Share

Berapa IQ-mu?

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2023-06-01 21:24:02

Ardhan mengetahui ada orang di sana saat dirinya sedang menelpon kekasihnya. Kemudian dengan cepat diakhirinya obrolan itu. Dia berdehem agar Alea menyadari bahwa dirinya mengetahui kehadirannya.

Alea yang sejak tadi berdiri mematung mendengar deheman Ardhan sehingga tergagap dan melangkah menghampiri Ardhan.

“Maaf, Kak. Tadi Mama Hera minta saya antar minuman dan cemilan untuk Kak Ardhan.” Alea meletakan nampan itu di meja.

“Kenapa minta maaf?” Ardhan menelisik ingin tahu seberapa lama Alea mendengar obrolannya dengan Naysila.

“Karena tidak mau dianggap menguping.”

“Memangnya apa saja yang kau dengar?” Ardhan menatap Alea yang tertunduk itu. Gadis ini polos dan pasti akan menanyakan tentang obrolan yang terdengar mesra tadi. Kalau dia tanya, Ardhan juga tidak segan ingin menyampaikannya langsung tentang Naysila.

“Tidak, kok, Kak! Aku tidak mendengar banyak. Tadi hanya tidak sopan saja kalau harus menguping pembicaraan jadi aku berniat hendak balik” Alea mengira Ardhan tidak suka jika dia mengetahui sesuatu. Bisa jadi begitu.

“Hemm, duduk!” perintah Ardhan melihat Alea masih berdiri.

“Oh, baik, Kak!” Alea mengambil duduk di samping meja.

Ardhan menyeruput minuman yang disuguhkan Alea lalu menghela napas dan terdiam sejenak menatap kolam renang yang airnya memantulkan cahaya matahari. Alea di sampingnya tidak berkata-kata, juga ikutan diam.

“Kenapa diam?” tanya Ardhan kemudian.

“Apa?” Alea bingung Ardhan bertanya seperti itu. Memangnya dia harus bicara apa?

“Biasanya kamu kan dikit-dikit tanya, kok sekarang diam?” Ardhan berharap Alea menanyakan sesuatu agar dia bisa memikirkan cara untuk menjelaskan tentang hubungannya dengan seorang wanita. Tapi gadis itu malah diam.

Alea sebenarnya sedang memikirkan obrolan Ardhan dan wanita tadi, tapi dia masih segan bertanya lebih. Lagipula kalau Ardhan sebelum ini sudah punya kekasih, Alea tentu tidak bisa sepenuhnya menyalahkannya. Pernikahan itu begitu tiba-tiba.

“Emangnya aku harus bertanya apa?” Alea membuka suara.

Ardhan melenguh. “Ya masa aku juga yang harus mikir? Kamu itu ya, berapa sih IQ kamu begitu saja harus ditanya?”

Gadis begini yang ternyata harus dinikahinya, tentu bandingannya antara langit dan bumi dengan Naysila sang kekasih hati. Naysila tidak hanya cantik, tapi dia wanita yang berwawasan luas, pintar dan saat ini masih menyelesaikan S2-nya di luar negri. Ardhan pasti tidak bisa membuat hatinya menerima Alea sebagai istrinya.

Sementara mendengar Ardhan bertanya tentang IQ, Alea sungguh tersinggung. Dia menunduk dan terlihat menangis.

“Eh, jangan nangis!” Ardhan sedikit menggebrak meja agar Alea tidak berlebihan. Gebrakan itupun justru membuat Alea terkejut dan bertambah menangis.

Saat itu Hera melintas dan mencium aroma tidak beres. Dia berjalan menghampiri dari ruang keluarga. Ardhan yang mengethaui hal itu jadi panic sendiri dan mencoba menenangkan Alea.

‘Astaga, bisa panjang ini urusannya!’ gumamnya dalam hati.

“Alea, sayang! Diam ya? Jangan begitu!” Ardhan bangkit mengelus rambut Alea dan memeluknya di dada.

