Share

Bab 5

Author: Rizu Key
last update Huling Na-update: 2025-05-10 11:42:28

Malam itu terasa sunyi. Jelita terbaring lemas di atas ranjang besar yang empuk. Namun hatinya terombang-ambing dalam kegelisahan.

Tanpa dia sadari, dari sudut gelap ruangan, sepasang mata mengamatinya dalam diam. Royal duduk tenang di kursi panjang, memegang tablet dengan cahaya remang yang memantul pada wajahnya yang dingin. Namun perhatiannya tak benar-benar tertuju pada laporan di tangannya. Ia hanya menunggu. Menunggu saat gadis itu sadar.

"Emmmhh ...." Jelita melenguh pelan, perlahan membuka matanya yang langsung disambut oleh kegelapan pekat.

"Kenapa aku masih nggak bisa melihat dunia ini…?" bisiknya lirih, hampir seperti rintihan.

Suara itu membuat Royal menoleh ke arah ranjang.

"Kamu sudah bangun?" suara baritonnya memecah keheningan malam, membuat tubuh Jelita menegang seketika.

"Tu-Tuan?" Suara Jelita bergetar, tubuhnya terduduk panik, mencoba menjauhi arah suara.

Langkah Royal mendekat, tenang dan lambat. Ia kemudian duduk di pinggir ranjang, tepat di samping Jelita.

"Kenapa?" tanya pria itu dingin.

Jelita menahan napas. Jantungnya berdetak seperti ingin melarikan diri dari dadanya.

"To-tolong ... lepaskan saya, Tuan ...." Suara Jelita terdengar seperti bisikan angin malam yang dipenuhi ketakutan.

"Tidak akan."

Suara Royal tenang, tapi dinginnya menusuk.

Jelita menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya bergeser pelan, berusaha menjauh. Tapi karena tak bisa melihat, dia justru terjatuh dari tempat tidur. Tubuh ringkih itu mengaduh pelan sambil memegangi pinggulnya yang terbentur.

"Dasar bodoh." Ejekan Royal terdengar sinis, tapi bukan kemarahan.

Tanpa diminta, Royal berjongkok dan menyodorkan tangannya. "Bangun," ucapnya tegas seperti perintah.

"Saya bisa sendiri," tolak Jelita cepat sembari memalingkan wajahnya.

Namun, dia tak menyangka Royal akan langsung mengangkat tubuhnya begitu saja. Jelita meronta, menolak.

"Tuan?! Apa yang Anda lakukan?!"

"Diam."

Kata itu menggelegar dingin. Hening mendadak menggantung di antara mereka. Seolah dunia pun tunduk pada perintah sang pria.

Jelita terdiam. Tak berani melawan. Meski tubuhnya gemetar, ketakutannya lebih kuat dari keinginannya untuk bebas.

Royal membawanya turun ke ruang makan yang megah dan hangat, namun tak mampu mengusir dingin yang menjalari hati Jelita. Ia didudukkan dengan hati-hati. Meja besar itu sepi, hanya mereka berdua di tengah kemewahan yang membungkam.

"Makanlah," perintah Royal singkat.

Jelita ragu. Tangannya meraba-raba peralatan makan. Namun dalam ketidaktahuannya, sendok dan garpu itu terjatuh ke lantai.

"Ah! Maaf ...." ucapnya lirih, merasa bersalah. Dia menggigit bibir bawahnya, bersiap untuk mendengarkan cacian dan bentakan atas kebodohannya.

Tanpa disangka, Royal memanggil seorang pelayan dan segera menggantikan peralatan makan Jelita.

"Pindahkan kursiku ke sana," titahnya kemudian.

Royal kini duduk tepat di samping Jelita. Ia menatap wajah istrinya tanpa banyak bicara.

"Makanlah," ucapnya lagi, kali ini lebih pelan namun tetap dingin.

Jelita terkejut dengan keberadaannya yang begitu dekat. Royal memberi isyarat agar para pelayan keluar. Dengan tenang dia mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Sementara Jelita malah bergeming di tempatnya.

Jika diperhatikan lagi, tubuh Jelita semakin kurus karena pola makannya yang tidak teratur. Selama di rumah lamanya pun dia diabaikan oleh keluarganya dan tidak dibantu saat mengalami kesulitan seperti ini.

"Tuan... Anda marah?" tanyanya, suara kecil yang nyaris tenggelam oleh degup jantungnya sendiri.

Royal tak menjawab. Dia hanya mengambil garpu, lalu menuntun tangan Jelita ke arah piring.

"Makanlah dan jangan banyak bicara."

Jelita tak melawan. Dia hanya mengangguk kecil.

Royal memotongkan steak dan kembali menuntun kedua tangan ramping itu ke piring.

"Terima kasih .…" kata gadis itu lirih, tulus tapi penuh luka.

Royal diam sejenak sebelum membalas, "Makanlah sampai kenyang. Kamu harus sehat supaya bisa melahirkan anak-anakku dengan baik."

Kalimat itu menusuk jauh ke dasar hati Jelita. Seolah mengingatkan bahwa dirinya hanya sebatas wadah. Seorang istri yang dibeli dan dinikahi secara paksa.

Setelah makan, mereka dibawa ke ruangan lain yang penuh dengan gaun pernikahan. Royal segera menariknya kembali dan memaksa Jelita menyentuh kain-kain berenda itu.

"Ini apa, Tuan?" tanya Jelita pelan.

"Gaun pengantin," jawab Royal singkat.

"A-apa?"

"Cepat pakai beberapa!" titah Royal.

"A-Anda serius mau menikahi orang buta seperti saya?" tanya Jelita tak percaya.

Royal tidak menjawab. Hanya mendorongnya pelan ke ruang ganti. Pria itu lalu menunggu. Mengamati dari jauh. Memandang tubuh rapuh itu dibalut putihnya gaun pernikahan. Setelah Royal memilih gaun berenda yang tertutup namun elegan, pria itu lagi-lagi menarik lengan Jelita dan membawanya pergi.

Saat mereka masuk ke dalam lift, Jelita memberanikan diri bertanya pada pria misterius itu.

"Tuan... Anda belum menjawab pertanyaan saya. Apa Anda yakin mau menikahi orang seperti saya? Saya hanya akan menjadi beban...." cicitnya.

Royal tiba-tiba mengurung tubuh Jelita di antara dinding lift, suara napas mereka saling bersahutan.

"Diamlah. Kamu cukup jadi istriku dan lahirkan anak-anakku," jawabnya dingin.

Jelita terdiam. Tangannya gemetar.

Lalu, seolah tak kuat menahan, ia berkata pelan dengan wajah tertunduk. "Tuan... Saya mau berkata jujur, sebenarnya saya ... saya sudah tidak perawan ...."

Kalimat itu menggantung di udara.

"Beberapa waktu lalu, saya dijebak dan saya berakhir melakukannya dengan seorang pria yang bahkan tidak saya kenal ...." Suara Jelita bergetar, penuh luka. Air mata kemudian jatuh membasahi pipinya.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 80

    "Ada apa, Sayang?" tanya seorang pria yang bersamanya."Ah. Nggak ada apa-apa. Aku mau ke toilet sebentar.""Baiklah, Jen. Aku akan menunggumu," sahut pasangan Jeni, Dion."Iya. Sebentar saja, kok," sahut Jeni sembari mengecup singkat pipi Dion dan menyambar tas tangannya.Wanita cantik yang mengenakan gaun selutut berwarna merah maroon, rambut diikat ekor kuda, serta tubuhnya yang tinggi semampai membuat penampilannya terlihat begitu sempurna. Namun ia menutupi wajahnya dengan sapu tangan karena menyadari keberadaan kamera pengawas di beberapa sudut restoran.Wanita itu tak lantas pergi ke kamar kecil. Ia memilih berjalan menuju ke tempat di mana Royal tadi datang. Dan benar saja, saat menoleh keluar, ia terpaku karena di balkon, sosok kakaknya duduk seorang diri. Menikmati langit malam dengan nuansa penuh romantis yang manis."Kak Lita...." bisiknya, menahan napas. Kedua tangannya tergenggam erat.Lalu pandangannya tertuju pada seorang pelayan yang mendorong troli. Pelayan wanita it

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 79

    "Kita sebenarnya mau ke mana, Mas? Apakah ada jamuan makan malam dengan klien?" tanya Jelita."Bukan. Aku mau mengajakmu makan malam sekaligus kencan," jawab Royal sembari tersenyum lembut.Jelita ikut tersenyum dan segera memeluk suaminya. "Benarkah begitu?""Iya. Ayo kita berangkat sekarang. Tom sudah menunggu di bawah," ajak Royal yang kemudian menggendong tubuh ramping Jelita dan mereka turun menggunakan lift.Malam itu Royal sudah bersiap dengan setelan tuxedonya. Sementara Jelita juga sudah mengenakan gaun indah warna hitam dengan rok panjang berbelahan sampai ke lutut. Wajahnya pun dirias begitu cantik dengan bantuan Bi Jum.Mereka berdua segera menuju ke pusat kota, berhenti di depan sebuah restoran Italia bergaya klasik. Mungkin jika Jelita bisa melihat, wanita itu akan senang dan bisa menikmatinya. Namun Royal tak mempermasalahkan hal itu. Ia hanya ingin istinya menikmati makan malam romantis bersamanya.Bangunan bata merah dengan jendela lengkung besar dan balkon luas di la

