Home / Romansa / Istri Cantik Pilihan Anakku / Bab 6. Pusat perhatian

Share

Bab 6. Pusat perhatian

Author: Faiz bellzz
last update Huling Na-update: 2024-06-03 23:29:48

Dengan satu tangan Alyn mendorong dada Erlan. Sehingga Erlan lekas bangkit, memberikan ruang bagi Alyn untuk mengatur napasnya yang tiba-tiba saja tersengal. 

Bagaimana tidak ketika jarak di antara mereka begitu dekat. Terlebih Alyn yang tidak pernah mengalami hal seintim itu.

Iya, katakanlah wanita tersebut terlalu kolot di zaman yang bebas ini. Namun, begitulah adanya Alyn yang sampai sekarang masih bisa mempertahankan kehormatannya di tengah gempuran godaan. Entah dari teman ataupun pria yang hanya ia kenal sekilas.

“Tuan—”

“Jangan menyalahkanku. Kau sendiri yang menarik tanganku tadi. Padahal niatku hanya ingin mengambil Gempi,” sela Erlan sebelum Alyn menyelesaikan ucapannya. 

Sontak Alyn langsung bungkam. Terlebih ketika ia mengingat kembali jika memang penyebab dari kejadian barusan adalah dirinya. 

Segera Alyn menyingkirkan tangan Gempi dengan sangat pelan. Setelahnya ia bangkit lalu turun dari ranjang.  

“Maaf,” ucap Alyn sambil memberikan ruang bagi Erlan untuk menggendong Gempi.

Erlan mendengus saja sambil menatap Alyn dengan jengah. Pria itu lekas menggendong Gempi dengan perlahan lalu pergi begitu saja dari kamar Alyn. 

Sehingga wanita itu kembali menjatuhkan tubuhnya di ranjang. “Oh, astaga. Ini benar-benar membuatku gila,” keluhnya sambil memegang dadanya.

Sementara pria disebut Alyn yang membuatnya gila baru saja berpamitan kepada Erin untuk pulang.  

“Kau berhati-hatilah.”

“Iya, Bibi. Terima kasih atas makan malamnya,” ucap Erlan setelah merebahkan Gempi di kursi penumpang. 

“Sama-sama.”

“Maaf karena sudah merepotkan.” 

“Bibi bahkan tidak merasa direpotkan. Kau jangan sungkan, Erlan.” 

Erlan tersenyum saja kemudian ia kembali berpamitan dan masuk ke mobil. Pria itu lantas mengendarai mobilnya. 

***  

“Alyn.” 

“Alyn!” 

Beberapa kali mengetuk pintu dan tidak mendapatkan sahutan dari anaknya membuat Erin membuka pintu kamar Alyn. Wanita itu lantas melebarkan mata sambil menggeleng beberapa kali.

“Oh, astaga. Lihatlah gadis ini,” keluh Erin ketika melihat Alyn yang masih tidur, padahal hari sudah siang. 

Sebenarnya tidak ada masalah jika bangun siang bagi Erin, tetapi situasinya berbeda karena Alyn harus berkerja! 

“Alyn, bangunlah. Kau bilang hari ini ada shif pagi. Kenapa masih tidur begitu?” keluh Erin sambil menggoyangkan tubuh anaknya.

Sontak Alyn langsung bangun dan melihat jam waker yang sudah menunjukan jam setengah tujuh pagi. Terang saja Alyn terkejut lalu segera ke kamar mandi.

“Ibu, aku kesiangan!” pekik Wanita itu.

Dengan mandi ala kadarnya, Alyn bisa dengan cepat menyelesaikannya. Wanita itu bahkan kerepotan ketika bersiap untuk berangkat kerja. 

“Ibu, aku berangkat dulu!” ujar Alyn dengan hanya memakai seragam tanpa merias diri.  

“Kau tidak ingin sarapan?”  

“Tidak. Aku sudah terlambat!”  

Wanita itu benar-benar pergi dari rumahnya dengan berlari menuju halte bus. “Aku harap masih ada bus yang tersisa,” gumannya. 

