Share

Bab 5 : Debaran Aneh

Penulis: Miss han
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-11 12:46:13

Rania tersentak ketika merasakan sesuatu menimpanya. Belum sempat memahami situasi, ia mendapati dirinya terbaring di lantai dapur, dengan tubuh Aidan menindihnya. Dunia seperti melambat sejenak. Aroma khas parfum Woody oud yang digunakan Aidan tercium memenuhi indera penciumannya, napasnya masih sedikit terengah akibat jatuh mendadak. Wajah mereka begitu dekat hingga Rania bisa melihat dengan jelas bulu mata Aidan yang tebal, tatapan matanya yang membulat karena keterkejutan, serta garis rahangnya yang menegang. Lalu, ia mulai merasakan kehangatan di bibirnya.

Rania membeku. Napasnya tertahan. Begitu juga Aidan. Detik itu juga, kesadaran menghantam mereka berdua. Mereka tidak sengaja berciuman.

“Kalian?” teriak seseorang. “Oh my God! Aidaaaa!” Suara nyaring itu memecah keheningan. Kali ini baik Aidan maupun Rania bisa menebak siapa yang datang dan mengejutkan mereka.

Rania dan Aidan spontan menoleh ke arah pintu dapur. Larissa berdiri di sana, matanya membelalak, ekspresinya campuran aduk antara terkejut, marah, dan tidak percaya. Ia langsung mendorong tubuh Aidan, wajahnya panas karena malu. Aidan, yang masih sedikit linglung, buru-buru bangkit dan mengusap kepalanya yang terbentur meja saat jatuh tadi.

Larissa melangkah masuk, sorot matanya menusuk ke arah mereka berdua. “Apa yang baru saja kulihat?” Suaranya bergetar, entah karena emosi atau keterkejutan.

Rania buru-buru berdiri, membersihkan bajunya yang belepotan adonan. Tangannya masih lengket dengan adonan yang tadi nyaris jatuh ke lantai. Ia bersikap seolah tidak peduli dan berniat tidak ingin menjawab pertanyaan Larissa. Biar Aidan saja yang memberi penjelasan pada perempuan gatal itu.

“Enggak kayak yang kami pikirkan, Larissa,” ucap Aidan berusaha terlihat tenang. Ia menarik Larissa menjauh dari dapur.

“Bukan seperti yang kupikirkan?” Larissa menyela dengan nada tajam. “Jadi aku harus berpikir apa, hah? Aku baru saja melihat kalian ….” Ia berusaha menahan geram tidak bisa mengatakan apa yang baru saja dilihatnya.

Aidan menghela napas panjang, berusaha meredakan ketegangan. “Larissa, tenang! Ini cuma kecelakaan.”

“Kecelakaan?” Larissa menyipitkan mata, telunjuknya terangkat, menuding Rania. “Kamu memanfaatkan situasi ini, kan?”

Rania menatapnya, awalnya hendak tidak peduli, tetapi kemudian ia mendengar nada tuduhan dalam suara Larissa. Ia tertawa kecil dan menusuk. “Ngapain ngambil kesempatan, enggak peduli!” 

Aidan menoleh ke Rania, tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi Larissa lebih dulu berseru, “Halah, enggak usah pura-pura sok suci, bilang aja kalau kamu tergoda Aidan!”

Aidan menutup mata sesaat, tampak lelah menghadapi situasi ini. Sementara Rania sudah muak dengan drama yang tak perlu ini. Toh, apa salahnya dia berciuman dengan suami sahnya. Ya, jika pernikahan ini dikehendaki Aidan. Kenyataannya tidak.

Dengan tenang, ia melewati Larissa. “Silakan kalian lanjutkan! Aku nggak tertarik ikut campur.” Rania pun pergi meninggalkan Aidan yang berusaha menenangkan Larissa yang masih marah.

Saat berjalan ke kamar, kejadian tadi berputar di kepalanya. Ia menyentuh bibirnya yang masih terasa hangat. Ia benci mengakui bahwa detik itu juga jantungnya berdetak lebih cepat. Dari depan kamarnya di lantai dua, samar-samar terdengar suara Aidan yang sedang merayu Larrisa. Rasanya sedikit perih mendapati laki-laki yang seharusnya merayunya malah merayu wanita lain di hadapannya. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa sampai kontrak itu selesai ia akan terikat dengan Aidan.

Setelah sampai di kamarnya, Rania menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menutup mata. Namun, suara debat mereka masih terdengar samar. Ia menarik napas dalam, mencoba mengabaikan semuanya.

Saat ia hampir terlelap, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.

Reza: “Boleh bicara sebentar? Aku butuh bantuan untuk proyek baru.”

Rania menatap layar ponselnya. Ada perasaan aneh menjalar di dadanya. Apakah ini hanya soal pekerjaan? Ataukah Reza punya maksud lain? Jujur, ia terkejut dengan kehadiran pria yang dulu pernah dikagumi itu.

Rania menggigit bibir, ragu-ragu sebelum akhirnya mengetik balasan. Namun, sebelum ia sempat menekan tombol kirim, terdengar ketukan di pintu kamarnya. Dahinya berkerut. Tumben sekali Aidan mengetuk pintu kamarnya. Mungkin saja suaminya itu ngin melanjutkan perdebatan yang tertunda. Namun, saat pintu terbuka, sosok yang berdiri di sana bukan Aidan.

Rania menatap wajah yang ditekuk di ambang pintu. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang tidak bisa Rania baca, marah? bingung? Atau … sesuatu yang lain?

Rania menyilangkan tangan di dada. “Apa lagi?” tanyanya datar.

Larissa diam sesaat, seolah ragu untuk berbicara. Lalu, dengan suara lebih pelan dibanding sebelumnya, ia berkata, “Maaf tadi aku salah sangka. Aku cuma ingin memastikan satu hal.”

Rania mengangkat alis, sedikit terkejut dengan permintaan maaf Larissa yang tiba-tiba. Namun, ia menunggu kelanjutan drama yang akan dibuat perempuan gatal itu.

Larissa menatapnya lurus-lurus. “Apa kamu menyukai Aidan?”

Pertanyaan itu seperti mengerem mobil mendadak saat ada pengguna jalan lain yang tidak tertib. Rania mengerjap, terkejut, tetapi berhasil menggelitiknya, “Apa?” Rania berusaha mentah tawa.

“Aku serius,” kata Larissa, masih menatapnya tajam. “Jawab aku, Rania.”

Rania menghela napas. “Aku nggak ngerti kenapa kamu tiba-tiba berpikir seperti itu.”

Larissa tertawa kecil, tapi terdengar getir. “Jangan pura-pura bodoh. Kamu tahu, kan? Pernikahan kalian hanya kontrak, jadi aku harap kamu tidak berharap banyak pada Aidan. Jangan coba-coba menggoda Aidan lagi.”

“What?” pekik Rania dibuat bingung. Harusnya dia yang mengatakan hal itu, dunia sungguh sudah terbalik.

Rania berusaha menahan diri untuk tidak mengumpat. Ia tidak pernah ingin terlibat dalam hubungan Aidan dan Larissa. Ia hanya ingin menjalani kehidupan nikah kontraknya dengan tenang. 

“Dengar, aku nggak tahu apa yang terjadi antara kalian, dan aku juga nggak mau ikut campur. Jadi jangan libatkan aku dengan drama percintaan kalian yang mirip anak Abege!”

Larissa menatapnya tajam, tetapi kemudian tertawa mencibir. “Baiklah. Awas saja kalau sampai jatuh cinta sama Aidan.”

Tanpa berkata apa-apa lagi, Larissa berbalik dan pergi. Rania masih kebingungan diambang pintu kamarnya melihat tingkah perempuan yang telah menjadi janda itu. 

“Dasar wanita aneh!” sungutnya. “Gimana kalau aku bikin Aidan jatuh cinta apa enggak kepanasan tuh perempuan!” 

Belum sempat Rania menutup pintu secara sempurna, ponselnya berdering. Ia beranjak dan menatap benda pipih yang tergeletak di ranjang. Foto Reza terpampang di layar. Setelah beberapa detik meragu, ia akhirnya menekan tombol menerima panggilan.

“Halo, Rania.”

“Hai, Pak Reza. Maaf tadi ada urusan saya belum sempat membalas pesannya.”

“Ran, kan aku sudah bilang kalau hanya berdua, panggilan aku Reza aja!”

“Oiya, Mas. Maaf!” Rania mengetuk dahinya pelan, merutuki rasa groginya. “Mas, butuh bantuan apa?”

