Share

Chapter 6

Author: Aaysh
last update Last Updated: 2024-01-12 20:57:13

Dara kembali ke kosannya sore ini. Ia membaringkan diri mengistirahatkan badannya sebentar lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya yang tergeletak di sampingnya.

Dara membaca pesan dari Reno yang masuk sejak ia berada di rumah Ardi. Pesan dengan isi, Reno memintanya untuk bertemu malam ini. Dara memang harus bertemu Reno, ia harus menyelesaikan ketegangan yang terjadi di antara mereka.

Setelah selesai menutup pintu, dengan cepat Dara menaiki dan memutar kunci motornya melaju meninggalkan kosannya. Setelah sampai ke tempat yang sudah di tentukan Reno untuk bertemu, tiba tiba Dara mendapat panggilan dari Ardi. Lagi. Ardi tidak bisa menghentikan tangis Nadira.

Tanpa kata kata lagi, Dara langsung memutar motornya. Ia tidak sanggup membiarkan Nadira terus menangis. Ia harus segera berada di sana, mendekap sang bayi mungil itu.

Dara langsung berlari ke dalam rumah, lalu meraih Nadira dari Ardi. Dengan wajah panik Dara menghentikan tangis Nadira.

Nanap. Ardi menatap aneh. Ada apa sebenarnya. Mengapa Nadira kembali tenang ketika berada pangkuan Dara, padahal Ardi adalah ayahnya dan Dara bukanlah ibunya walaupun mereka punya hubungan darah.

Setelah Nadira kembali tenang, Dara mengambil tasnya yang ia buang sembarang ke sofa. Dia harus bertemu Reno sekarang. Pria itu pasti sudah menunggunya sekarang.

Namun melihat hal itu, Ardi langsung membuka suaranya dan menahan Dara untuk tidak pergi.

"Bisakah kamu tetap disini malam ini. Saya khawatir mungkin Nadira akan menangis lagi. Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi sepertinya ia nyaman berada di dekatmu. Saya mohon. Saya tidak tau harus berbuat apa lagi." Dengan tatapan kecemasan dalam raut wajahnya, Ardi menatap Dara dengan harap harap gadis di depannya ini bersedia.

Dara melirik jam tangannya, Reno pasti masih menunggunya. Tapi jika ia pergi dari sana, bagaimana dengan Nadira. Ardi benar, Nadira akan berhenti menangis saat sudah berada dalam dekapannya. Dara kemudian menengok Nadira di dalam ranjang ayunnya. Ia menjatuhkan tangannya, hingga Tasnya juga ikut terjatuh dari lengannya. Matanya tetap terpaku pada wajah Nadira. Bagaimana bisa ia tega meninggalkan bayi kecil ini.

"Aku akan menemani Nadira." Ucapan Dara memunculkan ketenangan di hati Ardi. Pria itu menghela napas lega.

Ardi kini baru menyadari penampilan Dara yang terlihat rapi dengan dandanan lebih dari biasanya, "apa saya sudah mengganggu kencanmu?"

"Tidak. Sahabatku meminta bertemu di cafe untuk membahas Skripsinya, dia agak kesulitan. Sekalian kami mau refresh." Dara sengaja berbohong tidak ingin membuat Ardi merasa bersalah karena sudah mengganggu rencana kencannya dengan Reno, apalagi dia melakukan ini karena Nadira.

"Baiklah. Kalau begitu saya akan membawakan kamu beberapa pakaian santai milik Mira."

"Iya kak."

"Apa kamu sudah makan?"

Karena sudah terlanjur berbohong, Dara harus kembali berbohong lagi. Jika ia mengatakan sudah, maka Ardi akan mengetahui bahwa ia berbohong tentang dia dan sahabatnya pergi ke kafe dan mencari tempat untuk makan.

"Sudah kak."

"Okay. Tunggu sebentar."

Setelah Ardi menghilang dari pandangan Dara, panggilan telfon muncul di ponsel Dara, sang pemilik ponsel tidak perlu lagi menebak siapa orang itu. Karena ia tahu bahwa Reno pasti akan menghubunginya karena ketidak munculan dirinya.

