Share

3. Kehendak yang Kuasa

Penulis: Kirana Quinn
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-02 06:39:37

Pagi-pagi sekali, Zahira sudah bersiap-siap pergi berjualan lagi, hari ini dia sangat bersemangat karena kemarin saat hari pertama bekerja, jualan mereka laris manis.

"Ma, pagi ini aku nggak bisa ke Rumah Sakit soalnya mau melakukan pembongkaran pakaian yang baru datang, setelah pembongkaran aku akan kesana, aku pergi dulu!" pamit Zahira sambil mencium tangan ibunya.

Melihat semangat anaknya yang tinggi membuat Naning hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk putrinya. Pagi ini Naning hendak memasak makanan yang akan di bawanya ke rumah sakit, untunglah Zahira sebelum pergi jualan sudah membersihkan rumah dan pekarangan.

Tiga puluh menit kemudian, Naning mandi dan bersiap-siap ke Rumah Sakit. Namun langkahnya terhenti tatkala seseorang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

"Waalaikum salam, mari masuk!"

Nampak olehnya sepasang suami isteri dengan pakaian mentereng datang bertamu ke rumahnya. Walau tak mengenal mereka, Naning tetap mempersilakan mereka masuk.

"Mari silakan duduk!"

Setelah tamunya duduk, Naning ikut duduk di depan tamunya.

"Mau minum apa? Teh apa kopi?" tawar Naning.

"Sudah tidak usah, kami baru saja sarapan jadi masih kenyang. Ngomong-ngomong apakah ini rumahnya pak Mulyono?" Wanita seusia Naning yang bertanya.

"Iya benar nyonya, maaf kalian siapa ya dan ada keperluan apa?" tanya Naning waspada.

Dia takut kedua tamunya datang menagih hutang atau apa, walau dia sendiri tahu suaminya jika berhutang pasti selalu meminta izinnya lebih dulu.

"Maaf jika kedatangan kami sangat mendadak dan mengejutkan ibu, nama saya Nagita dan ini suami saya Handoko!" Ibu Nagita memperkenalkan diri.

"Saya isterinya Mulyono, nama saya Naning!" Naning mengulurkan tangannya untuk berjabat.

Sesaat mereka bertiga terdiam seribu bahasa lalu kemudian pak Handoko yang bicara.

"Sudah beberapa hari ini kami mencari keberadaan pak Mulyono dan kami baru menemukan beliau di Rumah Sakit, dan Adik ibu yang bernama Akbar yang menunjukkan rumah ini!"

Naning menatap kedua tamunya dengan cermat, sesaat dia menilai jika kedua tamunya ini adalah orang baik.

"Apa yang bisa saya bantu pak?" tanya Naning.

"Mungkin yang akan kami sampaikan ini akan membuat hati anda terpukul atau bahkan akan mengusir kami, kami punya dua orang anak yang tertua bernama Fajar dia sekarang sebagai CEO di perusahaan real estate PT. Nusantara Indah, dan adiknya bernama Pandu kelas lima sekolah dasar," Handoko mengawali ceritanya dengan sangat hati-hati.

Naning hanya diam saja menunggu kelanjutan cerita kedua pasangan suami istri ini.

"Pada hari naas itu, nyaris saja pandu yang menjadi korban kecelakaan untunglah suami ibu yang menyelamatkannya, kejadian itu baru kami tahu esok hari setelah kejadian. Itupun setelah Pandu yang menceritakannya, kami merasa bersalah sekaligus berterima kasih. Tapi mungkin selamatnya pandu membawa duka bagi keluarga ibu!" Pak Handoko sangat pandai merangkai kata agar tidak membuat Naning emosi.

Naning hanya terdiam mendengar cerita itu, dia bahkan tak tahu kejadiannya, yang dia tahu hanyalah berita jika truk yang di bawa suaminya masuk jurang karena hilang kendali. Untunglah nyawa suaminya bisa di selamatkan. Lalu kini ada yang datang menceritakan kejadian yang sebenarnya, apa yang harus Naning katakan? Apakah dia harus berteriak mengusir tamunya?

