Share

3. Kehendak yang Kuasa

Pagi-pagi sekali, Zahira sudah bersiap-siap pergi berjualan lagi, hari ini dia sangat bersemangat karena kemarin saat hari pertama bekerja, jualan mereka laris manis.

"Ma, pagi ini aku nggak bisa ke Rumah Sakit soalnya mau melakukan pembongkaran pakaian yang baru datang, setelah pembongkaran aku akan kesana, aku pergi dulu!" pamit Zahira sambil mencium tangan ibunya.

Melihat semangat anaknya yang tinggi membuat Naning hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk putrinya. Pagi ini Naning hendak memasak makanan yang akan di bawanya ke rumah sakit, untunglah Zahira sebelum pergi jualan sudah membersihkan rumah dan pekarangan.

Tiga puluh menit kemudian, Naning mandi dan bersiap-siap ke Rumah Sakit. Namun langkahnya terhenti tatkala seseorang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

"Waalaikum salam, mari masuk!"

Nampak olehnya sepasang suami isteri dengan pakaian mentereng datang bertamu ke rumahnya. Walau tak mengenal mereka, Naning tetap mempersilakan mereka masuk.

"Mari silakan duduk!"

Setelah tamunya duduk, Naning ikut duduk di depan tamunya.

"Mau minum apa? Teh apa kopi?" tawar Naning.

"Sudah tidak usah, kami baru saja sarapan jadi masih kenyang. Ngomong-ngomong apakah ini rumahnya pak Mulyono?" Wanita seusia Naning yang bertanya.

"Iya benar nyonya, maaf kalian siapa ya dan ada keperluan apa?" tanya Naning waspada.

Dia takut kedua tamunya datang menagih hutang atau apa, walau dia sendiri tahu suaminya jika berhutang pasti selalu meminta izinnya lebih dulu.

"Maaf jika kedatangan kami sangat mendadak dan mengejutkan ibu, nama saya Nagita dan ini suami saya Handoko!" Ibu Nagita memperkenalkan diri.

"Saya isterinya Mulyono, nama saya Naning!" Naning mengulurkan tangannya untuk berjabat.

Sesaat mereka bertiga terdiam seribu bahasa lalu kemudian pak Handoko yang bicara.

"Sudah beberapa hari ini kami mencari keberadaan pak Mulyono dan kami baru menemukan beliau di Rumah Sakit, dan Adik ibu yang bernama Akbar yang menunjukkan rumah ini!"

Naning menatap kedua tamunya dengan cermat, sesaat dia menilai jika kedua tamunya ini adalah orang baik.

"Apa yang bisa saya bantu pak?" tanya Naning.

"Mungkin yang akan kami sampaikan ini akan membuat hati anda terpukul atau bahkan akan mengusir kami, kami punya dua orang anak yang tertua bernama Fajar dia sekarang sebagai CEO di perusahaan real estate PT. Nusantara Indah, dan adiknya bernama Pandu kelas lima sekolah dasar," Handoko mengawali ceritanya dengan sangat hati-hati.

Naning hanya diam saja menunggu kelanjutan cerita kedua pasangan suami istri ini.

"Pada hari naas itu, nyaris saja pandu yang menjadi korban kecelakaan untunglah suami ibu yang menyelamatkannya, kejadian itu baru kami tahu esok hari setelah kejadian. Itupun setelah Pandu yang menceritakannya, kami merasa bersalah sekaligus berterima kasih. Tapi mungkin selamatnya pandu membawa duka bagi keluarga ibu!" Pak Handoko sangat pandai merangkai kata agar tidak membuat Naning emosi.

Naning hanya terdiam mendengar cerita itu, dia bahkan tak tahu kejadiannya, yang dia tahu hanyalah berita jika truk yang di bawa suaminya masuk jurang karena hilang kendali. Untunglah nyawa suaminya bisa di selamatkan. Lalu kini ada yang datang menceritakan kejadian yang sebenarnya, apa yang harus Naning katakan? Apakah dia harus berteriak mengusir tamunya?

Mendiang ayah Naning adalah seorang imam mesjid, sehingga semua anaknya dididik dengan sangat baik, ikhlas menerima semua cobaan karena semua itu sudah menjadi kehendak Allah. Tak terasa air mata Naning menetes, dia menangis sesenggukan, ternyata demi untuk menyelamatkan seorang anak suaminya rela mengorbankan dirinya.

