Elyna Blanc never expected to be forced into marriage, let alone with the ruthless and wealthy Hugo Dubois. But when her family's financial status hangs in the balance, Elyna has no choice but to marry Hugo, the young billionaire who leads one of Europe's biggest and fastest investment firms. Just as Elyna begins to adapt to her new life as Hugo's wife, he is kidnapped by a close person to Elyna, throwing her into a state of confusion and uncertainty. As she struggles to uncover the truth behind Hugo's kidnapping, Elyna discovers she is pregnant with his child, raising questions about the true nature of their relationship. With the paternity of the child in question, Elyna is forced to confront the reality of her marriage to Hugo and the secrets he may be keeping. As she navigates the challenges of pregnancy and a missing husband, Elyna realizes that her life may be more complicated than she ever imagined. Will Elyna be able to uncover the truth about her husband's kidnapping and the father of her child? Only time will tell in this gripping tale of love, betrayal, and uncertainty.
View More“Aku … Aku mengandung anak Anwar, Sa.”
Satu kalimat yang berhasil meruntuhkan dunia Saira dan memburamkan penglihatannya, terlebih setelah melihat testpack yang Dea tunjukkan.
Dea sendiri merupakan sahabat Saira semasa kuliah. Lama tidak berjumpa dan tidak bertukar kabar, tahu-tahu sahabat Saira itu datang membawa kejutan yang berdampak besar pada rencana pernikahannya dengan Anwar, tunangannya.
Saira tidak ingin memercayainya, tetapi Dea tidak mungkin membohonginya. Terlebih … kebingungan jelas terlihat dari wajah sahabatnya itu.
“Maafin aku Sa … Maafin aku.” Dea yang sebelumnya duduk diseberangnya, kini sudah berjongkok sambil menggenggam tangan Saira. “Aku tidak memiliki pilihan, selain mengungkapkannya padamu.”
“Anwar sudah tahu?” Hanya pertanyaan itu yang terbsit dalam benak Saira.
“Sudah.” Dea menjawab sambil menyusut kasar air matanya. “Tapi dia gak mau bertanggung jawab. Dia menyuruhku untuk menggugurkannya. Dia terlalu mencintaimu Sa. Daripada membatalkan pernikahannya dia lebih baik memintaku untuk menggugurkan anak ini. Aku harus bagaiamana, Sa? Aku gak mungkin membesarkan anak ini tanpa seorang Ayah.”
“Tenang saja, anakmu tidak akan pernah kehilangan Ayahnya.” Saira tersenyum miris, menatap Dea dengan tak kalah hancur. “Aku akan mundur dari pernikahan itu,” lanjutnya seraya bangkit untuk segera menjauh dari Dea.
Saira sudah tidak sudi berdekatan dengan sahabatnya itu. Bahkan untuk menganggap Dea sebagai sahabat, rasanya sakit sekali. Bagaimana mungkin seorang sahabat mengkhianatinya sampai seperti ini?
“Saira!” Entah sejak kapan, tahu-tahu Ibu Saira sudah ada disana, mengguncang bahu anak sulungnya dengan sangat keras. “Mana Anwar? Suruh ia temui Ibu. Kenapa tega sekali mengkhianati anak Ibu?”
Namun Saira tidak memedulikan dan lebih memilih berbicara kembali pada Dea. “Gak usah peduliin Ibuku De. Aku benar-benar tidak akan melanjutkan pernikahannya.” Lagipula ia tidak mungkin menikah dengan Laki-laki yang tidak cukup sama satu wanita.
“Sebaiknya kamu segera keluar dari sini. Ayo….” Yang ini suara Bimo.
Ayah Saira itu sudah menyeret Dea, sampai keluar rumah.
Saira hanya bisa menatap nanar kepergian Dea. Dirinya masih tak menyangka hal seperti ini akan menimpanya.
“Apa perlu Bapak pergi menemui keluarga Anwar, untuk membatalkan pernikahan kalian?”
Saira menoleh, menatap Bimo yang sudah kembali. Dia pun tersenyum lemah. Ah, Bapaknya ini memang orang yang paling mengerti akan perasaan anaknya.
