Share

Deff

Lelaki itu tidak pernah menjadi kekasih sepenuhnya untukku, dia juga bukan teman yang terlalu dekat dan tahu bagaimana perjalanan ku. Tapi selama 8 bulan belakangan ini, ia dan aku cukup dekat. Sebut saja namanya Deff, seorang penulis, peneliti, dan pencipta konten geografi di Youtube. Kebetulan kami memiliki lingkaran teman dan redaksi yang sama. Kami telah berteman dan mengenal satu sama lain setahun sebelum kami memutuskan untuk semakin mulai dekat.

Ia tampak seperti seorang pria yang baik namun sedikit angkuh. Aku akui, mungkin aku sedikit tertarik padanya saat itu, karena selalu memiliki titik lemah untuk pria yang berbudaya santun. Yang terpenting dia adalah seorang penulis sekaligus pemain. Lalu apakah ada di bumi ini, wanita yang tidak menyukai itu? Serius, aku bertanya pada kalian.

Semua berjalan tidak begitu sulit, karena sepertinya Deff juga menyukaiku. Yakin karena dia memberi sedikit perhatian ekstra daripada anak laki-laki lain. Aku memperhatikan caranya memuji dan tindakan kecil pelayanan yang ia lakukan, itu memperlakukanku seperti meracik sebuah kopi, dan mengundang untuk hadir duduk menikmati.

Aku seolah ingin bertanya, 'apakah aku boleh ikut dalam cerita, dan diberi izin untuk ikut menjelajah.'

Mungkin dia sedikit penasaran, ditambah aku yang tak terlalu mencolok memperhatikan geraknya, dulu. Tapi ketika dia membacakan puisi karyaku di depan umum, saat itulah aku benar-benar melihatnya, menunjukkan binar mata padanya.

Selanjutnya, kami mulai melakukan pendekatan. Pergi kencan santai. Percayalah, hanya kami berdua, walau belum ada kulit yang terlibat didalamnya. Kami pergi menonton band-band indie dan menikmati makan malam yang menyenangkan.

'Hei, itu restoran India yang aku sukai.'

Setelah kencan pertama, kami pergi ke kencan lain yang sebenarnya tak ada dalam daftar agenda. Pada titik ini, ia berbicara hampir setiap hari. Dia juga mulai menanyakan dengan pertanyaan tentang seks. Aku tahu, seharusnya merasa khawatir, tetapi Deff adalah seorang teman. Aku tidak merasa terintimidasi tetapi sedikit canggung. Ketika dia memeriksa untuk pertama kali. Aku menertawakannya, kemudian kami melakukan hubungan itu.

Berada dalam hubungan seksual yang tidak melibatkan hubungan romantis atau komitmen bukanlah gayaku, jadi aku bertanya kepadanya, apakah kami bisa menjadi eksklusif. Dia menolak.

"Aku suka di mana kita berada." katanya, dia menyebutkan tentang kesehatan mentalnya yang tidak pada tempatnya.

Pada saat itu, aku  masih menghormatinya. Aku pikir hanya bertanya terlalu cepat saja. Lagipula aku tidak keberatan dengan penolakannya. Dinamika situasi kami masih bagus, hal-hal masih dilandasi rasa saling menghormati dan peduli. Dia memberiku cukup perhatian sehingga merasa dihargai.

Tapi segalanya mulai menjadi sangat sulit. Aku tahu dia tidak bisa melupakan seorang wanita, yang mungkin dari masa lalunya. Dia menyebutkan tentang hubungan putus dan putus pada kencan kedua kami. Aku terkejut karena dia selalu tampil lajang karena dia tidak pernah terlihat di depan umum dengan seorang gadis. Aku berasumsi dia pasti orang yang baik menempatkan segala sesuatu. Dia menyebutkan bahwa seseorang itu sedang belajar di luar negri. Ya, hanya itu yang aku tahu.

Aku mentolerir-nya. Tidak menganggap pertemanannya  itu sebagai sesuatu yang harus aku khawatirkan. Selain itu, setiap orang memiliki bagasi. Aku pun juga masih terluka oleh seorang pria yang pergi dan memblokir setiap janji sebelum dia. Jadi, aku membuka diri untuk Deff.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status