"Maafkan kami Bu Naning, tolong katakan dengan cara apa kami menebus semua kelalaian ini, sopir terlambat menjemput pandu sehingga membuatnya naik ojek, menurut Pandu tiba-tiba ojek yang di tumpangi nya mogok di tengah jalan, dari arah berlawanan sebuah truk melaju, saat melihat motor yang berhenti tiba-tiba, sopirnya segera banting stir namun naas mobilnya jatuh ke jurang."

Mendengar berita itu nyawa Naning serasa terbang melayang, dengan menutup mata wanita paruh baya ini menguatkan hatinya untuk menerima kenyataan.

"Bukan salah anak anda pak, semua sudah menjadi kehendak yang kuasa, musibah tak bisa dihindari, terima kasih bapak dan ibu sudah menceritakan kejadian yang sebenarnya, biarlah ini akan menjadi rahasia saya dan suami saya jika Tuhan memanjangkan umurnya!"

Kedua pasangan ini saling memandang, sungguh luar biasa hati ibu yang ditemui mereka ini.

"Kami yang akan membiayai semua pengobatan tuan Mulyono Bu, tadi kami baru saja memindahkan beliau ke ruang VIP, maaf tak meminta izin pada ibu lebih dulu!" ucap Nagita yang sedari tadi menjadi pendengar yang setia.

Naning hanya diam saja, entah dia harus bersyukur atau marah dia sungguh tak tahu.

"Terima kasih atas semua perhatian bapak dan ibu, seharusnya tidak perlu sampai serepot ini, saya harus menyampaikan pada anak saya jika ayahnya sudah dipindahkan ke ruang VIP, takutnya dia ke Rumah Sakit tak menemukan papanya di kelas tiga."

"Oh ibu punya anak?" tanya pak Handoko.

"Iya, anak saya satu-satunya, dia berusia sembilan belas tahun, itu fotonya!" Naning menunjuk foto yang terpajang di dinding.

Sebenarnya sejak masuk kedua pasangan ini sudah melihat foto itu, menurut mereka anaknya cantik juga.

"Siapa namanya dan kuliah dimana?" tanya Nagita.

"Namanya Zahira Alesha, sayangnya dia tak bisa melanjutkan kuliah karena terkendala biaya, sekarang dia sedang jualan pakaian bekas di terminal lantai dua!"

Naning terus terang mengatakan yang sebenarnya, tak ada maksud apapun, setidaknya mereka cukup tahu saja.

"Apakah Zahira sudah punya pacar?" tanya Nagita.

Naning mengernyitkan keningnya, "Dia baru saja lulus sekolah jadi belum kepikiran."

"Bagaimana jika kita jodohkan saja dia dengan Fajar?" bisik Nagita pada suaminya.

Naning mendengarnya dan berkata, "Sebaiknya biarkan anak-anak menentukan jodohnya sendiri Bu, takutnya di kemudian hari mereka malah akan berpisah karena tidak saling mencintai."

"Ibu benar, saya setuju akan hal itu, biarkan anak-anak memilih pasangannya masing-masing!" ucap Handoko.

Naning merasa lega, dia ingin anaknya bebas memilih jodohnya sendiri, dia tak mau hanya karena balas Budi pernikahan mereka berantakan.

Akhirnya kedua tamu pamit pulang, Naning hendak ke terminal dulu namun karena tak ingin makanan yang di masaknya keburu dingin dia segera ke Rumah Sakit.

Seperti apa yang di katakan kedua tamunya, suaminya kini sudah di pindahkan ke ruang VIP.

"Tolong jangan beritahu Zahira semua yang terjadi, aku tak ingin membuatnya kepikiran. Jika dia mempertanyakan kepindahan, katakan untuk kenyamanan pasien yang akan menjalani operasi makanya papanya di pindahkan," pinta Naning pada Akbar.

Naning sangat tahu watak Zahira, dia pantang dikasihani dan Naning tak ingin Zahira tahu penyebab kedua pasangan suami isteri itu yang bertanggung jawab pada proses perawatan ayahnya. Naning tak ingin membuat anaknya menaruh dendam, mereka adalah keluarga yang taat beragama dan sudah ditanamkan tentang keikhlasan sejak dini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status