Home / Romansa / Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi! / 1. Penjual Pakaian Bekas

Share

Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!
Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!
Author: Kirana Quinn

1. Penjual Pakaian Bekas

Author: Kirana Quinn
last update Last Updated: 2023-01-31 17:10:34

"Aku terima nikahnya Zahira Alesha binti Mulyono dengan mas kawin sebuah cincin emas lima gram tunai," Fajar mengucapkan ijab Qabul dengan suara lantang.

"Sah?! tanya penghulu.

"Sah!" seru tamu undangan serempak.

Mendengar seruan itu membuat Zahira terkejut, dia tidak bermimpi. Ini nyata, ayahnya sedang terbaring menjalani operasi patah tulang sehingga walinya di wakilkan kepada wali hakim dari kantor urusan agama setempat.

"Suami Zahira tampan ya? Beruntung sekali dia, penjual pakaian bekas tapi dinikahi pengusaha tampan!" bisik tetangga depan rumahnya.

"Kalau wajah sih tak masalah, Zahira juga cantik kok, yang salah itu profesinya," ucap tetangga lainnya.

Semua omongan itu begitu menyakitkan telinga Zahira, ingin rasanya dia melabrak ibu-ibu hebring itu. Zahira teringat ibunya, dia khawatir ibunya akan mendengar obrolan itu. Dia mengangkat kepalanya mencari keberadaan sang ibunda tercinta, tak sengaja matanya sempat beradu dengan pria yang baru saja sah menjadi suaminya.

Ternyata ibunya diapit ibu mertuanya, Zahira merasa heran sejak kapan ibunya bisa seakrab itu dengan mertuanya. Zahira melihat wajah ibunya yang tersenyum bahagia, haruskah dia mempermalukan ibunya ini? Di sebelah ibunya duduk pula Akila yang terus menunduk meremas-remas tissue di tangannya. Jika dia merasa sakit melihat pernikahan ini mengapa dia sendiri yang harus menjodohkan pacarnya itu?

"Sekarang proses pemasangan cincin kawin!" pembawa acara mengagetkannya.

Sekali lagi Zahira menatap ibunya, anggukan kepala ibunya membuatnya sadar jika ini bukan sandiwara. Dengan gemetar Zahira menyerahkan tangan kanannya untuk di pasangkan cincin kawin, begitu juga sebaliknya. Zahira sempat melihat wajah Fajar yang tanpa ekspresi ketika memegang tangannya.

"Cium...cium...!"

Ah..entah siapa yang berteriak usil itu membuat Zahira panas dingin. Yang membuat Zahira semakin terbelalak ternyata Fajar mengecup keningnya. Zahira tak bisa melukiskan seperti apa perasaannya saat ini. Dia terbayang masa-masa ketika dia menjadi penjual pakaian bekas dan bertemu Akila.

Fajar ketika mendengar suara ibunya menyuruhnya mencium isterinya sedikit terhenyak, dia melirik sesaat kepada kekasihnya Akila yang saat itu juga menatapnya. Dengan berat hati Fajar menghalalkan isterinya dengan mengecup keningnya sesaat lalu menunduk. Dia ikut membayangkan hari-hari menyakitkan ketika diminta menikahi gadis penjual pakaian bekas yang kini menjadi isterinya.

***

Flash Back On

Kecelakaan yang menimpa Mulyono pengemudi truk bermuatan material ini memupuskan angan Zahira putrinya untuk melanjutkan kuliah. Kecelakaan yang menimpa Mulyono membuatnya patah tulang di kedua kakinya dan harus menjalani operasi.

"Mama jangan sedih, mungkin ini sudah menjadi kehendak yang kuasa, kita berdoa saja mudah-mudahan papa baik-baik saja," hibur Zahira pada ibunya Naning yang tak henti-hentinya menangis karena tulang punggung mereka kini terbaring tak berdaya di Rumah Sakit dan membutuhkan pertolongan secepatnya.

"Apakah kau tidak akan kuliah nak?" tanya Naning tersedu-sedu.