Begitu tiba, bus terakhir baru saja melaju meninggalkan halte. Tentu saja hal itu membuat Alyn kelimpungan.  

“Hei, tunggu!” Alyn berusaha mengejar, tetapi bus terlalu sulit untuk dikejar. 

Alhasil Alyn ketinggalan yang membuatnya mencak-mencak. “Sial. Ini semua gara-gara pria itu!” 

Ya, Alyn kesulitan tidur akibat terlalu memikirkan kejadian tadi malam. Ketika tanpa sengaja Erlan menindihnya.  

Tiiin!

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya, ketika Alyn sibuk memesan taksi. Sontak Alyn menoleh ketika seseorang memanggilnya. “Mama!” 

“Gempi,” ucap Alyn dengan mata melebar karena tidak menyangka akan bertemu di sini.

“Gempi memaksaku berhenti karena tadi kau terlihat mengejar mobil.” Sebelum mendapatkan pertanyaan, Erlan sudah lebih dulu memberi alasan yang membuat Alyn meringis kecil.

Alyn cukup malu, tetapi itulah kenyataannya. “Aku sedikit terlambat, jadi buru-buru.”

Setelah mengatakan itu, Alyn mengalihkan perhatiannya kepada Gempi. “Gempi, mama harus bekerja dulu—” 

“Naiklah!” cetus Erlan membuat Alyn mengerjap beberapa kali. 

Wanita itu lantas menatap Erlan dengan bingung. Hingga ia kembali mendapatkan teguran. “Apa kau akan diam saja? Ayo naik! Bus terakhir sudah pergi, dan akan ada lagi sekitar satu jam mendatang.”

Yang dikatakan Erlan benar. Lagipula ini keadaannya memang mepet, sehingga dengan perasaan tidak enak Alyn masuk mobil. “Terima kasih,” ucapnya. 

“Hemm.”

“Yeaay, kita satu mobil!” Berbeda dengan Erlan yang bersikap ketus, Gempi malah bersorak.

Gadis manis itu benar-benar senang, dan tidak menyesal ketika tadi memaksa papanya untuk memanggil Alyn yang mengejar bus. Iya, semua karena Gempi. Andai bukan … sudah pasti Erlan tidak akan peduli seperti ini. 

Alyn tersenyum saja lalu mengeluarkan peralatan make upnya. Setelah itu dengan lihai Alyn merias dirinya sambil sesekali melihat ke arah kaca spion yang ada di atas. Jelas itu membuat Erlan risih.

“Mama, kau cantik. Aku jadi ingin berdandan seperti itu!” pekik Gempi sambil menatap Alyn yang kini tengah menggulung rambutnya. 

“Nanti setelah besar kau bisa melakukannya, Gempi sayang.” Alyn tersenyum kepada Gempi.

Sementara Erlan malah mendengus mendengar percakapan Alyn dan anaknya itu. Setelahnya Erlan menghentikan mobil begitu tiba di sekolah Gempi yang kebetulan memiliki arah yang sama dengan perusahaannya.

Pria itu turun lalu mengajak Gempi turun. Namun, diluar dugaan … Gempi ingin turun bersama dengan Alyn yang sejujurnya sedang diburu waktu. 

“Gempi—”

“Mama, ayo!” Gadis manis itu merengek yang membuat Alyn kasian. 

Sehingga dengan perasaan enggan Alyn ikut mengantarkan Gempi. “Ayo, kita masuk!” 

“Yeaay!” Gempi bersorak lalu keluar dari mobil.

Mereka bertiga berjalan dengan Gempi yang di tengah. Sehingga seperti Gempi yang memiliki  orang tua lengkap.

“Gempi!” panggil salah satu teman Gempi. 

“Nara!” Gempi balas menyapa.

Nara melambaikan tangannya lalu menyapa Erlan yang sudah ia kenal sebagai papa Gempi. “Paman ….”

Ucapan Nara terhenti ketika melihat Alyn yang ada di samping Gempi. Sehingga dengan refleks gadis kecil itu menatap temannya. “Gempi, siapa dia?”  