Dara tidak bisa mengangkat panggilan itu, ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia sedang berada di rumah Ardi malam malam dan membatalkan rencana pertemuan mereka.

Alasan apa yang ia akan pakai untuk mengatakan ketidak datangannya. Jika ia beralasan sedang sakit dalam kosan, maka Reno akan datang. Bila ia mengatakan ada di rumah Winda, maka dia akan muncul juga. Dan jika ia beralasan pulang ke kampung halaman, maka Reno tidak akan percaya juga bahwa dirinya berangkat malam secara mendadak tanpa alasan yang pasti. Jika ia membiarkan begitu saja, Reno akan marah lagi. Tapi lebih baik begini daripada ia berbohong lagi.

Saat sedang terus larut dalam pikirannya, Dara tidak menyadari bahwa Ardi sudah berdiri tidak jauh darinya, memperhatikan dia yang hanya diam.

"Saya sudah menyimpan pakaian gantimu di atas. Kamu berganti lah."

"Baik kak, aku akan berganti lebih dulu."

Dara mengambil barang barangnya dan keluar menuju kamar lantai atas. Sesampainya di sana, Dara melirik lagi ponselnya. Melihat lagi daftar nama yang masuk 'panggilan tidak terjawab'. Walaupun dia tidak bisa mengangkat panggilan itu, Dara lebih baik memberitahunya atas ketidak datangnya. Atau ia akan merasa sangat jahat sekarang, dengan membiarkan kekasihnya menunggu dirinya yang hilang tanpa kabar malam ini.

Deretan kata terketik dalam ponsel itu. Setelah terkirim buru buru Dara mematikan ponselnya.

Usai bergantian, Dara turun kebawah menghampiri keberadaan Ardi dan Nadira. Ayah dan anak itu sekarang berada di ruang keluarga. Nadira sepertinya sudah bagun, tapi bedanya kali ini bayi itu tidak menangis.

Terlihat raut wajah Ardi terus mengukir senyum ketika sekali kali sudut bibir Nadira terangkat. Dara terus memperhatikan, sepertinya pria yang baru di tinggal istri untuk selamanya itu sedang bahagia sekarang.

"Kak Ardi!" Panggil Dara sambil menghampiri Ardi.

Masih dengan senyum antusias di wajahnya, Ardi menoleh kepada Dara, "Lihatlah Nadira sudah bisa tersenyum sekarang."

Dara menengok keponakannya itu, terlihat Nadira mulai menunjukan senyumnya dalam gendongan Ardi. Senyum itu membuat Dara dan Ardi terlihat bahagia sekarang.

"Kamu gendong Nadira ya, saya mau buat makan malam dulu."

Mendengar Ardi akan membuat makan malamnya, Dara mengajukan tawaran. Lebih baik Ardi bersama Nadira sekarang, ia tidak mau mengganggu senyum bahagia itu.

"Biar aku aja. Kak Ardi sama Nadira saja."

Setelah mendapat anggukan pelan dari Ardi, Dara langsung melejit berjalan ke dapur. Setibanya di sana tanpa pikir lagi ia mengambil bahan bahan yang akan di masaknya malam ini.

Masakan Dara siap, dengan gerakan gesit segera menyajikan masakan nya di atas meja untuk satu orang.

Ardi dengan Nadira di gendongannya juga berada di sana, memperhatikan setiap gerak Dara sejak tadi. Ia terpaku seperti melihat sosok Mira pada Dara. Gerakannya, fokusnya, langkah, dan hampir semua sisi Dara mirip sekali dengan mendiang istrinya.

Apakah saudara kandung harus semirip ini. Ardi jadi merasa aneh, seperti melihat Mira ada di hadapannya. Karena hal ini muncul keganjilan dalam hatinya. Ia ingin memeluk sosok itu. Ardi memejamkan mata, menyadarkan dirinya. Seharusnya ia tidak membiarkan Dara memakai pakaian Mira.

Dara yang memang menyadari kehadiran Ardi tidak jauh darinya, segera menghampirinya, "Makanan sudah siap, kak Arya silahkan nikmati."

"Iya terimakasih."

"Sama sama kak. Ayo Nadira sama Bibi." Setelah menjawab Ardi, Dara langsung mengalihkan pandangannya ke Nadira.

Dara tidak pergi dari dapur, ia memperhatikan Ardi melahap makanannya dengan harap harap masakannya itu tidak terlahap habis. Dara meneguk ludah, ingin sekali juga ia ikut makan. Memasukan makanan itu kedalam mulutnya sekarang. Dara meringis dalam hati, ia juga lapar.

Amblas, tidak ada yang tersisa. Dara bertanya tanya dalam hati. Apa ia memasak terlalu sedikit, apa Ardi benar benar lapar atau porsi makan pria ini yang memang banyak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Iparku Suamiku   Chapter 29

    Dara membeku di tempat, mata nya melebar menatap meja. ia bahkan tidak mampu menjawab Reno atau sekedar mengangguk saja.Gadis itu tercekat. Dari ujung mata nya, Dara bisa tahu bahwa Ardi saat ini sedang menatap pada nya. Reaksi apa yang harus ia lakukan sekarang.Dengan susah payah, Dara menelan ludah. Sebenarnya, ia harus nya senang dengan hal ini. Dengan begitu, ia tidak perlu repot repot meyakinkan Ardi bahwa ke depannya di antara mereka tidak akan ada yang terjadi. Namun perasaan nya malah terasa ganjil.Dara asumsikan lagi bahwa ini karena dia adalah seorang istri dari Ardi. Rasa bersalah untuk status mereka saat ini, dan juga karena Ardi yang berinisiatif untuk memperbaiki pernikahan ini. Mungkin karena itu. "Aku akan ke kamar." ujar Ardi.Akhir nya Ardi bersuara dan beranjak dari duduk nya. Di saat itulah baru Dara berani bergerak dan menoleh kepada Ardi yang sudah pergi meninggalkannya di ruang tamu."Iya kak." sahut Dara lirih, namun tidak di dengar oleh Ardi karena pria it

  • Iparku Suamiku   Chapter 28

    "Tanganku lemah" Ardi bersuara dan melanjutkan lagi menutup mata nya.Tubuh Ardi saat ini memang begitu panas, rasanya ia malas untuk bangkit dari posisi tidurannya.Karena masih ada Nadira dalam dekapannya, Dara kemudian menarik kursi dengan tangan lainnya lalu meletakan mangkuk bubur di sana.Dara duduk di tepi ranjang dan mulai mengambil bubur sesendok lalu mendinginkan nya. "Kak Ardi." panggil Dara lagi, Ardi pun kembali membuka mata nya.Selesai menyuapi Ardi dan memberi obat kepada nya, Dara tetap berada di dalam kamar untuk menjaga pria yang sedang sakit itu sampai dirinya oun jatuh tertidur. Hingga ia tidak sadar jam sudah mulai menunjukan jam sebelas lewat. Pantas saja perut nya mulai bergemuruh.Dara bangkit dari duduk nya, sejak tadi ia bahkan tidak memindahkan Nadira dari pangkuan nya ke ranjang kecilnya. Hingga ia rasakan lengan nya menjadi begitu kaki dan kaki yang keram.Mata Dara tidak sengaja menangkap Ardi di tempat tidur yang sedang menatap nya."Aku sudah memesan

  • Iparku Suamiku   Chapter 27

    "Aku nggak bisa. Aku juga masih cinta sama Reno, dia bahkan rela menunggu aku." urai Dara.Winda diam, kenyataan tentang Reno masih terus mencintai Dara membuat nya bungkam. Ia tidak bisa menyela hal itu. Tapi tetap saja, ia tidak ingin Dara berpisah dengan Ardi. Entah apa yang terjadi, Winda lebih memilih Dara bersama Ardi daripada Reno. Terlebih lagi keduanya sudah menikah."Sudahlah. Jangan di bahas lagi. Kita bahas tentang kamu saja."Sore itu terlewat dengan Dara dan Winda yang terus bercanda, keduanya terus menerus tertawa sampai tidak sadar akan keberadaan Ardi di dalam rumah.Usai mengantar Winda keluar, Dara masuk ke dalam kamar nya dan Ardi. Mata gadis itu tiba tiba melotot saat melihat Ardi yang sedang bertelanjang dada.Aura maskulin Ardi terpancar, rambut hitam basah yang berserakan di dahi begitu menonjol. Pundak yang lebar dan lengan yang berotot terlihat seperti hasil pahatan. Mulut yang sedikit terbuka dan mata sorot mata yang tegas jatuh kepada Dara.Dara yang menyaks

