi selesai, sudah hampir satu jam yang lalu," jawab wanita itu kemudian.

***

Aryo memacu mobilnya, belum tau arahnya kemana, kecewa? Jelas Aryo kecewa karena tadi siang ia pikir dengan mudah mengajak Alina jalan bareng. 

"Alina, apa kamu takut padaku? Ayolah, hanya makan malam biasa, bukankah ini awal pertemuan kita, anggap saja kita teman biasa, bukankah memang tidak ada apa-apa?" Aryo, merutuk sendiri dalam mobil, ia tadi sempat bertanya pada temannya dimana tempat Alina menginap tapi teman tersebut tidak tahu, ia juga sempat bertanya ke resepsionis hotel ternyata Alina memang tidak menginap disitu. 

"Ah b*doh, bukankah Alina juga sudah ngasih tau tadi siang bahwa ia menginap di tempat lain, b*dohnya aku nggak sekalian nanyain alamat penginapannya." Aryo memukul stir mobilnya. "Baiklah, aku akui hari ini kesempatanku gagal. Saat kembali ke kota kecil kita, bahkan kesempatan seperti ini tidak mungkin terjadi, mana bisa aku dekat denganmu lagi, Alina..." ucap Aryo menerawang jauh.

***

Raut kekecewaan masih terpancar di wajah Aryo, Aryo tau dia bukan siapa-siapa Alina jadi ia tidak berhak marah, ia mengemudi pulang ke arah hotelnya, namun dalam perjalanan ia merasa tidak tenang, tidak, bukan karena kekecewaan lagi, tapi lebih karena rasa kuatir, tiba-tiba ia merasakan firasat yang tidak baik tentang Alina.

***

"Mengapa aku jadi cemas ya, dia sendirian di luar kota, perasaanku jadi nggak tenang begini,"ucap Aryo saat kecemasan melanda. "Apa aku langsung ke stasiun saja ya, tapi waktu masih lama, ah coba saja." Aryo memutar balik dan menuju arah stasiun kota.

***

Apakah Aryo akan bertemu Alina lagi??

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ikatan Hati Alina   34. Statusku Berubah?

    Part34Statusku sudah berubah?Hari demi hari setelahnya kulalui dengan sangat tersiksa, aku sering mengurung diri di kamar dan menangis. Untunglah ada ibuku yang mendampingiku dan menjaga Kenzo, juga Bu Yuni yang selalu membantuku, sebab apa saja yang kulakukan pasti aku sembari menangis mengingat Mas Hendra, tak habis pikir apa salah dan dosaku hingga ia lakukan semua ini. Aku yang mungkin tak pernah mengenal apa sebenarnya cinta itu, aku hanya merasakan sebuah rasa suka kepada seseorang saat masih kecil, selebihnya aku tidak tau bagaimana cinta itu, tiga tahun setelah tamat SMA aku dilamar oleh Mas Hendra, kulihat dia orang yang baik hingga aku menerima pinangannya. Kujalani hari yang penuh syukur dan bahagia bersamanya apalagi setelah hadir Kenzo buah hati kami, walaupun semua dalam kesederhanaan saja, aku tak pernah menuntut macam-macam darinya.Memang ujian rumah tangga berbeda-beda, ada ujian tentang anak, ada ujian tentang kesetiaan sedang rumah ta

  • Ikatan Hati Alina   33. Kedatangan Pihak Berwajib.

    Part 33"Dek, mas ingin bicara ini dari kemarin, cepat atau lambat mas akan ketahuan, mas sudah menyiapkan semua, maafkan aku dek..." Mas Hendra memeluk kakiku dan meraung lagi."Menyiapkan apa Mas?" tanyaku masih bingung."Perceraian kita! Aku tak ingin semakin membebanimu dek..." ucap Mas Hendra meninggi.Bagai petir menyambar ditengah hari. Apa? Perceraian? Aku tak mengerti jalan pikirnya.Aku terduduk di bibir ranjang. Membaca surat gugatan dari Mas Hendra, seperti tertusuk ribuan pedang dihatiku, sungguh aku tak sanggup."Mas, jangan gegabah, istighfar Mas! mengapa kau akan meninggalkanku saat kita harus berjuang demi Kenzo Mas! Aku takkan menandatangani surat itu!" Aku berteriak sambil menangis, kudengar Kenzo pun terbangun memanggilku mungkin gara-gara teriakanku."Aku bukan meninggalkanmu dek, aku justru membebaskanmu dari belengguku, seorang suami yang tak bisa bertanggung jawab dan tak bisa membahagiakanmu!""Ak