Belum sempat Saira menjawab, keduanya langsung menoleh cepat saat mendengar suara keras dari arah sofa.
“Ibu benar-benar kecewa dengan Anwar,” ujarnya lemah, terkulai lemah di atas sofa. “Bisa-bisanya dia menghamili perempuan lain.”
“Bu—Ibu … Ibu kenapa?!”
****
Berkat bantuan tetangga, Anita berhasil dibawa ke Rumah Sakit. Kondisinya cukup serius, itulah yang Dokter jelaskan. Kemungkinan besar memerlukan perawatan lebih lama dari yang diperkirakan.
Sekarang apa yang bisa Saira lakukan selain menatap nanar ruang rawat Ibunya?
“Masih mau egois membatalkan pernikahan itu, eh?” Anwar bertanya setengah mencibir.
Laki-laki itu datang 15menit setelahnya bersama Bimo. Karena, ketika memberitahukan kondisi sang Ibu, posisi Ayah Saira memang masih di rumah keluarga Anwar.
“Kamu terlalu tergesa-gera mengambil keputusan, Sa,” masih Anwar yang bersuara. “Lihat, nyawa Ibumu yang jadi taruhannya.”
“Lanjutkan saja pernikahannya dengan Dea. Bagaimanapun juga, dia yang lebih membutuhkan pernikahan itu.” Saira melepas cincin pertunangannya untuk kemudian diserahkan pada Anwar. “Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu, An. Setidaknya kamu harus berkorban demi masa depan anakmu.”
Saira sendiri tidak percaya kalau ia mampu mengungkapkan kata-kata seperti itu. Rasanya … perih. Mengiris hati. Namun setidaknya ganjalan dalam hatinya sedikit berkurang.
“Tapi aku cuma mau kamu, Sa. Aku mau kamu yang jadi Ibu dari anak-anakku nanti.”
“Gak usah percaya sama kata-katanya. Bohong semua itu,” ujar seorang Lelaki berpenampilan formal yang tiba-tiba duduk di sebelah Saira.
Siapa Dia?
“Paman? Ngapain disini? Siapa yang sakit?” Anwar bertanya sambil celingukan.
‘Paman?’
‘Dia Pamannya Anwar?’
Saira sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Yang sakit Ibu wanita ini ‘kan?” tunjuk Paman Anwar pada Saira.
“Iya, tau. Maksudku, tujuannya untuk apa? Paman gak mungkin repot-repot datang hanya untuk masalah seperti ini kan?”
Lelaki yang memakai setelan serba hitam itu mengedikan bahu. “Coba tanya Mamamu. Kenapa meminta Paman untuk menemui orangtuanya?” diakhir penjelasan ia menatap pada Saira.
“Mama nyuruh Alva untuk menikahi Saira.”
“Apa?!”
Tidak hanya Anwar, tetapi Saira pun ikut terkejut dengan penuturan Susi–Ibunya Anwar.
“Mama becanda?” Anwar yang pertama mendekat. Menatap Susi, mencari kebohongan.
“Pamanmu butuh Istri, Cecilia butuh Ibu. Mama pikir kedua alasan tersebut cukup untuk menikahkan Pamanmu pada Saira. Dan jika Saira bersedia, maka Pamanmu akan melunasi seluruh biaya pengobatan Ibunya. Kalau perlu, Ibu Anita akan mendapatkan pengobatan paling bagus,” Susi menjawab pertanyaan Anwar, namun penjelasannya lebih condong diarahkan pada Saira dan Bimo yang kini saling melempar pandang.
“Gak bisa gitu dong, Ma. Mama tahu sendiri aku sangat mencintai—“
“Kalau benar-benar cinta, terus kenapa kamu malah menghamili anak orang?” Susi sudah memegang kerah kemeja anaknya. “Coba katakan, apa yang bisa Mama perbuat untuk menebus kesalahanmu pada Saira—Apa Anwar?” kemudian dihentaknya tubuh sang Anak sampai terhuyung beberapa langkah.
“Kalau kamu tidak melakukan kesalahan, Mama juga gak akan membuat keputusan seperti ini.” Wanita itu menunduk dengan bahu bergetar. “Bahkan untuk meminta maaf pada Saira saja, rasanya Mama tidak sanggup.”