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 78

    Ponsel Jelita berdering dari dalam tas kecilnya. Wanita itu segera meraih tasnya dan mengambil ponsel tersebut. Dari nada deringnya, ia tahu bahwa suaminya yang menelepon."Sebentar, Mah. Mas Royal nelfon," ujarnya."Ya. Angkatlah. Dan sebaiknya kamu segera beri tahu suamimu soal ini," ujar Nilam sembari mengusap lembut lengan putrinya.Jelita mengangguk. Lalu wanita itu memencet tombol karet berwarna hijau. Nilam pun mengamati putrinya."Halo, Mas? Ada apa?" tanya Jelita."Jelly, kamu masih di tempat Mamah?" tanya pria itu dari ujung panggilan."Iya, Mas. Aku masih sama Mamah. Kenapa?" Jelita bertanya balik."Aku sedang dalam perjalan ke sana menjemputmu.""Baiklah. Aku akan menunggu Mas Royal di sini," jawab Jelita."Ya."Panggilan berakhir. Jelita menggenggam ponselnya. "Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Nilam cemas.Jelita menggeleng pelan. "Nggak ada, kok, Mah. Tapi... Kalau Mas Royal tahu Jeni sudah dibebaskan, aku khawatir Mas Royal marah," ujarnya.Nilam menggenggam tangan put

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 77

    Wanita muda itu mengenakan atasan satin tipis dan rok mini. Reno menghela napas dalam diam. Dalam hati, ada amarah yang berkecamuk. Tapi dia membiarkannya. Karena menurut pria itu, Jeni memang sudah banyak membantunya selama ini."Jeni...." panggil Reno pelan. "Kamu benar-benar tidak tahu di mana ibumu sekarang?"Jeni membalikkan tubuhnya. Ia tampak santai di luar, namun ada sedikit jeda sebelum menjawab."Tentu saja aku nggak tahu, Pah," ucapnya datar. "Aku bahkan belum bertemu Mamah lagi sejak saat itu...."Nada suaranya tenang, tetapi matanya tidak bisa menyembunyikan kegelisahan. Reno memperhatikan itu, tapi memilih tak mengungkitnya."Baiklah kalau begitu," gumamnya pelan, sembari menunduk. "Papah cuma khawatir kalau... Jelita dan suaminya yang menemukannya."Mendengar nama kakak dan kakak iparnya langsung membuat tubuh Jeni seketika menegang. Kedua tangannya yang tadi bersandar di pinggangnya kini mengepal erat. Ia mencoba mengatur ekspresi wajahnya aga

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 76

    Saat pesta belum usai, Reno berjalan ke luar gedung perusahaannya –mantan perusahaannya. Pria itu kembali ke dalam mobil, duduk diam di sana untuk menenangkan diri."Pak, kita mau ke mana?" tanya sang sopir."Pulang!" jawab Reno ketus."Baik, Pak."Mobil sedan hitam itu menyusuri jalanan kota dengan tenang, melaju meninggalkan perusahaan yang tidak akan bisa dia datangi lagi seenaknya. Di dalamnya, Reno duduk di kursi belakang dengan wajah masam. Tatapannya kosong menatap ke luar jendela, tapi pikirannya penuh sesak. Suara tepuk tangan dan sorak sorai dari aula tadi masih terngiang di telinganya. Putri sulungnya , Jelita, berdiri di atas panggung dengan kepala tegak, menyatakan dirinya sebagai penerus perusahaan.Jelita yang kini mengambil alih perusahaannya, justru membuat Reno senang karena mulai saat itu, ia tak akan menanggung kerugian besar yang telah terjadi. Akan tetapi, Reno merasa ada yang mengganjal selama ini, sesuatu yang mengusiknya. Reno gelisah, bukan karena kehilangan

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 75

    Jelita melangkah masuk dengan tenang, meski jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Di sampingnya, Royal berjalan dengan gagah, tubuh tegapnya mendampingi sang istri seolah menjadi benteng pelindung untuknya. Sorot mata pria itu tajam namun hangat, sesekali melirik wanita buta di sisinya yang tampak anggun mengenakan gaun putih keemasan.Kilau lampu gantung menyinari kehadiran mereka. Gaun Jelita yang menjuntai elegan seperti menyihir mata para tamu undangan. Tatapan-tatapan terkejut, bisik-bisik pelan, dan gumaman kebingungan mulai terdengar memenuhi aula yang mewah itu."Itu Bu Jelita, kan? Anaknya Pak Reno?" bisik salah satu wanita paruh baya kepada temannya."Iya, kamu benar... sudah lama sekali dia nggak kelihatan. Katanya kecelakaan dan buta, tapi kenapa bisa ada di sini?""Terlebih lagi, siapa pria di sampingnya itu? Apakah itu suami Bu Jelita? Bukan Pak Niko lagi?""Pak Reno nggak pernah cerita kalau Bu Jelita sudah menikah.""Kamu benar. Kabar pernikahan yang terseba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status