"Kuliah kapan saja bisa ma, pokoknya kita akan pikirkan bagaimana caranya menolong papa, pihak perusahaan hanya menanggung setengah biaya perawatan papa, jadi kita harus mencari setengahnya lagi ma, aku sudah menemukan pekerjaan," jawab Zahira tegar. Dia ingin menunjukkan pada ibunya bahwa diapun bisa dijadikan tulang punggung.

"Pekerjaan apa nak? Sekarang ini mana ada yang mempekerjakan orang yang hanya lulusan SMA, lihat papa dan mama nak, mama hanya ibu rumah tangga dan papamu supir truk, untunglah ada perusahaan yang mau menerima jasanya," ucap Naning pilu.

"Apapun pekerjaannya ma, yang penting halal.!" kata Zahira menyemangati ibunya.

"Iya tapi kau bekerja dimana?" tanya Naning penasaran.

"Aku di terima menjadi karyawan penjual pakaian bekas di terminal lantai dua ma!" jawab Zahira pelan.

"Penjual pakaian bekas? Apa tidak salah nak? Lalu berapa gaji yang kau terima nak, sebaiknya bantu mama membuka warung makan di depan rumah untuk menopang kebutuhan kita sehari-hari nak," pinta Naning.

Ibunya ini tidak setuju dia menjual pakaian bekas, bukan pekerjaannya yang membuat Naning keberatan, tetapi berapa banyak penghasilan yang akan di dapatkan Zahira. Lebih baik jadi karyawan toko saja itu lebih jelas.

"Ah mama, jualan pakaian bekas ini santai ma, pokoknya aku bisa lebih santai sambil mencari penghasilan tambahan dengan menulis novel, pokoknya restui aku kali ini saja ma, jika pekerjaannya berat aku bisa minta berhenti kok!"

Zahira terus membujuk ibunya agar diijinkan bekerja. Akhirnya luluh hati ibunya setelah melihat kegigihan Zahira meminta restunya.

"Baiklah, tapi mama ingin melihat tempatnya di mana agar mama bisa sewaktu-waktu menyusul kesana saat ada keperluan," ujar Naning akhirnya.

Zahira memeluk erat ibunya, "Mama adalah yang terbaik deh!"

Zahira tak henti-hentinya mencium ibunya

"Sudah, sudah, ayo temani mama ke Rumah Sakit, kita perlu menjenguk papamu, siapa tahu sudah menunjukkan perkembangan!"

"Baiklah ma, aku ganti baju dulu ya?" Zahira melepaskan pelukannya.

"Begitu saja kau sudah cantik kok!" ujar ibunya namun Zahira sudah menghilang dari pandangannya.

Rumah mereka terbilang sederhana dengan dua kamar tidur, Zahira anak satu-satunya. Demi anak semata wayangnya ini Mulyono rela bekerja keras untuk membiayai sekolah anaknya. Tapi nasib berkata lain baru juga setahun bekerja di perusahaan setelah sebelumnya hanya bekerja serabutan, kini Mulyono harus terbaring di Rumah Sakit tanpa bisa berbuat apa-apa

Rumah sederhana memiliki pekarangan yang luas adalah peninggalan orang tuanya Naning yang belum lama ini meninggal dunia. Dengan pekerjaannya Mulyono tak bisa membangunkan rumah untuk isterinya, akhirnya dia hanya bisa bertekad untuk menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.

"Ayo ma, aku sudah siap!"

Zahira membuyarkan lamunan ibunya. Dengan menggunakan angkot mereka berdua menuju Rumah Sakit tempat Mulyono dirawat. Tak lupa pula mereka berdua membawakan makanan, untunglah Mulyono di temani adik Naning yang bergantian setiap hari menjaganya di Rumah Sakit.

"Bagaimana kondisi papa paman, apa kata dokter?" tanya Zahira ketika mereka tiba di ruang perawatan.

Di ruang kelas tiga ini terdapat tiga pasien, semuanya korban kecelakaan. Rata-rata kecelakaan tunggal, dua orang di sebelah ranjang Mulyono mengalami kecelakaan motor.

"Menunggu hasil pemeriksaan CT-SCAN, perkiraan dokter ada tulang yang retak jadi harus di operasi," jawab Akbar adik Naning.