Mendengar seorang Ibu berbicara seperti itu, membuat Saira mendekat untuk memberikan usapan pelan, sedikit menenangkannya. “Aku baik-baik saja Ma—maaf, maksudku Tante. Aku baik-baik saja, Tante. Gak perlu khawatir.” Saira hampir keceplosan memanggilnya Mama, seperti panggilannya selama ini.
“Enggak sayang, mana mungkin kamu baik-baik saja.” Susi mengusap pipi Saira, kemudian turun untuk menggenggam salah satu tangannya. “Maka dari itu, tolong terima Alvaro untuk menjadi suamimu ya? Anggap saja sebagai bentuk permintaan maaf dari Mama.”
***
"Matilda, where, where am I? how did I get…where's Hugo???" Inquired Elyna with a voice above a whisper, as her vision gets slightly more vivid with questions bombarding her worried mind. As realization of her current environment does not resemble their Carnegie Hills mansion, and tries her best to gather strength to sit up straight, "No, mam there's no need for that, the Doctor said you need to relax, everything will be okay." replied Matilda in a humbling fashion, as she notices the curiosity on Elyna's visage required a more in-depth answer to the question."We...we are in the hospital mam, you collapsed, and I had no choice but to invite medical attention" responded Matilda with worry written all over her countenance. "Where's Hugo?" Insisted Elyna with her voice slightly above a whisper as she notices her hands tied to an Intravenous line, and rotates her head in search of Hugo."Why's my hand tied to this?" Elyna exclaimed as she demanded an answer from Matilda."The Doctor s
-ELYNA "Uhm…yes I do" Hugo's hand found its place on my neck as he drew closer and kissed my lips, as it was met with a joyful cheer from the crowd. On our way to Hugo's residence, in a luxurious white Rolls-Royce Cullivan.Hugo turns to my direction with an arrogant smile and asks, "Why did you turn against me when I tried to kiss you?" "Why shouldn't I?" I responded with arrogance as he reached out to his pocket and grabbed a cigar and lit it up. "You should be glad,I did you this favour, or else you'd be rotting in that dirty cell with those rats." I raised my gaze at him with aggression across my lips, as he smoked his cigar. "What do you really want from me? First you steal my freedom? Now you want to destroy me?" "Haha… do you want ?" Hugo sarcastically laughed, as he offered me his cigar before rolling down the window and throwing it away. "We have arrived Sir" conveyed the driver with his voice below a whisper, as assistants rushed from the front door to open our doo
-ELYNA I rushed straight to the message. "Hey, Elyna, what's the trouble? Why should we escape?" were the words that enveloped the message from Raphael. As I remember that my parents are waiting for me downstairs, I sent a message to Raphael, while shaking and abruptly grabbing and putting my silky black coat on and slamming the door behind, as I made my way downstairs, "I'll call you and explain everything in 30 minutes, my parents are in need of my attention now." As I reached downstairs, my parents' attention fell on me with a great stare, as if they required an answer from me. "I was looking for my slippers and found them under my bed...I'm sorry" Mom gave little attention to what I said, spoke less of Dad, and an on rushing order of instructions with gestures accompanying them found their way out of mom's mouth. "Just prepare the dinner, the pasta and meatballs; use the pasta that is in the first drawer under the cupboard, the meatballs are placed within the white contain
- ELYNA "What? How? Who?...stop joking dad" I screeched at my father as his lips uttered words that pierced through my heart; my arranged marriage to a billionaire. "Elyna, we are talking about my future here, our future. If I had not done this deal we would lose everything within the next three days. Besides, this is in your best interest" My dad, Jules, gave me a lecture on why he has made me a commodity in his business dealings, which he describes is in my "best interest." The collateral deal was between a ruthless and feared among men billionaire, Hugo Dubois. It consisted of 30% of my dad's company's shares as well as his only daughter, me being married to him, before the deadline date given by the state regarding my dad's bankruptcy filing. "No, No!...What about my dreams? My life aspirations? My feelings? Raphael? Dad I'm in a relationship with Raphael, dad! " As I uttered those words, my throat was scorched with heat. As Raphael's name left my lips, my dad's visage chan
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments