Beranda / Rumah Tangga / Istri 24 Bulan Tuan Muda / Bab 116 : Butterfly Era (3)

Share

Bab 116 : Butterfly Era (3)

Penulis: Fortunata
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-18 19:45:56

"Kamu mau apa, Za?" tanya David sambil menoleh ke arah Fauza.

"Itu..."

Fauza menunjuk sembarangan ke salah satu boneka di mesin capit. Masih tak habis pikir bagaimana David bisa dapat boneka dalam satu kali percobaan.

Dan...

Tanpa banyak basa-basi, David kembali bermain.

Bonekanya langsung terangkat sempurna.

Seekor bebek kuning mungil berpindah tangan dalam hitungan detik.

"Hebat banget!"

Lalita spontan mengacungkan jempolnya, matanya berbinar.

David nyaris salah tingkah. Wajahnya merona seketika, dan Lalita pun ikut terdiam canggung setelah menyadari rona di wajah pria itu.

Fauza kemudian menyalip ke tengah-tengah mereka dan tersenyum lebar.

"Aku bener-bener jadi topping dunia..."

Mata jahil Fauza bergantian melirik ke arah mereka berdua, membuat Lalita dan David langsung berdehem tak jelas.

"Udah ahhh, yuk cari makan!"

Lalita cepat-cepat menarik tangan Fauza, berusaha menormalkan debaran di jantungnya.

David tertawa kecil, lalu mengikuti mereka dari belakang dengan senyum lebar yan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 142 : Mereka Diam

    Sambil terus mencuri pandang ke arah pintu, Brian menyalakan ponsel Lalita dengan sangat hati-hati.Cahaya remang dari layar mulai menyala, dan suara detak jantungnya terasa seperti bergema di dalam ruangan yang sunyi.“Semoga cepet nyala... semoga cepet nyala...” gumamnya, nyaris seperti doa.Begitu ponsel menyala sepenuhnya, tanpa ragu Brian memasukkan kode sandi yang sudah ia hafal sejak lama: "010101".Dalam sekejap, layar utama terbuka. Ia langsung masuk ke WA—membuka riwayat panggilan, dan juga chat.“Kalau Lita tahu ini... bisa-bisa gue dituntut, deh. Tapi... firasat gue jelek banget. Gak biasanya dia tolak panggilan telepon kalo gak lagi meeting,” desisnya pelan, rasa bersalah mulai menggerogoti dada.Beberapa nama langsung menarik perhatiannya—ibu Aldo dan adik perempuan Aldo.Mereka terus-menerus mengirim pesan kutukan dan hinaan pada Lalita.Tidak hanya satu atau dua. Tapi puluhan... bahkan ratusan. Seperti tak ada habisnya.Menakutkan!Benar-benar seperti teror.Notifikasi

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 141

    "Lita adalah pengecualian, Brian! Dia memang pantas dapetin semua itu!" tegas Sabrina, tak sudi anaknya membela sang istri."Mama!" bentak Brian, suaranya meninggi untuk kesekian kalinya malam ini.Sabrina berakting pura-pura terkejut dengan cukup dramatis.Ia kemudian menoleh ke Diana. “Tuh, Di... kamu lihat sendiri, kan? Brian berani teriak ke tante. Sejak sama Lita, dia berubah. Padahal kamu tahu sendiri kan, Brian itu anak yang lembut... Dulu dia gak pernah begitu ke tante.”Diana terdiam. Mulutnya sempat terbuka, tapi tak ada kata yang terucap. Ia hanya menunduk sejenak... lalu bangkit dan menghampiri Brian, mengelus pelan pundaknya.“Yaan... jangan kayak gitu, ih. Minta maaf ya sama mama. Mama kamu sedih loh kalau kamu begini. Jangan durhaka, ya? Yuk... minta maaf...” bujuk Diana lembut, seperti berbicara pada anak kecil.Brian diam. Ada konflik di matanya, antara marah dan rasa bersalah karena sudah berteriak t

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 140 : Pertemuan Tidak Diinginkan