Zahira dan ibunya menghela nafas dalam, Zahira mengelus-elus kepala ayahnya yang terlihat sedang tidur.

"Kak, aku perlu bicara sebentar!" pinta Akbar pada kakaknya Naning.

Dia menarik tangan kakaknya keluar ruangan, tapi Zahira sempat mendengar pembicaraan mereka.

"Biaya operasinya mahal, pihak perusahaan tidak menanggung semua biayanya, jadi kita harus mencari uang tambahan untuk biaya operasinya.," ucap Akbar.

"Katakan pada dokter lakukan yang terbaik, aku akan segera mengusahakannya. Kebetulan aku masih memiliki perhiasan peninggalan ibu, siapa tau itu bisa di gunakan!" jawab Naning.

Keduanya kembali masuk ke dalam ruangan, tapi Zahira terlanjur mendengar semua pembicaraan mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   34. Kematian mendadak

    Ayam berkokok bersahutan menandakan sudah waktunya bangun pagi diiringi dengan kumandang azan subuh, seperti biasa Zahira dan ibunya bangun disusul ayahnya dan Fajar. Setelah menunaikan shalat subuh berjamaah Zahira membantu ibunya memasak menu sarapan pagi."Kakek dan nenek sudah bangun?" tanya Zahira pada ibunya saat dia tak melihat keduanya."Iya juga ya, biasanya ibu mertua sudah bangun, cobalah tengok mereka di kamar," pinta Naning.Zahira bergegas ke samping, rumah ini tidak terlalu besar hanya terdapat tiga kamar tidur. Sejak Mulyono dan Naning tinggal di rumah ini kakek dan nenek tinggal di kamar belakang.Tok...tok...!"Nek....nenek....kakek....!" Zahira terus memanggil bahkan dia membesarkan volume suaranya.Fajar dan Mulyono yang mendengar teriakan Zahira datang menghampiri."Kenapa kau berteriak? Tidak sopan tau, mungkin saja mereka sedang sholat!" Tegur Fajar.Zahira memanyunkan mulutnya, "Perasaanku tak enak!"Mulyono mengetuk pintu kamar dan memanggil ayah dan ibunya na

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   33. Dentuman di Atap Rumah

    Di kamar sebelah, Naning terus-terus mencium Zahira seakan mereka akan berpisah untuk selamanya. Naning terlihat sangat merindukan anaknya sehingga dia memeluk Zahira dengan erat dan tak ingin melepaskannya. "Ih...mama kenapa sih aku gak bisa bernafas loh, peluknya jangan kekencangan!" Akhirnya Naning melepaskan pelukannya, lalu dia tidur telentang dan memandang langit-langit kamar. "Mama kenapa? Jika punya masalah ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantu!" Kata Zahira. "Bagaimana kehidupan rumah tanggamu nak, apa Fajar memperlakukanmu dengan baik?" "Ih..mama kok nanyanya aneh, kan mama sudah lihat bagaimana sikap kak Fajar padaku tadi. Jangan bilang jika mama menduga itu hanya akting!" "Tidak juga, setidaknya mama akan merasa sangat lega jika anak semata wayang mama sudah ada yang menjaganya!" Zahira mencoba mencerna kata-kata ibunya, dia berusaha menebak sebenarnya apa sih yang sedang di pikirkan ibunya ini. "Ma, ayo cerita padaku ada apa?" Naning terdiam cukup lama,

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   32. Gosip Tetangga

    Untunglah Naning memberi tahu keberadaan mereka pada Zahira, sehingga saat keluarga Fajar ke Jawa Timur mereka mampir ke rumah kakek dan Nenek Zahira."Pandu sekarang sudah di pondok, sebaiknya kita ke rumah nenekmu!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera menelpon ibu dan ayahnya."Hallo, oh benarkah...ya Allah terima kasih, mama dan papa sudah lama merindukanmu nak. Mama nanti akan mengirimkan alamatnya!" Naning sangat antusias mendengar suara anaknya."Pa, Zahira bersama suaminya akan datang ke sini!" kata Naning pada suaminya setelah ponselnya di matikan."Mereka berdua saja?" tanya Mulyono."Kurasa bersama mertuanya!""Siapkan makanan untuk menyambut mereka, segera beritahu kabar ini pada mama dan papa di kebun belakang!"Naning segera bergegas memberitahu mertuanya akan kedatangan anak dan besannya.Kakek da nenek Zahira segera berdiri membantu Naning. Rumah mereka sangat sederhana namun cukup bersih. Kedatangan tamu dari jauh membuat para tetangga saling berbisik dan ingin

