Share

Istri Bayaran Untuk Tuan Muda
Istri Bayaran Untuk Tuan Muda
Author: Andriani Keumala

Bab 1. Pertemuan Tidak Terduga

Herin Raveena adalah seorang gadis yang berusia 20 tahun. Di usianya yang masih muda, dia hidup sebatang kara. Sejak kecil dia diasuh oleh tante lantaran kedua orang tuanya sudah meninggal. Pada usia 15 tahun, Herlin kehilangan tante beserta calon keponakannya gara-gara keluarga dari pihak suami tante. Mereka tidak menyetujui atas pernikahan itu.

Sejak saat itu, Herlin berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia bekerja sampingan untuk membantu biaya sekolah dan juga biaya masuk ke Universitas. Semua pekerjaan dia lakoni demi bisa menyelesaikan kuliah. Dia bertekad akan lulus kuliah secepatnya dan bisa bekerja di perkantoran. Supaya bisa hidup dengan layak.

Namun sayangnya, Herlin baru saja dikeluarkan dari dua pekerjaan dalam seminggu. Dia memiliki tiga pekerjaan sampingan. Pagi harinya bekerja di toko sebagai pengangkut barang. Di waktu siang sampai sore dia akan bekerja sebagai pelayan. Kemudian pada malam hari sampai jam dua belas malam, dia bekerja di minimarket.

Herlin hanya tidur beberapa jam dalam 24 jam. Hal itu sudah dia lakukan sekitar 3 tahun demi mencukupi biaya kuliah dan sehari hari. Minggu kemarin, dia dipecat karena tidak sengaja merusak peralatan toko ketika menangkap maling. Pihak toko tidak mau tahu dan langsung memecatnya. 

Tadi siang Herlin juga dipecat dari cafe karena menghajar salah satu pengunjung yang kurang ajar. Pengunjung itu berani menyentuh tubuhnya. Pengunjung itu semakin menjadi, dia membalas Herlin sehingga membuat Herlin terkena serpihan kaca di lengannya.

Sang pemilik toko malah membela pengunjung. Mereka lebih mementingkan pengunjung daripada pelayan. Pelayan bisa dicari kapan saja. Mereka takut para pengunjung kabur, apalagi cafe itu salah satu cafe yang digemari oleh anak-anak orang kaya. 

Sekarang Herlin berada di rumah sakit. Dia baru saja selesai mengobati lengan yang terluka. Jatah jajan selama seminggu habis untuk biaya berobat.

"Kalau tahu mahal begini, lebih baik aku beli betadin saja tadi," ujar Herlin menatap dompetnya yang sudah kosong melompong. 

Herlin dipecat juga tidak diberi pesangon sedikitpun. Sekarang harapan dia hanya tinggal bekerja sebagai kasir di minimarket. 

"Kayaknya, besok aku harus cari pekerjaan lain. Kalau begini terus, uang kuliah aku bisa menunggak," gumam Herlin memikirkan pekerjaan apa yang harus diajari dan sesuai dengan jadwal kuliah.

Ketika Herlin berjalan di lorong rumah sakit ingin menuju ke lobi, dia tanpa sengaja malah tersesat ke tempat VIP. Kakinya terus berjalan tanpa dikomando oleh pikiran. Pikirannya hanya terfokus mencari pekerjaan baru.

"Kenapa aku malah nyasar ke sini," ucap Herlin melirik ke kiri dan ke kanan.

Herlin baru menyadari dimana dia berada sekarang. Dia bisa mendengar salah satu ruangan VIP yang berada di dekatnya sedang berdebat. 

"Lepas! Lepaskan aku. Aku tidak mau makan," teriak seorang laki-laki dari dalam ruangan VIP tadi. 

Herlin yang sangat kepo mengintip dari balik pintu yang terbuka. Di dalam sana ada 4 orang, satu suster dan dokter. Lalu ada dua pria yang sebaya, satu menggunakan baju rumah sakit dan satu lagi pakai baju jas.  

"Tuan, Tuan Muda harus makan," bujuk pria berjas.

"Aku tidak mau makan. Aku mau pulang," balas pria yang menggunakan baju rumah sakit dengan marah dan membuang muka. Persis seperti bocah yang menolak makan.

"Kalau Tuan Muda tidak makan, Tuan Muda bisa sakit dan tidak bisa pulang."

"Aku tidak peduli. Aku mau pulang!"

Pria itu melepas paksa selang infus dari tangannya dengan sekali tarik. Herlin yang menyaksikan dari tadi nyeri sendiri melihat adegan itu. Mana pria itu tidak terlihat sakit sama sekali.

"Tuan Muda! Apa yang Tuan lakukan!" teriak mereka bertiga menangkap tuan muda yang ingin kabur.

"Apa susah tinggal makan doang. Apa dia tidak tahu bagaimana susahnya dapat uang," cibir Herlin yang yang tidak suka sama orang yang pilih-pilih makanan.

Mata Herlin beralih ke atas meja yang disuguhi banyak banyak makanan. Ada banyak buah segar dan makanan mewah lainnya. Bahkan ada makanan yang belum pernah dilihat olehnya.