    "Perusahaan baik-baik aja. Bisnis malah makin bagus, makanya makin banyak hal yang harus dikerjain..." jawab Brian.Brian tak bohong, bisnis grup Wiguna sedang berjalan amat baik. Namun, Brian merasa bersalah seolah berbohong pada Lalita.Lalita menghela napas lega.Garis ketegangan di wajahnya perlahan mengendur.“Syukurlah kalau gitu…” ucapnya pelan.Brian menyunggingkan senyum kecil, lalu menatap Lalita tanpa berkedip. “Kenapa? Kamu khawatir sama aku?”Lalita melirik dengan tatapan malas. “Apa kamu masih perlu nanya kayak bocah gitu? Ya jelas lah aku khawatir.”Brian tertawa kecil. “Kenapa?”“Maksudnya?” Lalita mengernyit, tak paham arah pembicaraan Brian.“Iya… kenapa kamu khawatir sama aku?” ulang Brian, kali ini dengan suara lebih pelan. Tatapannya menyorot dalam, seolah ingin menggali jawaban lain.Brian tersenyum sangat l

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 139

    Penyebab ayahnya koma adalah penanganan yang terlambat.Lalita merasa jantungnya seperti ditusuk pisau—kecil, tajam, tapi menyisakan luka yang dalam dan terus menganga.Setelah mengambil uang tunai dari ATM, ia berjalan tanpa arah. Air matanya turun perlahan, membasahi pipi tanpa suara.Tangisannya terus mengalir keluar, tak bisa berhenti meski otaknya meminta demikian.Jika sekarang ia tak berada di rumah sakit, pasti Lalita sudah meraung-raung sekarang.Ia terus berkeliling rumah sakit, seperti orang linglung.Naik turun lift tanpa tujuan, menyusuri lorong demi lorong rumah sakit yang terasa makin luas dan asing. Dunia seperti memudar; hanya isak napas dan rasa sesak yang nyata.Sampai akhirnya, ponselnya bergetar.Panggilan masuk dari David.[Haloo...] jawab Lalita lesu.[Kamu di mana?][Rumah sakit. Kenapa?][Tunggu di situ. Aku ke sana sekarang.]David langsung mengakhiri panggilan begitu saja.***Tiga puluh menit kemudian, David benar-benar datang. Nafasnya terengah, sepertinya

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 138 : Masih Belum Selesai (4)

    "Berarti maksud Anda, tidak masalah jika orang yang menggantikan ayah mertua saya kinerjanya buruk? Asalkan dia sudah lama bekerja di sini?" tanya Brian tajam, matanya sedikit menyipit dan nada suaranya benar-benar tidak bersahabat.Ruangan itu seketika terasa lebih sempit. Udara seolah tertahan, dan semua mata kini tertuju pada perempuan dengan baju merah mencolok itu.“Ti… tidak begitu maksud saya, Pak…” jawab Silvi gugup, suaranya bergetar pelan.Lalita diam-diam memperhatikan wanita itu.Ia tidak mengenalnya, tapi cukup bisa menebak: usia wanita ini mungkin sebaya dengan sang ayah.Rambutnya disasak tinggi, bajunya berwarna merah terang, menyala serasi dengan tas dan sepatu.Uban di sela-sela akar rambut tampak samar—jelas ia rutin menyemirnya."Saya atasan Citra di sini," ucap Brian.Brian kemudian memandang Citra kesal, "Saya tahu bagaimana kinerjanya. Dia bahkan tidak bertanggung jawab saa

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 137 : Masih Belum Selesai (3)

    Terdengar suara getaran ponsel dari dalam saku jas Brian.Ia menunduk perlahan, lalu menarik ponsel itu dan memperlihatkannya ke semua orang di ruangan rapat yang kini menegang."Benar ini nomor Anda, kan?" ucapnya tajam.Dengan tenang, Brian meletakkan ponselnya di tengah meja, membiarkan semua orang melihat nomor yang terpampang di layar.Mata semua orang terarah ke satu titik. Nomor itu tak asing—nomor milik Silvi.Tanpa banyak bicara, Brian merogoh saku jasnya yang lain dan mengeluarkan ponsel kedua. Ia mengetik cepat dan menghubungi seseorang.[Moris, tolong bawakan surat bukti kepemilikan saham Fort ya. Saya tunggu sekarang juga.]Begitu panggilan ditutup, ia menatap ke arah semua orang yang kini terdiam—antara cemas dan bingung."Sekretaris saya sedang dalam perjalanan membawa dokumen yang dimaksud," kata Brian santai. "Bisa kita mulai sekarang, atau kalian mau menunggu dia tiba?"Keheningan menyelimuti ruangan. Tak ada yang berani menjawab.Dengan langkah mantap, Brian berjala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status