Seketika Alea jadi bingung. Namun kebingungan itu sirna karena melihat Hera berjalan menghampiri mereka.

“Ada apa?” tanya Hera penuh selidik.

“Tidak ada apa-apa kok, Ma!” Ardhan masih memeluk Alea. Saat Alea berusaha mendorong tubuh Ardhan justru Ardhan mengeratkan pelukannya. Membuat gadis itu sesak dan tidak bisa bernapas.

“Tidak ada apa-apa kok, Alea menangis?”

“Alea hanya teringat ibunya, dia jadi sedih begitu tadi? Aku mencoba menenangkannya. Ya kan, Al?” tukas Ardhan menatap Alea. Dia tahu yang membuat gadis ini sedih adalah ibunya.

Karena Alea tidak bereaksi, Ardhan seperti mengeratkan pelukannya agar gadis ini lebih tersiksa dalam dekapannya kalau tidak menjawab.

“Eng, I-iya, kok, Ma! Alea baik-baik saja” ujar Alea mengulas senyum. Dalam hatinya sudah berkecamuk banyak hal, Ardhan keterlaluan, menggunakan nama ibunya untuk menutupi kesalahan.

Hera menyipitkan matanya karena tidak langsung percaya dengan ucapan putranya itu. Namun ketikamelihat keduanya masih berpelukan, dia merasa tidak ingin merusak suasana itu. Sejenak dia senyum-senyum lantas meninggalkan mereka setelah berkata, “Maaf, Mama jadi ganggu. Lanjutin obrolan kalian!”

Setelah melihat Hera menghilang di balik dinding Alea tidak tahan dan begitu saja menginjak kaki Ardhan dengan hentakan yang keras. Spontan membuat Ardhan melepaskan Alea dan meringis kesakitan mengangkat satu kakinya yang terinjak kaki Alea.

“Auhhhh!” Ardhan menjerit tapi langsung menutup mulutnya karena takut Hera mendengar.

Dia kemudian menatap Alea dengan marah, “Gadis sialan! Jangan berani-berani berulah denganku kamu, ya?” gerutunya masih kesakitan. Injakan kaki Alea kuat juga sampai rasanya tidak hilang-hilang, Ardhan tentu jadi terpancing emosi.

“Kak Ardhan yang berulah, sudah nyangkut-nyangkut IQ, terus sengaja cari kesempatan peluk-peluk Segala, dan lagi, aku tidak suka Kak Ardhan bawa-bawa nama ibu!” Alea tak kalah marah karena sikap Ardhan.

“Memangnya IQ-mu berapa? Disinggung begitu saja marah! Dan lagi, jangan berspekulasi bahwa aku sengaja pengen peluk-peluk kamu, ya? Kamu sama sekali bukan gadis yang ingin aku peluk. Ingat itu!”

Alea menatap Ardhan sebal. Napasnya naik turun karena menahan diri. Dia jadi ingat beberapa teman di SMA-nya dulu yang membullinya dengan ujaran IQ jongkok karena selalu mendapat nilai buruk di materi fisika. Sebenarnya bukan karena dirinya yang bebal, tapi guru fisikanya lah yang tidak menyukainya.

“Gak pengen peluk tapi kok malah tarik-tarik sampai dadaku sesak!” Alea tidak tahan dan meluapkan kemarahannya.

“Lha, masih GR juga kamu! Apa kamu rugi kalau aku melakukan itu? Ingat posisimu itu siapa?”

Sedianya Ardhan bermaksud mengatakan bahwa Alea sudah menjadi istrinya. Kalaupun Ardhan memeluknya itu bukanlah kejahatan. Namun Alea menatap Ardhan dengan mata memerah dan bercucuran air mata. Dia sudah salah paham dan mengira Ardhan mengingatkan tentag dirinya yang hanya seorang anak supir keluarganya.

“Iya, aku hanya anak supir. Terima kasih sudah diingatkan!”

Alea langsung memalingkan badannya dan berlalu masuk ke dalam.

