Share

2. Kawan Baru

Penulis: Kirana Quinn
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-01 16:06:56

""Lima puluh ribu saja, ayo siapa yang mau beli, murah meriah, pak, mari!" Zahira menjalani profesi barunya.

"Berapa yang ini?" seorang pria menanyakan harga celana pendek jeans yang terlihat masih baru.

"Lima puluh ribu saja pak!" jawab Zahira.

"Yang ini satu ya?" kata pembeli itu sambil melingkarkan sebuah celana pada lehernya.

"Ini kira-kira ukurannya berapa ya?" tanya pria itu, walau selingkar leher tapi dia masih ragu.

"Itu ukuran tiga dua pak," jawab Zahira.

"Ini mbak, saya ambil yang ini," pria itu menyerahkan selembar uang seratus ribu

"Ini kembaliannya pak!"

"Untukmu saja!" kata pria itu lalu berjalan pergi.

Zahira semakin bersemangat, "Bapak cari ukuran berapa pak?

Lagi-lagi seorang pembeli sedang melihat-lihat celana pendek.

"Ukuran tiga empat!"

"Yang kayak itu ya pak?" tunjuk Zahira pada sebuah celana yang tergantung terpisah dari lainnya.

"Iya kalau ada!"

Zahira mencari di deratan celana jeans ukuran besar.

"Ini pak ukuran tiga empat!" Zahira menyerahkannya.

Di sudut yang lain Naning melihat putrinya melayani pembeli dengan mata berkaca-kaca, rasanya dia tak tega melihat anak semata wayangnya bekerja melayani pembeli yang datang silih berganti. Rupanya peminat pakaian bekas sangat banyak, sehingga Zahira tak punya waktu untuk istirahat walau hanya semenit saja. Atau mungkin karena hokinya sehingga hari ini banyak pembeli yang belanja di tempatnya bekerja.

Naning segera bergegas pergi, dia tak ingin Zahira melihatnya menangis. Saat turun tangga dia berpapasan dengan seorang gadis cantik yang berjalan dengan menggunakan kaca mata hitam.

"Rupanya ada juga orang kaya yang belanja disini!" gumam Naning dalam hati.

Wanita cantik itu berjalan dari satu tempat ke tempat lain, rupanya tak ada baju yang memenuhi seleranya. Tibalah dia di tempat Zahira jualan. Zahira yang sedang menulis novel di ponselnya segera berdiri.

"Ada yang bisa aku bantu mbak?" sapa Zahira sopan.

"Blouse yang ini berapa?" wanita cantik itu mencoba menempelkan blouse berwarna biru langit itu ke tubuhnya.

"Bajunya cantik mbak, lima puluh ribu saja!" jawab Zahira dengan gayanya merayu pembeli.

"Hum, apa masih ada yang lain?" tanya wanita itu.

"Ada mbak, mbak mau model yang bagaimana?" tanya Zahira lagi.

"Semua model, coba keluarkan stok pakaian yang ada," pintanya.

Pemilik dagangan melihat Zahira yang kewalahan membongkar pakaian di bawah rak segera menghampirinya.

"Ada apa Zahira?" tanya nyonya Sulis pemilik dagangan.

"Mbak cantik itu ingin melihat model-model baju yang lain," jawab Zahira.

Dia segera menyingkir dan memberikan ruang pada nyonya Sulis untuk mencarikan baju yang diinginkan wanita cantik itu. Ada empat buah pakaian yang dikeluarkan.

"Yang ini mbak, di pilih saja, atau diambil saja semuanya," rayu Zahira.

"Kau pandai merayu orang, apa harganya sama?'

Zahira melihat ke arah nyonya Sulis.

"Kau kasih harga berapa padanya?" tanya nyonya Sulis.

"Harga normal nyonya," jawab Zahira.

"Yah kalau semuanya diambil, seharga itu saja!" kata nyonya Sulis lalu melayani pembeli yang lain.

"Jika mbak mengambil semuanya total dua ratus lima puluh rupiah mbak!" kata Zahira.

Tanpa kata wanita cantik itu membuka tasnya dan mengeluarkan uang seharga lima pakaian itu. Zahira senang bukan main, dia lalu memasukkan ke lima pakaian itu ke dalam kantong plastik dan menyerahkannya pada wanita yang dia tak tahu namanya itu.

Setelah menerima tas belanjaannya wanita cantik itu berkata, "Namamu Zahira ya, kenalkan namaku Akila!"

Zahira mengulurkan tangannya untuk berjabat, senang rasanya dia bisa berkenalan dengan wanita cantik.

"Aku boleh duduk sebentar di sini?"

"Oh mari mbak!" Zahira menyodorkan kursi plastik pada Akila.

"Sudah lama kau jualan di sini?" tanya Akila.

"Baru sehari mbak!"

"Oh ya, jika ada stok pakaian baru hubungi aku ya, catat nomor ponselku!" Akila memberikan nomor kontaknya.

"Oke mbak tapi ngomong-ngomong, untuk apa mbak membeli pakaian banyak-banyak? Mau di berikan kepada orang lain ya?" tanya Zahira iseng.

Menurutnya wanita secantik Akila harusnya belanjanya di mall atau butik apalagi dilihat dari penampilannya sepertinya pakaiannya branded semua.

"Kau pikir baju yang aku pakai ini mahal ya? Ini juga baju bekas yang aku beli di seberang pulau.," ucap Akila.

Zahira melongo, sungguh dia tak menyangka Akila bisa sejujur itu padanya. Tak bisa dipungkiri jika baju bekas ada yang bagus, itu biasanya pakaian bekas artis atau orang kaya dari luar negeri yang di jual grosir ke Indonesia.

"Jadi semua yang mbak pakai ini KW ?" tanya Zahira keheranan.

"Emang iya, pokoknya aku nanti langganan di tempatmu saja, hubungi aku jika ada pakaian baru. Aku tau kau masih penasaran, tapi perlu kau tahu aku bukan orang kaya, pacarku saja yang kaya jadi aku harus bisa mengimbanginya. Dia pengusaha Real estate, nih fotonya," seakan sudah kenal lama, Akila menunjukkan foto kekasihnya pada Zahira.

"Hmm tampan sekali, kalian cocok, semoga berjodoh!" ucap Zahira tulus.

"Iya terima kasih, jangan terlalu formal memanggilku, panggil namaku saja, coba Miss call, biar aku bisa menyimpan nomor ponselmu."

Jadilah kedua gadis cantik ini saling bertukar nomor ponsel, mereka berdua menjadi akrab, Akila belum juga beranjak dari tempat duduknya. Dia mengamati Zahira yang sesekali melayani pembeli.

"Kau Mahasiswa ya?" tanya Akila saat Zahira duduk kembali di sampingnya.

"Aku baru saja lulus, aku nggak bisa melanjutkan kuliah karena papaku kecelakaan dan butuh biaya perawatan di Rumah Sakit," jawab Zahira sedih.

"Oh maaf aku telah membuatmu sedih!" ucap Akila tulus.

"Nggak apa-apa kok, kau sendiri kuliah?" tanya Zahira sambil menghapus air matanya yang menetes di pipi.

Akila menyodorkan tissue pada Zahira, "Aku kuliah semester lima jurusan akuntansi, ayah ibuku guru sekolah dasar, jadi kau pasti sudah bisa memaklumi jika aku hanya mampu membeli baju bekas untuk kupakai setiap hari. Setidaknya aku harus tampil elegan demi untuk menjadi pendamping sang CEO!"

Akila merasa nyambung ngobrol dengan Zahira, sehingga dia tak segan-segan menceritakan latar belakangnya.

"Aku doakan semoga impiannya cepat terwujud, jangan lupakan aku jika sudah menjadi isteri CEO ya?" seloroh Zahira.

Dia hanya sekedar basa-basi, tak pernah terlintas dalam benaknya untuk bisa menjadi sahabat mereka dari kalangan kelas atas. Zahira sadar diri jika dia harus berteman dengan orang dari kalangannya saja, berharap lebih itu tidak mungkin. Namanya mimpi kali yeee...

"Oow itu pasti, kau cantik, kurasa jika kau kuliah pasti akan ada pria kaya yang menyukaimu!" kata Akila.