  • Iparku Suamiku   Chapter 26

    Dara melirik keluar jendela, sudah malam hari akan tetapi Ardi belum pulang juga ke rumah. Gadis itu cepat menggeleng dan pergi, ia berusaha untuk tidak peduli dengan apa yang di lakukan pria itu di luar sana.Baru saja mengayunkan kaki lima langkah, suara mobil Ardi terdengar memasuki halaman rumah. Dara bersikap tidak peduli dan tetap melanjutkan langkah kaki nya ke kamar Nadira.Saat membuka pintu, Dara melihat ponsel nya berdering. Gadis itu segera meraih ponsel nya dan melihat nama Winda tertera di sana.Buru buru Dara mengusap layar ponsel nya ke atas dan menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya. "Halo Win, ada apa?" Sapa Dara begitu sambungan telepon terhubung. "Kamu sibuk nggak besok sore. Aku kangen kamu. Aku datang ke rumah kamu ya. Tadi aku juga udah bilang sama kak Ardi." sahut Winda."Kamu ketemu dia?" tanya Dara saat Winda menyebut nama Ardi. "Iya, tadi sore aku nggak sengaja lihat dia di restoran. Aku kira dia lagi sama kamu." suara Winda terdengar di telepon

  • Iparku Suamiku   Chapter 25

    Tidak ada gunanya berdebat sekarang, apalagi Nadira yang sedang menangis di pangkuan Dara. Ardi mengeluarkan kunci dari saku celana nya dan berjalan menghampiri pintu kamar.Ketika pintu terbuka dengan gerakan cepat Dara langsung keluar dari sana. Ia butuh waktu sendiri dan tidak ingin melihat Ardi dulu.Tangan Ardi terangkat dan spontan memijat pelipis nya yang tidak sakit itu. Ia hanya merasa pusing dengan situasi pernikahannya sekarang.Dara menenangkan Nadira yang masih menangis. Dalam beberapa saat tangis bayi itu berhenti bersamaan dengan Ardi yang juga muncul di sana."Ini. Aku bawa susu Nadira."Ardi meletakan botol susu Nadira yang sudah di buat nya di atas meja dan diam di sana beberapa saat. Dara yang menyadari Ardi belum keluar juga, mengintip dari sudut matanya. Terlihat pria itu bukannya keluar dari kamar dan malah mendekatinya dengan Nadira."Aku ingin mengucapkan selamat tidur pada nya." ujar Ardi sambil mendekatkan tubuh nya untuk mencium dahi Nadira.Melihat tubuh A

  • Iparku Suamiku   Chapter 24

    "Kamu datang." ujar Reno saat melihat Dara sudah berada di hadapannya. Lelaki itu tersenyum puas saat Dara terlihat di sana."Aku nggak bisa lama lama." cicit Dara sambil duduk. "Aku akan memesan." Reno mengedarkan pandangan mencari waitress lalu mengangkat tangannya."Aku sudah makan." sahut Dara jujur. "Kalau gitu, kita jalan. Aku juga belum merasa lapar." Reno berdiri dari duduk nya seraya meraih tangan Dara. "Ayo."Dara mendongak dan mengikut saja. Biarkan saja malam ini ia mengikuti kemauan Reno. Buru buru gadis itu mengeluarkan masker nya dan memakainya. Ia masih teringat dengan perkataan Ardi tentang seseorang yang di kenal nya bisa saja melihat nya dimana saja. Dia ingin menghindari hal itu. Ia tidak mau Ardi tahu bahwa dirinya dan Reno hanya berduaan saja."Kenapa pakai masker?" tanya Reno sambil mengernyit kan kening nya. "Bisa saja udara malam membuat ku flu." ucap Dara bohong. "Sejak kapan?""Jaga jaga saja. Aku tidak mau sakit, apalagi aku harus menjaga seorang bayi.

