Share

Bab 34

Author: Fortunata
last update Huling Na-update: 2025-06-09 19:01:44

"Mending lo turutin Lalita karena habis ini gue perlu diskusi kerjaan sama dia. Minta tolong kerja samanya ya Aldoooo.." teriak Ivan dari sudut.

"Lo!!!"

Sebelum Aldo membalas Ivan lebih jauh, Lalita meminta Aldo untuk bergegas jika tidak ingin lembur hari ini.

"Lo pilih kerjain dan nurut kata Lalita, atau besok biar Aska atau Alina yang gue minta dateng ke sini? Ohhh, atau apa gue minta tolong Olivia aja ya?" ancam Brian.

Reputasi Citra dan Aldo akan langsung jatuh jika seisi kantor tahu pekerjaan mereka mampu diselesaikan seorang fresh graduate

"Omong kosong! Aska sama Alina aja sibuk, mana mungkin bisa dateng ke sini," gumam Aldo.

Lalita hanya bisa menggelengkan kepala mendengar kalimat itu keluar dari mulut Aldo.

Bisa-bisanya dia hanya menandai Aska dan Alina di otaknya. Apa dia tidak malu jika pekerjaannya benar-benar diselesaikan Olivia?

"Saran gue sih perhatiin kata-kata lo depan Brian kalo mau karir lo am

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 100 : Pertengkaran Pertama (2)

    “Mau sampai sejauh mana lagi lo bikin gue malu, Brian?”Suara Lalita pecah. Getarannya menggema di ruangan sunyi itu.Mata beningnya kini penuh air, nyaris tumpah, namun ia mencoba bertahan.“Gue gak ngelarang lo mau berumah tangga sama Diana habis kita cerai. Mau lo umumin ke semua orang kalau dia cinta sejati lo juga gak masalah...” Ia berhenti sejenak, menarik napas, “...Tapi bisa gak, jangan bikin gue jadi badut? Bisa gak lo respect temen lo ini, sedikit aja, Brian?”Tangis yang ditahannya sejak tadi akhirnya pecah. Air mata mengalir deras di pipi Lalita.Suara tangis Lalita benar-benar pilu.“Dan lagi, lo perintahin gue buat temenin Diana. Gue bukan karyawan lo, ya! Gue pertegas sekali lagi, gue bukan karyawan lo di rumah! Kita partner! Partner yang bersatu karena kebutuhan. Kita sama-sama butuh satu sama lain, Brian!”Brian tak bisa berkata apa p

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 99 : Pertengkaran Pertama

    Benar saja, begitu jam pulang kerja tiba, Lalita langsung melangkah cepat, hampir seperti berlari kecil, meninggalkan kantor tanpa banyak bicara.Dari kejauhan, Moris—yang ditugaskan Brian untuk mengawasi Lalita secara diam-diam—sudah sigap mengambil foto. Dalam waktu singkat, pesan masuk ke ponsel Brian, disertai gambar.Lalita terlihat berjalan bersama seorang perempuan.Brian menatap layar ponselnya. Fauza.“Ahh... dia beneran pergi sama Fauza,” gumam Brian, separuh lega, separuh kesal.Ponselnya kembali bergetar.[ Yan... Kamu pulang jam berapa? Ayo pulang bareng. ]Pesan dari Diana.Brian mengetik cepat.[Kamu duluan aja tunggu di rumah. Aku perlu lembur.]Tanpa pikir panjang, ia langsung bergegas meninggalkan kantor dan menyetir menuju apartemen Lalita.Moris kembali mengirim pesan. Kali ini dengan foto baru: Lalita dan Fauza duduk santai bersama s

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 98 : Makan malam lagi (2)