"Ah, aku belum memikirkan itu, lagian usiaku baru sembilan belas tahun, sebentar lagi dua puluh, saat lulus sekolah dasar aku terlambat masuk sekolah karena nggak ada biaya jadi nganggur dua tahun!" kenang Zahira.

Jika bukan faktor kemiskinan mungkin sekarang Zahira sudah semester lima sama dengan Akila.

Akila menepuk bahu Zahira, ternyata usia mereka tak berbeda jauh pantas saja mereka cepat akrab walau baru pertama kali bertemu.

"Aku pamit ya, kapan-kapan aku akan mengenalkan mu pada kekasihku!" ucap Akila.

Zahira hanya tersenyum dan melambaikan tangannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   34. Kematian mendadak

    Ayam berkokok bersahutan menandakan sudah waktunya bangun pagi diiringi dengan kumandang azan subuh, seperti biasa Zahira dan ibunya bangun disusul ayahnya dan Fajar. Setelah menunaikan shalat subuh berjamaah Zahira membantu ibunya memasak menu sarapan pagi."Kakek dan nenek sudah bangun?" tanya Zahira pada ibunya saat dia tak melihat keduanya."Iya juga ya, biasanya ibu mertua sudah bangun, cobalah tengok mereka di kamar," pinta Naning.Zahira bergegas ke samping, rumah ini tidak terlalu besar hanya terdapat tiga kamar tidur. Sejak Mulyono dan Naning tinggal di rumah ini kakek dan nenek tinggal di kamar belakang.Tok...tok...!"Nek....nenek....kakek....!" Zahira terus memanggil bahkan dia membesarkan volume suaranya.Fajar dan Mulyono yang mendengar teriakan Zahira datang menghampiri."Kenapa kau berteriak? Tidak sopan tau, mungkin saja mereka sedang sholat!" Tegur Fajar.Zahira memanyunkan mulutnya, "Perasaanku tak enak!"Mulyono mengetuk pintu kamar dan memanggil ayah dan ibunya na

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   33. Dentuman di Atap Rumah

    Di kamar sebelah, Naning terus-terus mencium Zahira seakan mereka akan berpisah untuk selamanya. Naning terlihat sangat merindukan anaknya sehingga dia memeluk Zahira dengan erat dan tak ingin melepaskannya. "Ih...mama kenapa sih aku gak bisa bernafas loh, peluknya jangan kekencangan!" Akhirnya Naning melepaskan pelukannya, lalu dia tidur telentang dan memandang langit-langit kamar. "Mama kenapa? Jika punya masalah ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantu!" Kata Zahira. "Bagaimana kehidupan rumah tanggamu nak, apa Fajar memperlakukanmu dengan baik?" "Ih..mama kok nanyanya aneh, kan mama sudah lihat bagaimana sikap kak Fajar padaku tadi. Jangan bilang jika mama menduga itu hanya akting!" "Tidak juga, setidaknya mama akan merasa sangat lega jika anak semata wayang mama sudah ada yang menjaganya!" Zahira mencoba mencerna kata-kata ibunya, dia berusaha menebak sebenarnya apa sih yang sedang di pikirkan ibunya ini. "Ma, ayo cerita padaku ada apa?" Naning terdiam cukup lama,

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   32. Gosip Tetangga

    Untunglah Naning memberi tahu keberadaan mereka pada Zahira, sehingga saat keluarga Fajar ke Jawa Timur mereka mampir ke rumah kakek dan Nenek Zahira."Pandu sekarang sudah di pondok, sebaiknya kita ke rumah nenekmu!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera menelpon ibu dan ayahnya."Hallo, oh benarkah...ya Allah terima kasih, mama dan papa sudah lama merindukanmu nak. Mama nanti akan mengirimkan alamatnya!" Naning sangat antusias mendengar suara anaknya."Pa, Zahira bersama suaminya akan datang ke sini!" kata Naning pada suaminya setelah ponselnya di matikan."Mereka berdua saja?" tanya Mulyono."Kurasa bersama mertuanya!""Siapkan makanan untuk menyambut mereka, segera beritahu kabar ini pada mama dan papa di kebun belakang!"Naning segera bergegas memberitahu mertuanya akan kedatangan anak dan besannya.Kakek da nenek Zahira segera berdiri membantu Naning. Rumah mereka sangat sederhana namun cukup bersih. Kedatangan tamu dari jauh membuat para tetangga saling berbisik dan ingin