  • Iparku Suamiku   Chapter 23

    Pagi itu setelah berangkat nya Ardi ke kantornya, Reno muncul di depan rumah untuk menemui Dara. "Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Dara setelah membuka pintu tu dan menemukan Reno sudah berada di depan. "Aku ingin dia tahu, bahwa dia salah. Aku yang harus nya berhak atas kamu. Dia yang merusak hubungan kita, Dara." Reno masih teringat dengan kekesalannya kemarin."Ren, kamu jangan kayak gini." tampak raut khawatir di wajah Dara. Ia takut mungkin saja Ardi tiba tiba kembali atau bisa saja orang lain melihat nya sedang bersama orang lain di rumah suami nya sendiri. Ia tidak ingin kedua nya bertemu kembali. "Nggak, Dara. Biarkan aku bertemu dengan mu seperti ini. Aku melakukan hal ini, karna aku ingin juga mengerti dengan keponakan mu." ucap Reno. "Aku tahu, tapi kamu pergi ya." pinta Dara. "Nggak. Kenapa aku harus melakukannya. Biarkan saja dia melihat. Kenapa kamu membuatku merasa bahwa aku harus bersembunyi?""Maksudku bukan itu Reno."Reno tidak mengindahkan perkataan Dara d

  • Iparku Suamiku   Chapter 22

    "Sial." umpat Reno. Dara memperhatikan Reno yang menatap tajam pada Ardi. Tampak juga otot otot rahangnya menegang, "Hei. Apa anda tidak sadar, andalah yang merebut Dara dari saya. Seharusnya anda malu." hardik nya. "Bagaimanapun awalnya, nyatanya dia adalah istri saya. Apakah saya perlu membuat pengumuman di sini." sahut Ardi berusaha santai.Dara menatap wajah Ardi, "Kak."Emosi Reno perlahan memuncak. Ia mengepalkan tangannya dan mengangkat nya. Ia ingin segera memukul wajah Ardi. Melampiaskan kekesalan dan kemarahannya pada pria yang telah merebut wanita nya ini. Sudah lama ia menahan. Rasanya ia ingin menghancurkan nya sekarang."Reno jangan!""Saya sedang mengendong bayi. Disini banyak orang, anda hanya akan mempermalukan diri anda sendiri jika mencoba memukul ku. Jika anda ingin melampiaskan kekesalan anda. Silakan hubungi saya. Saya akan meladeni anda dengan baik." Ardi bersuara lagi.Terlihat Reno memperhatikan sekitar. tampak beberapa orang menyadari situasi mereka. Ia tida

  • Iparku Suamiku   Chapter 21

    Ardi langsung berjalan menuju kamar. Ia meletakan tas kerjanya serta menarik dasi kasar hingga terlepas dari kerah kemeja nya. Entahlah rasanya ia ingin marah menyaksikan istrinya sendiri sedang dikunjungi oleh kekasih nya di rumah nya sendiri dan bahkan di cium. Namun lagi lagi Ardi hanya bisa menahan nya.Setelah selesai membersihkan diri, Ardi ke arah dapur untuk mengambil air minum. Ia menemukan Nadira tertidur di ranjang dorong nya dan Dara sedang memasukan pakaian kotor ke dalam mesin. "Kak..." sapa Dara, namun tidak di gubris oleh Ardi. Pria itu hanya berlalu saja lalu membuka kulkas untuk mengambil air minum. Ardi kemudian meninggalkan dapur begitu saja, sehingga tingkahnya itu memantik tanda tanya di benak Dara.Kak Ardi terus menghindar bahkan tidak menggubris saat ku sapa. Batin Dara.Dara melanjutkan kembali aktifitasnya, walaupun dirinya juga tidak nyaman dengan situasi ini. Ia tidak bisa apa apa. Meskipun sebelumnya memang kaku, entah mengapa sekarang setelah pulang k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status