Share

2. Kawan Baru

""Lima puluh ribu saja, ayo siapa yang mau beli, murah meriah, pak, mari!" Zahira menjalani profesi barunya.

"Berapa yang ini?" seorang pria menanyakan harga celana pendek jeans yang terlihat masih baru.

"Lima puluh ribu saja pak!" jawab Zahira.

"Yang ini satu ya?" kata pembeli itu sambil melingkarkan sebuah celana pada lehernya.

"Ini kira-kira ukurannya berapa ya?" tanya pria itu, walau selingkar leher tapi dia masih ragu.

"Itu ukuran tiga dua pak," jawab Zahira.

"Ini mbak, saya ambil yang ini," pria itu menyerahkan selembar uang seratus ribu

"Ini kembaliannya pak!"

"Untukmu saja!" kata pria itu lalu berjalan pergi.

Zahira semakin bersemangat, "Bapak cari ukuran berapa pak?

Lagi-lagi seorang pembeli sedang melihat-lihat celana pendek.

"Ukuran tiga empat!"

"Yang kayak itu ya pak?" tunjuk Zahira pada sebuah celana yang tergantung terpisah dari lainnya.

"Iya kalau ada!"

Zahira mencari di deratan celana jeans ukuran besar.

"Ini pak ukuran tiga empat!" Zahira menyerahkannya.

Di sudut yang lain Naning melihat putrinya melayani pembeli dengan mata berkaca-kaca, rasanya dia tak tega melihat anak semata wayangnya bekerja melayani pembeli yang datang silih berganti. Rupanya peminat pakaian bekas sangat banyak, sehingga Zahira tak punya waktu untuk istirahat walau hanya semenit saja. Atau mungkin karena hokinya sehingga hari ini banyak pembeli yang belanja di tempatnya bekerja.

Naning segera bergegas pergi, dia tak ingin Zahira melihatnya menangis. Saat turun tangga dia berpapasan dengan seorang gadis cantik yang berjalan dengan menggunakan kaca mata hitam.

"Rupanya ada juga orang kaya yang belanja disini!" gumam Naning dalam hati.

Wanita cantik itu berjalan dari satu tempat ke tempat lain, rupanya tak ada baju yang memenuhi seleranya. Tibalah dia di tempat Zahira jualan. Zahira yang sedang menulis novel di ponselnya segera berdiri.

"Ada yang bisa aku bantu mbak?" sapa Zahira sopan.

"Blouse yang ini berapa?" wanita cantik itu mencoba menempelkan blouse berwarna biru langit itu ke tubuhnya.

"Bajunya cantik mbak, lima puluh ribu saja!" jawab Zahira dengan gayanya merayu pembeli.

"Hum, apa masih ada yang lain?" tanya wanita itu.

"Ada mbak, mbak mau model yang bagaimana?" tanya Zahira lagi.

"Semua model, coba keluarkan stok pakaian yang ada," pintanya.

Pemilik dagangan melihat Zahira yang kewalahan membongkar pakaian di bawah rak segera menghampirinya.

"Ada apa Zahira?" tanya nyonya Sulis pemilik dagangan.

"Mbak cantik itu ingin melihat model-model baju yang lain," jawab Zahira.

Dia segera menyingkir dan memberikan ruang pada nyonya Sulis untuk mencarikan baju yang diinginkan wanita cantik itu. Ada empat buah pakaian yang dikeluarkan.

"Yang ini mbak, di pilih saja, atau diambil saja semuanya," rayu Zahira.

"Kau pandai merayu orang, apa harganya sama?'

Zahira melihat ke arah nyonya Sulis.

"Kau kasih harga berapa padanya?" tanya nyonya Sulis.

"Harga normal nyonya," jawab Zahira.

"Yah kalau semuanya diambil, seharga itu saja!" kata nyonya Sulis lalu melayani pembeli yang lain.

"Jika mbak mengambil semuanya total dua ratus lima puluh rupiah mbak!" kata Zahira.

Tanpa kata wanita cantik itu membuka tasnya dan mengeluarkan uang seharga lima pakaian itu. Zahira senang bukan main, dia lalu memasukkan ke lima pakaian itu ke dalam kantong plastik dan menyerahkannya pada wanita yang dia tak tahu namanya itu.

Setelah menerima tas belanjaannya wanita cantik itu berkata, "Namamu Zahira ya, kenalkan namaku Akila!"

Zahira mengulurkan tangannya untuk berjabat, senang rasanya dia bisa berkenalan dengan wanita cantik.

