Selingkuh Tanpa MenyentuhSetelah berhasil kabur dari area berdarah itu, ya, terlalu berlebihan sepertinya, tapi serius itu sangat menjengkelkan. Melihat mereka selalu beradu argumen, berbicara mengenai banyak hal, untungnya mereka masih begitu menahan diri, tidak ada pertengkaran, dua duanya seperti sudah sangat ahli, yang satu tukang koreksi, serba tahu, serba berpengalaman dan yang satu tukang pamer, wah lengkap sudah.Setelah berbelanja di bang Trimo, aku langsung mendatangi rumah bu RT.“Bu Hesti, wah, tadi saya lihat Tom and Jerry, Even if they are teasing and fighting, they still can’t live without each other,” ucap bu RT.“Ya, mereka saling membutuhkan, untuk menyalurkan semangat dan hasrat,” ucapku seraya tersenyum seraya menatap ke rumah bu Wahyu, lalu bu Edi.“Ayo bu Hesti masuk, yang bu Hesti dan bu Anna pesan sudah saya siapkan,” ucap bu RT.“Iya bu RT, ini saya titip dulu di lemari pendingin bisa?” tanyaku seraya memperlihatkan beberapa bahan makanan yang baru saja saya
Ternyata“Bu RT, apa ada selingkuh yang seperti itu? sangat mengerikan,” tanya bu Anna.“Ya, of course,” ucap bu RT yakin.“Selingkuh tanpa menyentuh, awalnya nyaman, jadi keterusan,” ucapku.“Iya bu Hesti, itu benar sekali, itu memang awalnya, jangan tanya, bisa merusak segalanya,” ucap bu RT.“Apa bu Anna pernah khawatir suami bu Anna berbuat yang tidak tidak di luar?” tanyaku penasaran karna suami bu Anna lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota.“Suami saya biasanya menetap di satu kota, istilahnya kota kota, mengantar beberapa barang dari sebuah pabrik ke kota lain, cukup menghasilkan, tetapi tidak bisa sering pulang. Saya sih tidak masalah, ibaratnya hanya seperti permen,” ucap bu Anna.“Candy?” tanya bu RT dengan mata bulat penuh.“Iya bu RT, permen, sekali hisap habis, ya ndak papa, kalau istri kan permen karet, nempel terus, kalau bisa cari tempat menempel yang pas, di rambut atau di baju, tidak akan bisa lepas,” ucap bu Anna.Aku terdiam, sungguh wanita ini memiliki hati
Mencari KebenaranAku menyiapkan makan siang, berupa nasi, ayam acar, juga jus kesukaan mas Hanung, jus mangga manis, dari mangga yang aku beli di supermarket kemarin.“Akhirnya siap,” gumamku. Aku menata makanan ini dengan begitu cantik, dengan harapan dia terkesan dengan perhatian sederhana ini.“Aku harus menyiapkan strategi supaya mas Hanung tidak curiga, ya, dulu aku sering memberikannya makanan, tapi setelah ada Bintang, aku sedikit mengalami kerepotan, tidak sempat lagi memberikan perhatian perhatian kecil, ya, aku harus punya rencana,” ucapku.Aku mengambil celana dan jaket hitam di lemari.“Apa masih muat?” tanyaku seraya melihat ke arah celana yang sebelumnya sering aku pakai, ya sebelum berat badan melonjak karena melahirkan anak kedua.“Aku coba saja,” ucapku.Aku mencoba celana jeans hitam itu, wah rupanya butuh kesabaran karena sekarang ukuranya menjadi sangat mepet, bahkan terlihat seperti lontong yang diikat ikat.“Apa celana ini mengecil?” gumamku.“Wah,” ucapku setel
Mulai AgresifDi kantor Hanung.“Permisi pak Hanung, ada kiriman dari istri bapak,” ucap resepsionis wanita yang bernama Maria itu.Hanung terlihat bersiap untuk makan siang.“Maria, baiklah, terimakasih,” ucap Hanung seraya menerima paket itu.“Wah, Hesti membuatkanku makan siang?” ucap Hanung dalam hati setelah melihat kiriman itu berupa kotak makan susun dua.Sebelum membuka paket itu, Hanung meraih ponselnya, menulis pesan yang rencananya akan dikirim kepada istrinya.“Terimakasih, makan siang yang selalu aku rindukan,” tulis hanung. Belum sempat dia menekan tombol kirim, tiba tiba Tania sudah berdiri di hadapannya.“Ayo, kita jadi makan siang?” tanya Tania.Hanung segera meletakkan ponselnya, lalu melihat ke arah Tania.“Ma-maaf Tania, sepertinya aku tidak makan siang di luar hari ini, istriku mengirimkan ini,” ucap Hanung seraya mengangkat kotak makanan yang didapatnya.“Oh begitu, seingatku setahun yang lalu terakhir kali istrimu mengirimkanmu makanan,” ucap Tania.“Ya, waktu a