Herlin langsung tergiur hanya melihat saja. Air liurnya sampai menetes membayangkan jika makanan itu masuk ke dalam mulutnya.

"Sepertinya, bebek panggang itu terlihat sangat enak," ucap Herlin yang sudah terhipnotis oleh makanan di atas meja.

Herlin tanpa sadar melangkah masuk ke dalam kamar tersebut. Dia dari pagi belum sempat makan karena sedang berhemat. Biasanya dia akan memakan makanan pelanggan yang tidak tersentuh. Orang kaya sering sekali memesan makanan banyak tapi tidak mau memakannya.

Sekarang Herlin tidak akan bisa melakukan itu. Uangnya juga sudah habis untuk berobat. Jadi dia hanya bisa membeli sepotong roti untuk nanti malam agar dia bisa tidur.

Orang-orang yang ada di kamar seketika menoleh ke arah Herlin yang menuju ke makanan. Pria yang seperti anak kecil itu yang pertama kali menyadari kehadiran Herlin. Dia menatap Herlin begitu lekat. Sehingga membuat tiga orang lain menatap ke arah Herlin yang mengendap-endap.

"Nona siapa," tegur pria berjas.

Herlin mengedipkan matanya beberapa kali. Kemudian dia mau menyadari sudah masuk ke dalam ruangan tersebut. Tangannya juga hampir mencapai bebek panggang yang menarik perhatian. Seketika dia sangat malu karena sudah bersikap seperti seorang maling.

'Herlin, apa yang kamu lakukan. Kamu memang lapar, tapi jangan bersikap konyol seperti ini,' batin Herlin ingin menghilang dari sana.

Herlin memukulkan kepalanya dengan menggunakan kedua tangan. Dia sungguh malu dan ingin membunyikan wajahnya di dalam tong sampah. Seumur hidup, dia belum pernah bersikap seperti itu.

'Tapi, bebek itu terlihat lezat,' batin Herlin masih sempat melirik ke arah meja.

Pria yang dipegang oleh dokter dan pria berjas dengan sekuat tenaga melepaskan diri dari mereka. Dia dengan cepat turun dari ranjang pasien dan berjalan ke arah Herlin. Matanya sama sekali tidak lepas dari Herlin. Tanpa aba-aba, dia langsung memilih Herlin dengan kuat.

"Tuan Putri, Putrinya Nathan," ujarnya dengan riang gembira.

Herlin membeku di tempat karena pria aneh itu memeluknya dengan erat. Pria itu juga dengan mudahnya mengangkat tubuh Herlin lalu mengajak Herlin berputar-putar dengan tubuh Herlin yang menggantung. 

Herlin yang tadinya malu sekarang jadi pusing dengan tingkah pria itu. Perutnya yang kosong dan diajak mu tar hm iya d membuat perutnya ikut mual.

"Lepas!" teriak Herlin dengan kuat memukul punggung pria aneh tersebut.

Tubuh Herlin memang kecil, tapi jangan menganggap tubuh kecil lemah. Kecil kecil dia sering dibilang cabe rawit. Dia sudah terbiasa mengangkat barang berat sehingga membuat dia jadi kuat tanpa perlu olahraga lagi. Dia dengan mudah bisa membanting pria normal. 

"Tuan Muda, apa yang Tuan Muda lakukan. Lepaskan Nona itu," suruh pria berjas.

"Lepas!" teriak Herlin yang hampir kehabisan nafas. 

Pria itu terlalu kuat dan dipenuhi oleh otot. Herlin bisa menilai dari pelukan pria itu. Tubuh mereka berdua menempel satu sama lain.

"Tidak, Nathan tidak mau melepaskan Tuan Putri. Tuan Putri milik Nathan," tolak pria yang mengaku dirinya sebagai Nathan. 

"Kamu gila ya! Aku ini bukan milik kamu. Lepas!" teriak Herlin semakin keras tepat di wajah Nathan.

"Tidak!"

Herlin tanpa pikir panjang menghantam kepalanya dengan Nathan dengan keras. Dia tidak mau mati gara-gara dipeluk pria aneh. 

"Argh!" teriak Herlin kesakitan.

"Tuan Muda!"

"Nona!" teriak pria berjas kaget melihat kenekatan Herlin.

Pria berjas itu takut jika Herlin gegar otak. Soalnya, kepala tuan muda lebih keras dari siapa baik luar dan dalam. Jadi, bagi tuan muda itu bukan masalah besar.

Nathan berkedip-kedip mata dengan pelan. Dia terkejut dengan reaksi Herlin. Seharusnya sang putri akan senang bertemu dengan pangeran.

"Argh! Kepalaku sakit!" teriak Herlin memegang kepala yang masih berdenyut.

Herlin bingung, tadi dia membentur kepala orang atau batu. Dia sudah beberapa kali membentur kepala dengan orang yang berani mengganggunya. Tapi tidak pernah sesakit itu.

"Nona, Nona tidak apa?"

Pria berjas ingin menolong Herlin. Tangannya terjulur ingin memeriksa kondisi Herlin. Tapi, sebelum tangan itu menyentuh Herlin, Nathan memukul tangannya dengan kuat.

"Jangan sentuh-sentuh tangan Tuan Putriku," klaim Nathan.

Bersambung ….

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status