“Aku butuh bantuan untuk proyek baru. Aku ingin mendiskusikan sesuatu yang mungkin cocok buat kamu. Kita bisa bicara sekarang, atau kamu sudah mau istirahat?”

“Bisa. Tapi proyek seperti apa, ya Mas?”

“Ini soal ide  yang sedang aku garap. Aku butuh seseorang untuk membantu riset dan memberikan perspektif lain.”

Rania tersenyum kecil. “Wah, kedengarannya menarik, Mas.”

Mereka mulai mengobrol santai tentang proyek dan sesekali mengingat masa lalu.  Tanpa Rania sadari, seseorang di balik pintu kamar sebelah sedang mendengarkan.

Aidan bersandar di pintu kamarnya, wajahnya tanpa ekspresi. Namun, ada api ketidaksukaan dalam tatapannya, sesuatu yang tidak ia sadari sebelumnya. Ia tidak suka mendengar Rania berbicara dan tertawa dengan seseorang di seberang sana. Tawa yang baru pertama ia lihat dari tempatnya bersembunyi.

Telinganya menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Rania, setiap tawa kecil yang terdengar di antara percakapan itu dan hal itu membuatnya kesal. 

Brukk!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 45 Kakutan Kalina

    Rania yang telah tidur tiba-tiba terbangun karena mimpi buruk. Rania duduk di ujung ranjang dengan pandangan kosong. Tangannya gemetar, dan untuk sesaat ia merasa seperti kembali menjadi gadis remaja yang hanya bisa menahan air mata di pojok kamar, saat Kalina kembali memanggilnya “anak titipan,” “si yatim,” atau “anak pengganti” yang katanya telah mencuri kasih sayang tantenya.Aidan yang belum tidur segera bangkit dan memberikan segelas air pada istrinya. “Yang … are you okey?”Rania mengangguk pelan, tetapi air matanya mulai jatuh tanpa bisa dicegah. “Dulu aku pikir semua itu udah selesai, Mas. Tapi ternyata … dia masih marah. Padahal itu bukan mauku.”“Hey, kamu kenapa?” Aidan mendekat dan memeluk bahunya, membiarkannya menangis sejenak.“Akiu mimpi Kalian, Mas.”“Okey, itu hanya mimpi, Yang. Ada yang mau kamu ceritain biar lega?”Rania terdiam sejenak, ia mencoba mengatur napasnya dan bersandar pada dada Aidan.“Ak

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 44 Gosip

    Hubungan Aidan dan Rania terus membaik, bahkan keduanya sekarang lebih sering menghabiskan waktu berdua. Meskipun terkadang Aidan tampak melamun, tetapi kehadirannya dan pengakuan Aidan yang mulai mencintai Rania, membuat gadis itu berbunga-bunga. Keduanya mulai bisa menerima satu sama lain.Seperti hari ini, suasana ruang tamu rumah Aidan dan Rania pagi itu cukup tenang. Rania menata bunga di vas kaca kecil di meja, sementara Aidan duduk di sofa membaca laporan kerja dari tablet.“Mas, bisa enggak kalau lagi libur itu enggak usah sambil kerja?” tanya Rania saat melihat Aidan yang terlalu fokus pada benda tipis di pangkuannya. “Sedikit lagi, Yang,” ucap Aidan lembut.Namun, ketenangan itu buyar saat suara bel rumah terdengar dipencet berulang kali.Rania bergegas membuka pintu. Betapa terkejutnya ia melihat Kalina berdiri di depan rumah, mengenakan blazer krem dan celana panjang hitam, wajahnya merah pa

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 43 Ancaman

    Rania masih duduk di sudut kafe bersama Reza setelah pertemuan dengan klien selesai. Suasana kafe yang semula tenang, mulai terlihat ramai dengan pengunjung yang berdatangan. Jam pulang kantor kafe-kafe mulai penuh dengan karyawan yang ingin melepas penat sebelum pulang. Reza meletakkan cangkir kopinya yang tinggal setengah. Tatapannya kembali menyelidik ke arah Rania.“Ran,” ucapnya pelan. “Aku cuma mau pastikan. Kalina yang kamu maksud tadi itu, Kalina yang dulu sering kamu ceritain. Sepupu yang sering ngebully kamu di rumah?”Rania mengangguk pelan, sambil memainkan sendok kecil di piring dessert-nya.“Iya. Dia, cukup bikin hari-hariku berat waktu SMA bahkan hingga sekarang, Mas.”Reza mengernyit, wajahnya terlihat bersalah. “Ya ampun, Ran. Aku enggak tahu kalau kamu pernah sesulit itu karena sahabatku. Aku minta maaf.”“Kenapa Mas Reza minta maaf? Kan, Kalina yang salah!”“Iya, aku sebagai sahabatnya enggak nyangka aja Kalina yang lembut bisa sebar-barb itu. Nanti aku bilangin d