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   31. Permintaan Armando

    Resepsi berakhir dengan sangat menyebalkan bagi Akila namun dia tak menunjukkannya pada Armando, dia sangat iri karena semua tamu lebih memilih memuji Zahira ketimbang dirinya. Apalagi Fajar bahkan tak meliriknya sama sekali."Tunggu Fajar, aku akan membuatmu menderita bersama Zahira mu itu!" tekad Akila di dalam hati.Tuan Handoko dan nyonya Nagita tetap memperlakukan mereka dengan baik, Akila bahkan tak pernah di izinkan untuk ke dapur walau hanya sekedar menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semua sudah disiapkan maid."Ma, aku sebaiknya masuk pesantren saja tahun ini!" pinta Pandu tiba-tiba.Nyonya Nagita tentu saja terkejut dengan permintaan putra bungsunya itu, padahal semula mereka yang menawarkannya masuk ke sekolah pesantren namun anak itu menolak."Benarkah? Bukankah sebulan lagi pengumuman kelulusan, pesantren mana yang kau inginkan nak?""Aku ke pesantren di Jawa Timur saja!" "Jauh sekali? Tapi tak apa nak, mama nanti akan beritahu papa!""Aku ingin berangkat Minggu depan, a

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   30. Resepsi yang di nanti

    Handoko tetap berusaha memenuhi janjinya sebagai seorang kakak, dia menyiapkan acara resepsi yang cukup mewah untuk Armando dan Akila yang di gelar di rumahnya atas permintaan Armando.Nampak kesibukan di sana sini, Wedding Organizer yang membantu penyelenggaraan pesta malam ini. Handoko segera mengirimkan pesan pada Armando. Dan tak lama kemudian kedua pasangan itu tiba.Nagita telah menyiapkan kamar khusus untuk kedua mempelai itu, Akila tersenyum bahagia. Kini di berhasil masuk ke rumah mewah itu tanpa harus menikah dengan Fajar."Sayang, aku sungguh bahagia. Ini adalah kado terindah bagiku. Aku ingin tinggal di rumah ini selamanya!'" Kata Akila sambil menatap kagum kamar besar yang kini mereka tempati."Kau akan memiliki rumah ini sayang!" jawab Armando.Acara resepsi akan di gelar malam nanti sehingga mereka berdua masih memiliki waktu yang cukup untuk berbincang."Kau sangat optimis, memangnya seberapa besar andilmu terhadap rumah ini?" tanya Akila sambil tangan nakalnya mulai b

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   29. Kejutan untuk keluarga Handoko

    Waktu yang di nanti Armando akhirnya datang juga, ini baru permulaan selanjutnya akan ada pertunjukkan yang sangat menarik. Dengan dendam yang membara dia akan melemparkan saudara tirinya itu ke jalanan.Penghulu sudah siap, begitu juga kedua mempelai."Apa sudah bisa di mulai?" tanya pak penghulu."Tunggu beberapa menit lagi pak, saudara saya pasti sebentar lagi tiba!" pinta Armando.Benar saja, terdengar suara mobil yang berhenti di depan kantor urusan agama, Fajar dan Zahira tiba lebih dulu setelah itu kedua orang tuanya."Apa benar paman Armando menikah hari ini?" tanya Fajar saat ayah dan ibunya turun dari mobil."Iya, ayo kita lihat!" jawab Handoko."Pandu nggak ikut ma?" tanya Zahira."Sudah di ajak tapi dia lebih memilih menggambar di kamarnya!"Keempatnya berjalan beriringan, Fajar tak sengaja melihat ibu Kinara dari kejauhan."Sedang apa ibu Kinara di sini?" gumamnya dalam hati."Mereka sudah tiba!" bisik Sehan.Armando tak memalingkan wajahnya sedikitpun, dia menunggu kakak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status