    Hadi tersenyum.“Masih... Papa masih sayang sama mama tiri kamu. Hubungan kita adem dan bahagia. Papa gak nyangka semua ini bakal jadi begini.”Restoran yang ramai itu entah mengapa terasa hening, seperti ikut mendengarkan.“Jangan bilang papa ada niat maafin dia,” ucap Lalita, suaranya meninggi, “Anaknya udah fitnah aku loh, Pa!”Hadi menunduk sesaat, lalu tersenyum getir. Meratapi nasib dan tindakannya yang miris ini.“Justru karena itu papa gak akan bisa maafin dia,” ucapnya pelan. “Selama ini dia bohongin papa. Dan bisa-bisanya anaknya fitnah kamu. Padahal papa udah anggap Citra anak papa juga. Gak pernah papa bedain dia sama kamu.”Lalita mendengus pelan. Ada segurat amarah dan kepedihan di sana.Ia ingat betul bagaimana dulu Hadi seringkali lebih melindungi Citra, seolah Lalita hanya peran pendukung dalam hidup baru ayahnya.“Maafin papa…” kata

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 97 : Makan malam lagi

    Sesampainya di kantin, wajah Lalita kembali tertekuk.Ivan hanya menghela napas kasar. Jujur saja, ia bingung harus bereaksi bagaimana.Dari sorot mata Lalita, jelas sekali bahwa yang sedang ia hadapi bukan cuma soal luka fisik atau perasaan dikhianati.Ada sesuatu yang lebih dalam, mengganjal… dan belum ia ceritakan.Di sisi lain meja, Olivia menyikut pelan lengan Fina, mengarahkan dagunya ke satu titik. Fina mengikuti arah pandangannya—dan langsung menegang.Diana baru saja masuk ke kantin… bersama Brian.Lalita menegang di tempat duduknya. Mulutnya terkatup rapat, napasnya tertahan.“Dari sekian banyak tempat, kenapa harus ke sini sih?!” teriaknya dalam hati.“Cewek cakep dateng, guys!” bisik Ivan setengah bercanda, mencoba meringankan suasana, padahal wajahnya sendiri penuh rasa canggung.“Hai! Kita ketemu lagi…” sapa Diana ramah, suaranya terdengar terla

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 96 : Lama tak bertemu (3)

    “Kurang lebih Vivi ngerti banget posisi lo sekarang,” ucap Fauza pelan.Tatapannya tertuju pada Lalita yang kini tampak lebih tenang meski raut wajahnya masih menyimpan luka.“Dan karena itu juga kita gak pergi ke reuni,” tambah Nancy sambil menyeruput minumannya.Lalita mengerutkan dahi. Baru sekarang ia sadar bahwa Vivi dan Nancy itu memang tak tampak saat reuni kemarin.“Gue juga sebenernya males dateng,” celetuk Fauza ringan. “Cuma karena Lita bilang mau pergi aja makanya gue dateng. Kalo enggak ya udah, ogah banget ketemu orang-orang itu.”Nancy mengangguk sambil memutar gelas. “Dan hasilnya ya itu kan… yang kemarin lo ceritain. Lita dibikin malu di depan temen-temen. Memang bener gak usah dateng…”“Iya… males banget liatnya,” sahut Fauza getir.“Seinget gue Diana juga pernah godain suami lo kan ya?” tanya Fauza pada Nancy.

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 95 : Lama tak bertemu (2)

    “Bisnis orang tua kan…” ucap Nancy dengan nada bercanda, tapi Fauza hanya mencibir ringan.Saat obrolan ringan mereka berlanjut, wajah Fauza tiba-tiba berubah kesal. Ia baru saja melihat sesuatu di ponselnya.Matanya menyipit, rahangnya menegang sebentar.“Lo kenapa?” tanya Vivi sambil meliriknya dengan penasaran.“Gak, gak penting.” Fauza cepat-cepat memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berusaha menormalkan wajahnya. “Yuk, lanjut main.”Permainan kembali dimulai.Smash satu dari Vivi—tajam dan cepat.Smash dua—masih dari Vivi, kini diarahkan ke Fauza.Smash ketiga datang dari Fauza sendiri—dengan kekuatan penuh, hampir membuat shuttlecock mental ke dinding.Vivi dan Fauza benar-benar mendominasi lapangan.Gerakan mereka lincah, penuh semangat. Nancy pun tak kalah gesit, selalu bisa mengembalikan smash dengan presisi yang membuat La

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status