Lupa Menekan Tombol KirimAku menyambut suamiku, meraih tangannya, menciumnya, lalu membawakan tasnya. Mas Hanung duduk di kursi depan, melepas sepatu, kemudian masuk ke dalam rumah.Aku meliriknya, tidak ada kata keluar dari mulutnya, hanya salam yang dia ucapkan sebelum masuk ke dalam rumah. Dia terlihat melempar tubuhnya ke sofa, apa mungkin dia lelah.“Aku sudah menyiapkan air hangat, mandilah dulu,” ucapku.“Anak anak sudah tidur? apa mereka bertengkar hari ini?” tanya mas Hanung.“Ya, baru saja tidur, seperti biasa, tidak masalah,” ucapku.“Aku lelah sekali, hari ini cukup berat,” ucap mas Hanung.“Mandilah, aku sudah menyiapkan makan malam, setelah itu aku akan pijat badanmu,” ucapku.“Benarkah, baiklah aku akan segera mandi,” ucap mas Hanung dengan mata yang berbinar.Setelah selesai mandi, selesai makan, aku memijat badan mas Hanung yang tidur tengkurap di atas tempat tidur kamar. Aku memijatnya dengan hati hati, lembut. Padahal seharusnya aku memiliki perasaan kesal dan kece
Cerita Cinta Bu RT“Bu Hesti, bagaimana? sudah membaik perasaannya? Saya mungkin tidak tahu apa yang bu Hesti alami, tapi pesan saya, jangan terlalu memikirkan sesuatu yang tidak memiliki dasar apapun, itu hanya akan mengganggu pikiran bu Hesti,” ucap bu RT ketika aku mengunjungi rumahnya. Di sana juga sudah ada bu Anna, beberapa hari ini aku dan bu Anna memang rajin mengunjungi bu RT.“Bu Hesti pasti bisa menyelesaikan semua masalah, apapun itu,” ucap bu Anna.“Terimakasih ibu ibu, inshaAllah,” ucapku.“Bu RT, bu Hesti, tahu tidak, tadi pagi saya bertemu dengan bu Edi, wah dia benar benar memojokkan saya supaya cerita tentang apa yang saya kerjakan dengan bu RT dan bu Hesti, wah sepertinya bu Edi sangat penasaran,” ucap bu Anna.“Iya bu Edi memang suka begitu, selalu mengurusi orang lain, sudahlah bu, tidak perlu dipikirkan, yang penting kita berkumpul bukan untuk membicarakan orang lain, ya sesekali tidak apa apalah, tapi bukan untuk menjelekkan orang lain,” ucap bu RT.“Iya bu RT,
Mencoba Menyelesaikan Sesak HatiMas Hanung pulang kerja, seperti biasa, dia hanya bisa melihat anak anak yang sudah terlelap tidur.Aku menunggunya, walau hari ini jadwal meeting dan dia sampai di rumah pukul sepuluh malam. Aku menyiapkan makan malam, walau tahu kadang dia tidak akan menyentuh makanannya karena sudah makan di luar.Aku menyiapkannya air hangat, membantunya tidur dengan cara memijat punggung juga kakinya. Aku senang melakukannya, bukan sesuatu yang merepotkan, karna segala yang aku lakukan adalah ibadah. Namun sejujurnya, aku ingin, membicarakan sesuatu dengannya, bukan sesuatu yang penting, namun setidaknya melegakan pikiran juga hatiku.Aku ingat pesan bu RT tadi siang saat aku menyatakan ada ganjalan di hatiku, tentang suami.“Bu Hesti coba bicarakan dari hati ke hati, saya tahu perasaan seorang istri itu sangat peka dan sensitif, selalu memikirkan hal hal sepele, bahkan mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Sebaiknya tanyakan langsung, konfirmasikan,
Mulai Beraksi“Tania,” ucap Hanung seraya melihat ke arah Tania, teman rekannya yang malam itu terlihat begitu cantik, tubuhnya dibalut gaun mini warna hitam, sexi.“Sedang ada masalah?” tanya Tania.“Biasalah,” ucap Hanung.“Dengan istri atau dengan rekan kerja?” tanya Tania.“Yang pertama,” jawab Hanung. Mendengar itu, Tania mengulaskan senyum, rupanya Hanung sedang ada masalah dengan istrinya dan Tania menganggap hal ini sebagai kesempatan besar.“Aku tidak pernah melihatmu datang ke sini sebelumnya?” tanya Hanung.“Ya, beberapa teman merekomendasikan tempat ini,” ucap Tania yang kemudian duduk di kursi yang ada di sebelah Hanung.“Ada masalah apa? mungkin aku bisa bantu,” tanya Tania.“Bukan masalah penting, tidak perlu dipikirkan,” ucap Hanung. Mendengar hal itu, Tania terdiam, sesaat mengamati Hanung.“Baiklah, aku akan menemanimu minum kopi,” ucap Tania.“Pulanglah, ini sudah larut malam, besok kamu harus bekerja,” ucap Hanung.“Sama sepertimu, kamu juga bekerja di tempat yang