“Dia mamaku!” jawab Gempi dengan riang juga keras.

Sontak jawaban Gempi membuat orang-orang di sekitar menoleh ke arah sumber suara kemudian berbisik-bisik ketika mengetahui jika Erlan membawa seorang wanita. Terlebih Gempi menyebutnya sebagai mama! 

Sementara Alyn memilih menunduk ketika tiba-tiba saja menjadi pusat perhatian. “Tuan, kenapa mereka menatapku seperti itu?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 57

    "Tadi Gempi merengek ingin ikut dan bertemu denganmu, jadi aku sengaja membawanya ke mari," terang Erlan setelah mereka menghabiskan waktu bersama dengan Gempi.Kini gadis manis itu sudah tidur di antara Erlan dan Alyn, dengan posisi memeluk lengan Alyn. Sehingga membuat Alyn sulit bergerak."Aku minta maaf, karena waktu tenangmu jadi terganggu." Erlan menambahkan sambil melirik ke arah Gempi.Dengan pelan Alyn menggeleng. Kemudian wanita itu berkata, "Tidak apa-apa, Mas. Mas Erlan tidak perlu meminta maaf.""Tapi tetap saja. Bukankah kau membutuhkan waktu untuk beristirahat?""Aku memang membutuhkannya, tapi aku rasa sudah cukup. Em ... besok aku juga akan pulang," terang Alyn membuat Erlan mengerjap beberapa kali, lalu menatap wanita itu dengan tatapan tak percaya."Maksudnya, kau akan kembali ke rumah kita?" Erlan memastikan jika dirinya tidak salah mendengar."Bukankah sekarang itu adalah rumahku juga, Mas? Kau suamiku, tempat aku pulang ketika masih berada di dunia adalah kau ...

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 56

    Alyn yang tidak memiliki jadwal penerbangan pun memilih menghabiskan waktu di kebun kecil yang ada di halaman belakang rumahnya. Kebetulan Erin memang senang berkebun untuk dikonsumsi sendiri, maupun dibagikan kepada para tetangga. "Alyn, apa kau tidak akan pulang?" tanya Erin menghentikan kegiatannya sejenak. "Memang aku harus pulang ke mana? Bukankah ini rumahmu, Bu? Jadi rumahku juga!" Erin mendesah pelan lalu menatap Alyn dengan serius. "Maksud ibu rumah Erlan. Mau bagaimanapun sekarang kau adalah istrinya, sudah seharusnya kau ikut dengannya." "Jadi apa artinya aku tidak bisa tinggal di sini, Bu?" "Oh astaga, kenapa pikiranmu sempit begitu?" keluh Erin menbuat Alyn terkekeh kecil. Wanita itu paham ke mana arah bicara ibunya, tetapi memiliki berpura-pura pada awalnya. "Aku sudah mengatakan akan tinggal sementara waktu di sini, dan Mas Erlan tidak keberatan. Jadi bukankah tidak apa-apa aku tinggal di sini? Aku sudah mendapatkan izin, Bu!" "Yeah, tapi bagaima

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 55. Foto

    "Apa kau akan ikut pulang dengannku sekarang?" tanya Erlan setelah mereka sarapan. Pelan Alyn menggeleng, membuat Erlan yang melihatnya tampak mendesah. "Maaf, Mas. Tapi jika boleh, aku ingin menginap sehari lagi di sini. Apa tidak apa-apa?" Tak langsung menjawab, Erlan tampak menatap istrinya sejenak. Setelahnya ia mengangguk pelan. "Kalau memang itu yang kau inginkan, maka baiklah. Aku izinkan," ucapnya. "Terima kasih." "Sama-sama, Sayang," balas Erlan kemudian bersiap untuk berangkat. "Aku berangkat dulu, kamu istirahatlah yang cukup," sambung Pria itu menarik Alyn ke dalam pelukannya, kemudian mengecup kening sang istri dengan singkat. Maunya Erlan berlama-lama, tetapi pria itu juga sadar betul jika ia terlalu ugal-ugalan, maka Alyn bisa saja merasa semakin tidak nyaman saat bersamanya. Sehingga Erlan memilih melakukan pendekatan secara perlahan .... "Hemm," sahut Alyn singkat lalu mundur satu langkah setelah Erlan melepaskan pelukan. Melihat hal itu membuat E