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   31. Permintaan Armando

    Resepsi berakhir dengan sangat menyebalkan bagi Akila namun dia tak menunjukkannya pada Armando, dia sangat iri karena semua tamu lebih memilih memuji Zahira ketimbang dirinya. Apalagi Fajar bahkan tak meliriknya sama sekali."Tunggu Fajar, aku akan membuatmu menderita bersama Zahira mu itu!" tekad Akila di dalam hati.Tuan Handoko dan nyonya Nagita tetap memperlakukan mereka dengan baik, Akila bahkan tak pernah di izinkan untuk ke dapur walau hanya sekedar menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semua sudah disiapkan maid."Ma, aku sebaiknya masuk pesantren saja tahun ini!" pinta Pandu tiba-tiba.Nyonya Nagita tentu saja terkejut dengan permintaan putra bungsunya itu, padahal semula mereka yang menawarkannya masuk ke sekolah pesantren namun anak itu menolak."Benarkah? Bukankah sebulan lagi pengumuman kelulusan, pesantren mana yang kau inginkan nak?""Aku ke pesantren di Jawa Timur saja!" "Jauh sekali? Tapi tak apa nak, mama nanti akan beritahu papa!""Aku ingin berangkat Minggu depan, a

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   30. Resepsi yang di nanti

    Handoko tetap berusaha memenuhi janjinya sebagai seorang kakak, dia menyiapkan acara resepsi yang cukup mewah untuk Armando dan Akila yang di gelar di rumahnya atas permintaan Armando.Nampak kesibukan di sana sini, Wedding Organizer yang membantu penyelenggaraan pesta malam ini. Handoko segera mengirimkan pesan pada Armando. Dan tak lama kemudian kedua pasangan itu tiba.Nagita telah menyiapkan kamar khusus untuk kedua mempelai itu, Akila tersenyum bahagia. Kini di berhasil masuk ke rumah mewah itu tanpa harus menikah dengan Fajar."Sayang, aku sungguh bahagia. Ini adalah kado terindah bagiku. Aku ingin tinggal di rumah ini selamanya!'" Kata Akila sambil menatap kagum kamar besar yang kini mereka tempati."Kau akan memiliki rumah ini sayang!" jawab Armando.Acara resepsi akan di gelar malam nanti sehingga mereka berdua masih memiliki waktu yang cukup untuk berbincang."Kau sangat optimis, memangnya seberapa besar andilmu terhadap rumah ini?" tanya Akila sambil tangan nakalnya mulai b

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   29. Kejutan untuk keluarga Handoko

    Waktu yang di nanti Armando akhirnya datang juga, ini baru permulaan selanjutnya akan ada pertunjukkan yang sangat menarik. Dengan dendam yang membara dia akan melemparkan saudara tirinya itu ke jalanan.Penghulu sudah siap, begitu juga kedua mempelai."Apa sudah bisa di mulai?" tanya pak penghulu."Tunggu beberapa menit lagi pak, saudara saya pasti sebentar lagi tiba!" pinta Armando.Benar saja, terdengar suara mobil yang berhenti di depan kantor urusan agama, Fajar dan Zahira tiba lebih dulu setelah itu kedua orang tuanya."Apa benar paman Armando menikah hari ini?" tanya Fajar saat ayah dan ibunya turun dari mobil."Iya, ayo kita lihat!" jawab Handoko."Pandu nggak ikut ma?" tanya Zahira."Sudah di ajak tapi dia lebih memilih menggambar di kamarnya!"Keempatnya berjalan beriringan, Fajar tak sengaja melihat ibu Kinara dari kejauhan."Sedang apa ibu Kinara di sini?" gumamnya dalam hati."Mereka sudah tiba!" bisik Sehan.Armando tak memalingkan wajahnya sedikitpun, dia menunggu kakak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status