  • Ikatan Hati Alina   32. Sebuah Gugatan

    Part32*FLASHBACK ON*Tok...tok...tok...Aku yang sedang sibuk memilah pakaian laundry di belakang, menyuruh Bu Yuni untuk membuka pintu. Dengan tergopoh Bu Yuni datang, "Neng Alina ada empat orang lelaki bertampang sangar, nyari Hendra,Neng.""Apa Bu? Mas Hendra tadi kan di dalam." Aku mengernyitkan dahi lalu beranjak kedepan."Neng hati-hati, tampang mereka kayak preman serem gitu, ih ibu ngeri melihat mereka!" Ujar bu Yuni memperingatkanku dan aku mengangguk.Aku masuk ke kamar, kulihat Mas Hendra meringkuk ketakutan. "Mas, ada tamu siapa itu mencarimu," ucapku memanggil Mas Hendra."Ssstttss.... kamu saja yang temui mereka, bilang saja aku nggak ada!" Mas Hendra menyuruhku untuk segera pergi menemui tamu-tamu itu, awalnya aku heran tapi Mas Hendra bahkan sampai mendorongku untuk segera keluar, baiklah aku akan bicara dengan Mas Hendra nanti.Aku ke depan, terdapat empat orang berperawakan tinggi besar dan bertato, ben

  • Ikatan Hati Alina   31. Perjanjian Pernikahan Vera

    #part31#Perjanjian Pernikahan Vera"Jadi itu yang namanya Alina, perempuan yang selalu bertahta di hati Aryo hingga cara apapun yang kulakukan tak sanggup untuk membuat Aryo jatuh cinta kepadaku?" Vera membatin, ia menatap sepasang kekasih dari kaca jendela di dalam mobil."Apa aku perlu turun? Siapa yang harus kuhajar? Aryo atau perempuan itu?" Tawar Radit kepada Vera, yang sedang menatap sepasang manusia penuh drama cinta.Vera mendengkus, mengambil nafas sejenak."Hey, santai saja Radit, tidak perlu kau lakukan itu, hanya buang waktu dan tenagamu, aku tidak apa-apa, sungguh!"Vera berkata demikian sambil terus menatap perempuan itu, Alina, dalam batin Vera mengiyakan, bahwa Alina bukan sekedar cantik secara fisik, tapi memiliki aura layaknya dewi yang memikat.Radit cemas melihat Vera, ia yang selama ini mengerti perasaan Vera. Awalnya hanya timbul rasa kasihan terhadap Vera, istri yang tak dianggap, lama-lama Radit benar-benar jatuh ci

  • Ikatan Hati Alina   30. Aku ingin menikahimu

    Part30#akuinginmenjagamuKita tertawa dan berlari bersama, saat kulihat ada dua buah mobil box yang parkir berjejer kutarik Alina untuk bersembunyi diantara ke dua mobil itu, di celahnya yang sempit."Hahaha... parah kamu Mas, makanya jangan asal peluk!" Alina masih tertawa puas meledekku, sumpah aku jadi malu, mau modus salah fokus!"Ssttsss jangan keras-keras!" Aku berkata demikian saat kulihat lelaki berpakaian mini itu berlari melintasi kami. Kami masih menahan tawa dan terengah-engah setelah berlari tadi."Lihat ini ice cream kita jatuh tadi baru makan sedikit." Omelnya lagi, aku memperhatikan wajahnya yang ayu dari dekat."Masih ada ice creamnya." Ucapku padanya."Mana? Abang tukang ice creamnya sudah pulang tadi!""Ini..." Aku mendekatkan wajah ke arahnya, di sudut bibirnya. Kulihat matanya membulat menatapku."Tidak!" Alina mencegahku dengan tangannya mendorong dadaku."Ingat janjimu Mas k

  • Ikatan Hati Alina   29. Jagung bakar dan ice cream

    Part 29 Kulihat Alina terlihat bosan dan hanya mengaduk-aduk spaghettinya. "Hey, makanlah..." ucapku melihat tingkahnya yang hanya memainkan garpu. "Hmm..."jawabnya singkat. "Jangan ditekuk begitu wajahmu, bukankah tadi kau bilang terserah saat tadi aku menyuruhmu pesan makanan! Makanlah, kau tak lapar seharian?" Aku mulai meradang. "Aku sangat lapar...tapi..." "Tapi apa?" "Maaf, bukan aku tak menghargai apa yang kamu siapkan, hanya saja aku sedang ingin makan jagung bakar!" "Jagung bakar?! Dimana?" Aku bertanya heran, dimana aku harus memenuhi permintaannya, disini tak ada menu untuk jagung bakar. "Iya, jagung bakar di pinggir jalan sekitar alun-alun kota, sambil makan ice cream juga," ucap Alina dengan mata yang berbinar. "Ice cream? Memang ada jam segini? Aku belikan saja di mini market yang 24 jam nanti kita cari!" Meskipun permintaannya agak aneh tapi aku ingin agar bisa memenuhinya, supaya dia mau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status