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 54. Menginap

    "Ekhem!" Deheman itu berhasil membuat Alyn dan Erin menoleh ke arah sumber suara. Sehingga membuat kedua wanita berbeda generasi itu terkejut--khawatir andai Erlan mendengar apa yang dikatakan Alyn barusan. Meski pada kenyataannya memang Erlan sudah mendengar. Namun, pria itu tampaknya memilih untuk berpura-pura tak mendengar. Terbukti dengan senyum yang ia tampilkan kepada istri dan mertuanya. "Kalian sedang apa?" tanya Erlan membuat Erin menyenggol lengan anaknya. "Em ... aku sedang membantu ibu membuat sarapan," jawab Alyn pada akhirnya. "Kalau begitu, apa aku harus membantu juga?" Pria itu benar-benar berusaha keras untuk berpura-pura dan tidak memikirkan ucapan Alyn tadi. Meski tak dapat ia pungkiri jika dirinya merasa terganggu dengan itu semua. Bercerai? Tidak, Erlan tidak akan melepaskan Alyn. Ini bukan lagi tentang Erlan yang takut jika Gempi kehilangan sosok ibu. Namun, ini mengenai perasaannya yang sudah menyadari jika dirinya begitu mencintai Alyn. "Tidak.

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 53. Berpisah?

    Menggeliat, Alyn baru saja bangun merasakan tubuhnya terasa berat. Sehingga dengan segera ia membuka mata dan mendapati ada Erlan yang memeluknya dengan erat. Hal itu jelas membuat Alyn terdiam beberapa saat sambil menatap wajah Erlan yang terlelap dengan seksama. Hingga akhirnya wanita itu memilih untuk menyingkirkan lengan Erlan secara perlahan, karena panggilan alam mendesaknya untuk lekas ke kamar mandi. Namun, gerakan kecil yang Alyn lakukan malah membuat Erlan terganggu. Pria itu membuka mata secara perlahan lalu menatap Alyn dengan matanya yang sayu. Hanya beberapa detik, karena setelahnya Erlan yang tersadar langsung menarik diri. "Sayang, maaf aku sudah lancang." Tidak seperti biasanya--Erlan yang sering mengelak, tetapi kali ini pria itu malah meminta maaf. Membuat Alyn terkejut dengan sikap Erlan. Maka dengan gerakan kaku Alyn mengangguk. "Hemm," sahutnya. "Aku akan ke kamar mandi." Wanita itu menambahkan seraya turun dari ranjang. "Iya," sahut Erlan sambil menga

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 52. Nyaman

    "Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi lebih dulu sebelum pulang, Sayang?" tanya Erlan setelah mereka selesai makan. Alyn menggeleng pelan. Kemudian berkata, "Aku ingin langsung pulang saja. Sejujurnya aku masih merasa letih." "Aku mengerti. Maaf, tidak seharusnya aku mengajakmu makan di luar." Kembali wanita itu menggeleng. "Aku yang menginginkannya, jadi kau tidak perlu meminta maaf, Mas." Entah harus apa, Erlan mengangguk saja. Setelahnya ia merangkul pinggang Alyn dengan ragu-ragu karena takut jika sang istri akan menolak. Namun, melihat Alyn yang diam saja membuat Erlan semakin percaya diri dengan mengeratkan langkulan. Sehingga posisi keduanya menjadi semakin menempel. Tersenyum tipis, sesekali Erlan mencuri pandang ke arah Alyn yang memilih menatap lurus ke depan. Hingga akhirnya mereka tiba di depan mobil. Lekas Erlan melepaskan rangkulan kemudian membukakan pintu untuk Alyn. "Sayang, hati-hati," ucapnya dibalas anggukan oleh Alyn. "Terima kasih," ucap Alyn. "

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status