Mendiang ayah Naning adalah seorang imam mesjid, sehingga semua anaknya dididik dengan sangat baik, ikhlas menerima semua cobaan karena semua itu sudah menjadi kehendak Allah. Tak terasa air mata Naning menetes, dia menangis sesenggukan, ternyata demi untuk menyelamatkan seorang anak suaminya rela mengorbankan dirinya.

"Maafkan kami Bu Naning, tolong katakan dengan cara apa kami menebus semua kelalaian ini, sopir terlambat menjemput pandu sehingga membuatnya naik ojek, menurut Pandu tiba-tiba ojek yang di tumpangi nya mogok di tengah jalan, dari arah berlawanan sebuah truk melaju, saat melihat motor yang berhenti tiba-tiba, sopirnya segera banting stir namun naas mobilnya jatuh ke jurang."

Mendengar berita itu nyawa Naning serasa terbang melayang, dengan menutup mata wanita paruh baya ini menguatkan hatinya untuk menerima kenyataan.

"Bukan salah anak anda pak, semua sudah menjadi kehendak yang kuasa, musibah tak bisa dihindari, terima kasih bapak dan ibu sudah menceritakan kejadian yang sebenarnya, biarlah ini akan menjadi rahasia saya dan suami saya jika Tuhan memanjangkan umurnya!"

Kedua pasangan ini saling memandang, sungguh luar biasa hati ibu yang ditemui mereka ini.

"Kami yang akan membiayai semua pengobatan tuan Mulyono Bu, tadi kami baru saja memindahkan beliau ke ruang VIP, maaf tak meminta izin pada ibu lebih dulu!" ucap Nagita yang sedari tadi menjadi pendengar yang setia.

Naning hanya diam saja, entah dia harus bersyukur atau marah dia sungguh tak tahu.

"Terima kasih atas semua perhatian bapak dan ibu, seharusnya tidak perlu sampai serepot ini, saya harus menyampaikan pada anak saya jika ayahnya sudah dipindahkan ke ruang VIP, takutnya dia ke Rumah Sakit tak menemukan papanya di kelas tiga."

"Oh ibu punya anak?" tanya pak Handoko.

"Iya, anak saya satu-satunya, dia berusia sembilan belas tahun, itu fotonya!" Naning menunjuk foto yang terpajang di dinding.

Sebenarnya sejak masuk kedua pasangan ini sudah melihat foto itu, menurut mereka anaknya cantik juga.

"Siapa namanya dan kuliah dimana?" tanya Nagita.

"Namanya Zahira Alesha, sayangnya dia tak bisa melanjutkan kuliah karena terkendala biaya, sekarang dia sedang jualan pakaian bekas di terminal lantai dua!"

Naning terus terang mengatakan yang sebenarnya, tak ada maksud apapun, setidaknya mereka cukup tahu saja.

"Apakah Zahira sudah punya pacar?" tanya Nagita.

Naning mengernyitkan keningnya, "Dia baru saja lulus sekolah jadi belum kepikiran."

"Bagaimana jika kita jodohkan saja dia dengan Fajar?" bisik Nagita pada suaminya.

Naning mendengarnya dan berkata, "Sebaiknya biarkan anak-anak menentukan jodohnya sendiri Bu, takutnya di kemudian hari mereka malah akan berpisah karena tidak saling mencintai."

"Ibu benar, saya setuju akan hal itu, biarkan anak-anak memilih pasangannya masing-masing!" ucap Handoko.

Naning merasa lega, dia ingin anaknya bebas memilih jodohnya sendiri, dia tak mau hanya karena balas Budi pernikahan mereka berantakan.

Akhirnya kedua tamu pamit pulang, Naning hendak ke terminal dulu namun karena tak ingin makanan yang di masaknya keburu dingin dia segera ke Rumah Sakit.

Seperti apa yang di katakan kedua tamunya, suaminya kini sudah di pindahkan ke ruang VIP.