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 42 Hamil

    Pagi datang lebih cepat dari yang Rania harapkan. Setelah kemarin dihabiskan dengan suasana hangat bersama Aidan. Saling mengenal dan membangun hubungan keduanya yang mulai berwarna, meskipun Aidan masih terlihat cuek. Kini ia kembali harus menghadapi dunia kerja. Dunia di mana segala ketegangan bisa terjadi, termasuk bertemu Reza, sosok yang kini dicurigai Aidan.Rania menyiapkan dirinya dengan lebih hati-hati pagi itu. Ia mengenakan blouse putih gading, rok hitam selutut, dan syal tipis berwarna biru muda. Make up-nya sederhana, hanya polesan tipis agar tampak segar. Saat berangkat, Aidan hanya menatapnya singkat dari meja makan, tapi dari sorot matanya, ada kekhawatiran dan sedikit cemburu.“Mas, aku berangkat ya. Doain lancar.”Aidan mengangguk. “Ya.”Rania mengecup punggung tangan Aidan, mulai pagi itu ia akan diantar jemput oleh sopir pribadi Aidan.Di kantor, semuanya terlihat seperti biasa. Reza yang biasanya santai, pagi ini sudah duduk di ruang meeting sambil menatap laptop.

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 41 Kerjasama

    “Oke kalau itu keputusan kamu,” jawab Aidan dengan wajah terlihat lebih bersahabat. “Kaarena kamu hari ini sudah aku buat bete, jadi aku akan kasih kamu treatment sebelum tidur.”“Treatment?” tanya Aidan sambil mengerutkan dahi.“Iya, Treatment. Malam ini aku pastikan kamu relaks dan tidur cepat,” ucap Rania sambil mengeringkan mata.Aidan menahan senyumnya. Ia sudah tidak marah, tetapi gengsi mengakuinya jadi ia hanya terdiam pasrah ketika Rania mulai melakukan treatment. Rania berdiri dan menarik tangan Aidan untuk ikut berdiri. “Ganti baju dulu, nanti aku siapin air hangat buat pijat. Badan kamu pasti pegal karena selama ini jagain aku.”Aidan mengikutinya ke kamar mandi. Setelah beberapa menit, ia keluar dengan kaos santai. Rania sudah menunggu di tepi ranjang, memegang minyak pijat dan handuk hangat.Rania mulai memijat perlahan pundak dan punggung Aidan. Sentuhannya lembut, penuh perhatian. Sesekali ia meniup pelan kulit leher Aidan, membuat pria itu memejamkan mata dan menghe

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 40 Salah Paham

    “Reza?” gumam Rania pelan, seolah tak percaya dengan sosok yang baru saja lewat.Pria bertubuh tegap itu menoleh cepat, lalu tersenyum dengan mata berbinar saat melihat Rania. “Ran!” sapanya sambil berjalan mendekat. Tatapannya hangat, tetapi sedikit terkejut saat melihat Aidan duduk di hadapan Rania.“Hai, Pak Reza.” Rania menyambut dengan senyum ramah.Aidan hanya menatap Reza sekilas, kemudian kembali ke makanannya tanpa memberi sapaan. Sorot matanya jelas menunjukkan ketidaksukaan, dagu yang mengeras dan jemari mencengkeram garpu sedikit lebih kuat dari biasanya.Reza berdiri di samping meja, lalu melirik ke arah tangan Rania yang kini tanpa perban. “Oh, hari ini kamu lepas perban. Gimana tangannya kata Dokter?”“Masih agak nyeri sih, tapi udah jauh lebih baik,” jawab Rania.Reza mengangguk. “Baguslah. Padahal tadinya aku mau nemenin kamu ke dokter, tapi maaf, ada meeting hari ini. Tuh, anak-anak ada di sana mau makan siang.” Rania hendak menjawab, tetapi Aidan memotong lebih dul

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status