"Aku boleh duduk sebentar di sini?"

"Oh mari mbak!" Zahira menyodorkan kursi plastik pada Akila.

"Sudah lama kau jualan di sini?" tanya Akila.

"Baru sehari mbak!"

"Oh ya, jika ada stok pakaian baru hubungi aku ya, catat nomor ponselku!" Akila memberikan nomor kontaknya.

"Oke mbak tapi ngomong-ngomong, untuk apa mbak membeli pakaian banyak-banyak? Mau di berikan kepada orang lain ya?" tanya Zahira iseng.

Menurutnya wanita secantik Akila harusnya belanjanya di mall atau butik apalagi dilihat dari penampilannya sepertinya pakaiannya branded semua.

"Kau pikir baju yang aku pakai ini mahal ya? Ini juga baju bekas yang aku beli di seberang pulau.," ucap Akila.

Zahira melongo, sungguh dia tak menyangka Akila bisa sejujur itu padanya. Tak bisa dipungkiri jika baju bekas ada yang bagus, itu biasanya pakaian bekas artis atau orang kaya dari luar negeri yang di jual grosir ke Indonesia.

"Jadi semua yang mbak pakai ini KW ?" tanya Zahira keheranan.

"Emang iya, pokoknya aku nanti langganan di tempatmu saja, hubungi aku jika ada pakaian baru. Aku tau kau masih penasaran, tapi perlu kau tahu aku bukan orang kaya, pacarku saja yang kaya jadi aku harus bisa mengimbanginya. Dia pengusaha Real estate, nih fotonya," seakan sudah kenal lama, Akila menunjukkan foto kekasihnya pada Zahira.

"Hmm tampan sekali, kalian cocok, semoga berjodoh!" ucap Zahira tulus.

"Iya terima kasih, jangan terlalu formal memanggilku, panggil namaku saja, coba Miss call, biar aku bisa menyimpan nomor ponselmu."

Jadilah kedua gadis cantik ini saling bertukar nomor ponsel, mereka berdua menjadi akrab, Akila belum juga beranjak dari tempat duduknya. Dia mengamati Zahira yang sesekali melayani pembeli.

"Kau Mahasiswa ya?" tanya Akila saat Zahira duduk kembali di sampingnya.

"Aku baru saja lulus, aku nggak bisa melanjutkan kuliah karena papaku kecelakaan dan butuh biaya perawatan di Rumah Sakit," jawab Zahira sedih.

"Oh maaf aku telah membuatmu sedih!" ucap Akila tulus.

"Nggak apa-apa kok, kau sendiri kuliah?" tanya Zahira sambil menghapus air matanya yang menetes di pipi.

Akila menyodorkan tissue pada Zahira, "Aku kuliah semester lima jurusan akuntansi, ayah ibuku guru sekolah dasar, jadi kau pasti sudah bisa memaklumi jika aku hanya mampu membeli baju bekas untuk kupakai setiap hari. Setidaknya aku harus tampil elegan demi untuk menjadi pendamping sang CEO!"

Akila merasa nyambung ngobrol dengan Zahira, sehingga dia tak segan-segan menceritakan latar belakangnya.

"Aku doakan semoga impiannya cepat terwujud, jangan lupakan aku jika sudah menjadi isteri CEO ya?" seloroh Zahira.

Dia hanya sekedar basa-basi, tak pernah terlintas dalam benaknya untuk bisa menjadi sahabat mereka dari kalangan kelas atas. Zahira sadar diri jika dia harus berteman dengan orang dari kalangannya saja, berharap lebih itu tidak mungkin. Namanya mimpi kali yeee...

"Oow itu pasti, kau cantik, kurasa jika kau kuliah pasti akan ada pria kaya yang menyukaimu!" kata Akila.

"Ah, aku belum memikirkan itu, lagian usiaku baru sembilan belas tahun, sebentar lagi dua puluh, saat lulus sekolah dasar aku terlambat masuk sekolah karena nggak ada biaya jadi nganggur dua tahun!" kenang Zahira.

Jika bukan faktor kemiskinan mungkin sekarang Zahira sudah semester lima sama dengan Akila.

Akila menepuk bahu Zahira, ternyata usia mereka tak berbeda jauh pantas saja mereka cepat akrab walau baru pertama kali bertemu.

"Aku pamit ya, kapan-kapan aku akan mengenalkan mu pada kekasihku!" ucap Akila.

Zahira hanya tersenyum dan melambaikan tangannya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status