"Tolong jangan beritahu Zahira semua yang terjadi, aku tak ingin membuatnya kepikiran. Jika dia mempertanyakan kepindahan, katakan untuk kenyamanan pasien yang akan menjalani operasi makanya papanya di pindahkan," pinta Naning pada Akbar.

Naning sangat tahu watak Zahira, dia pantang dikasihani dan Naning tak ingin Zahira tahu penyebab kedua pasangan suami isteri itu yang bertanggung jawab pada proses perawatan ayahnya. Naning tak ingin membuat anaknya menaruh dendam, mereka adalah keluarga yang taat beragama dan sudah ditanamkan tentang keikhlasan sejak dini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   34. Kematian mendadak

    Ayam berkokok bersahutan menandakan sudah waktunya bangun pagi diiringi dengan kumandang azan subuh, seperti biasa Zahira dan ibunya bangun disusul ayahnya dan Fajar. Setelah menunaikan shalat subuh berjamaah Zahira membantu ibunya memasak menu sarapan pagi."Kakek dan nenek sudah bangun?" tanya Zahira pada ibunya saat dia tak melihat keduanya."Iya juga ya, biasanya ibu mertua sudah bangun, cobalah tengok mereka di kamar," pinta Naning.Zahira bergegas ke samping, rumah ini tidak terlalu besar hanya terdapat tiga kamar tidur. Sejak Mulyono dan Naning tinggal di rumah ini kakek dan nenek tinggal di kamar belakang.Tok...tok...!"Nek....nenek....kakek....!" Zahira terus memanggil bahkan dia membesarkan volume suaranya.Fajar dan Mulyono yang mendengar teriakan Zahira datang menghampiri."Kenapa kau berteriak? Tidak sopan tau, mungkin saja mereka sedang sholat!" Tegur Fajar.Zahira memanyunkan mulutnya, "Perasaanku tak enak!"Mulyono mengetuk pintu kamar dan memanggil ayah dan ibunya na

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   33. Dentuman di Atap Rumah

    Di kamar sebelah, Naning terus-terus mencium Zahira seakan mereka akan berpisah untuk selamanya. Naning terlihat sangat merindukan anaknya sehingga dia memeluk Zahira dengan erat dan tak ingin melepaskannya. "Ih...mama kenapa sih aku gak bisa bernafas loh, peluknya jangan kekencangan!" Akhirnya Naning melepaskan pelukannya, lalu dia tidur telentang dan memandang langit-langit kamar. "Mama kenapa? Jika punya masalah ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantu!" Kata Zahira. "Bagaimana kehidupan rumah tanggamu nak, apa Fajar memperlakukanmu dengan baik?" "Ih..mama kok nanyanya aneh, kan mama sudah lihat bagaimana sikap kak Fajar padaku tadi. Jangan bilang jika mama menduga itu hanya akting!" "Tidak juga, setidaknya mama akan merasa sangat lega jika anak semata wayang mama sudah ada yang menjaganya!" Zahira mencoba mencerna kata-kata ibunya, dia berusaha menebak sebenarnya apa sih yang sedang di pikirkan ibunya ini. "Ma, ayo cerita padaku ada apa?" Naning terdiam cukup lama,

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   32. Gosip Tetangga

    Untunglah Naning memberi tahu keberadaan mereka pada Zahira, sehingga saat keluarga Fajar ke Jawa Timur mereka mampir ke rumah kakek dan Nenek Zahira."Pandu sekarang sudah di pondok, sebaiknya kita ke rumah nenekmu!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera menelpon ibu dan ayahnya."Hallo, oh benarkah...ya Allah terima kasih, mama dan papa sudah lama merindukanmu nak. Mama nanti akan mengirimkan alamatnya!" Naning sangat antusias mendengar suara anaknya."Pa, Zahira bersama suaminya akan datang ke sini!" kata Naning pada suaminya setelah ponselnya di matikan."Mereka berdua saja?" tanya Mulyono."Kurasa bersama mertuanya!""Siapkan makanan untuk menyambut mereka, segera beritahu kabar ini pada mama dan papa di kebun belakang!"Naning segera bergegas memberitahu mertuanya akan kedatangan anak dan besannya.Kakek da nenek Zahira segera berdiri membantu Naning. Rumah mereka sangat sederhana namun cukup bersih. Kedatangan tamu dari jauh membuat para tetangga saling berbisik dan ingin

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   31. Permintaan Armando

    Resepsi berakhir dengan sangat menyebalkan bagi Akila namun dia tak menunjukkannya pada Armando, dia sangat iri karena semua tamu lebih memilih memuji Zahira ketimbang dirinya. Apalagi Fajar bahkan tak meliriknya sama sekali."Tunggu Fajar, aku akan membuatmu menderita bersama Zahira mu itu!" tekad Akila di dalam hati.Tuan Handoko dan nyonya Nagita tetap memperlakukan mereka dengan baik, Akila bahkan tak pernah di izinkan untuk ke dapur walau hanya sekedar menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semua sudah disiapkan maid."Ma, aku sebaiknya masuk pesantren saja tahun ini!" pinta Pandu tiba-tiba.Nyonya Nagita tentu saja terkejut dengan permintaan putra bungsunya itu, padahal semula mereka yang menawarkannya masuk ke sekolah pesantren namun anak itu menolak."Benarkah? Bukankah sebulan lagi pengumuman kelulusan, pesantren mana yang kau inginkan nak?""Aku ke pesantren di Jawa Timur saja!" "Jauh sekali? Tapi tak apa nak, mama nanti akan beritahu papa!""Aku ingin berangkat Minggu depan, a

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   30. Resepsi yang di nanti

    Handoko tetap berusaha memenuhi janjinya sebagai seorang kakak, dia menyiapkan acara resepsi yang cukup mewah untuk Armando dan Akila yang di gelar di rumahnya atas permintaan Armando.Nampak kesibukan di sana sini, Wedding Organizer yang membantu penyelenggaraan pesta malam ini. Handoko segera mengirimkan pesan pada Armando. Dan tak lama kemudian kedua pasangan itu tiba.Nagita telah menyiapkan kamar khusus untuk kedua mempelai itu, Akila tersenyum bahagia. Kini di berhasil masuk ke rumah mewah itu tanpa harus menikah dengan Fajar."Sayang, aku sungguh bahagia. Ini adalah kado terindah bagiku. Aku ingin tinggal di rumah ini selamanya!'" Kata Akila sambil menatap kagum kamar besar yang kini mereka tempati."Kau akan memiliki rumah ini sayang!" jawab Armando.Acara resepsi akan di gelar malam nanti sehingga mereka berdua masih memiliki waktu yang cukup untuk berbincang."Kau sangat optimis, memangnya seberapa besar andilmu terhadap rumah ini?" tanya Akila sambil tangan nakalnya mulai b

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   29. Kejutan untuk keluarga Handoko

    Waktu yang di nanti Armando akhirnya datang juga, ini baru permulaan selanjutnya akan ada pertunjukkan yang sangat menarik. Dengan dendam yang membara dia akan melemparkan saudara tirinya itu ke jalanan.Penghulu sudah siap, begitu juga kedua mempelai."Apa sudah bisa di mulai?" tanya pak penghulu."Tunggu beberapa menit lagi pak, saudara saya pasti sebentar lagi tiba!" pinta Armando.Benar saja, terdengar suara mobil yang berhenti di depan kantor urusan agama, Fajar dan Zahira tiba lebih dulu setelah itu kedua orang tuanya."Apa benar paman Armando menikah hari ini?" tanya Fajar saat ayah dan ibunya turun dari mobil."Iya, ayo kita lihat!" jawab Handoko."Pandu nggak ikut ma?" tanya Zahira."Sudah di ajak tapi dia lebih memilih menggambar di kamarnya!"Keempatnya berjalan beriringan, Fajar tak sengaja melihat ibu Kinara dari kejauhan."Sedang apa ibu Kinara di sini?" gumamnya dalam hati."Mereka sudah tiba!" bisik Sehan.Armando tak memalingkan wajahnya sedikitpun, dia menunggu kakak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status