“Bu…” Ardhan tidak berhasil mengucapkan bukan itu maksudnya, karena percuma juga Alea sudah berlalu masuk.

Ardhan menjambaki rambutnya sendiri. 

'Hhg! Gimana ini, bisa pecah kepalaku kalau harus bersama anak itu terus!'

  

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marwanting densi
koin lagi koin lagi ....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Bahagia Sudah Kembali

    Dia sedang bermimpi. Mendengar bayi mengoceh di sampingnya. Matanya tidak mau membuka karena masih ingin menikmati ocehan bayi yang terdengar gemas di telinganya. Usia Vier sudah 3 bulan, seharusnya dia saat ini sudah mulai mengoceh. Alea jadi sedih mengingatnya. Suara itu tidak hilang di telinganya meski matanya perlahan terbuka dan termenung sesaat. Dia tidak sedang bermimpi. Suara ocehan itu masih ada. Perlahan dia menoleh ke samping. Deg! Bayi siapa itu? Alea terperanjat dan segera bangkit. Namun dia masih menatap bayi itu seolah mencoba memastikan bahwa apa yang dia lihat bukanlah ilusi semata, yang akan menghilang saat dia menyentuhnya. Tidak, jangan menyentuhnya! Nanti hilang. “Eeeeehhh!” suara bayi itu seperti merasa kurang nyaman dengan posisinya yang mencoba tengkurap tapi terhadang bantal. Bayi itu mulai menangis namun Alea belum juga bergeming. Masih menatapnya saja dan menikmati visual yang bisa dirasakannya. Tangannya mulai bergerak perlahan menyentuh bayi itu. Na

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Anakku Masih Hidup?

    “Mbak Sika dini hari begini ada apa?” Ardhan meminta Sika segera masuk.Sika terlihat menghela napas lega dan begitu saja melewati satpam yang galak itu mengikuti Ardhan. Napasnya tampak memburu karena tidak sabar ingin menyampaikan sesuatu.“Ada apa, Mbak? Mbak ada masalah?”Ardhan mendudukan Sika di teras. Dia melihat sika membuka penutup keranjang yang ditentengnya. Seorang bayi yang sedang terlelap. Ardhan heran Sika menyodorkan keranjang bayi itu padanya.“Bayi siapa, Mbak?” tanya Ardhan masih tidak mengerti.Baru ketika dia memperhatikan dengan jelas bayi yang terlelap dengan anteng itu darahnya berdesir hebat. Jantungnya seolah berhenti berdegup namun setelahnya berdegup dengan kencang. Wajah bayi itu membuatnya terkenang putranya. Sungguh bayi yang menggemaskan.“Mbak?!” Ardhan tidak ingin terlalu berhayal. Dia butuh kebenaran dari Sika.“Ini Javier, Pak!”

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Tamu Dini Hari

    Kondisi Hera mulai membaik setelah Alea menemuinya dan membesarkan hatinya. Perasaannya yang sudah bercampur aduk tidak karuan karena merasa bersalah sudah membuat cucunya hingga berakhir dalam tragedi yang mengenaskan. Hera merasa bertanggung jawab atas rasa tertekan sang menantu, hingga membuat kondisinya sendiri malah memburuk.Kehadiran Alea yang sudah bisa mengikhlaskan semuanya membuat Hera kembali punya semangat hidup lagi. Setelah ini akan ada Vier-Vier baru lagi yang terlahir dari rahim sang menantu.“Ajaklah istrimu berlibur. Sudah, anggap semua yang terjadi hanya mimpi buruk saja. Jangan pikirkan pekerjaan dulu.” Hera bertutur pada Adhan.“Baik, Ma!” ujar Ardhan begitu saja memenuhi keinginan sang mama. Sikapnya mulai berbeda setelah kejadian ini. Lebih banyak diamnya dan terlihat dingin dengan sekitar.Ya Allah, mudah-mudahan suamiku baik-baik saja. Batin Alea yang mulai merasa bahwa bukan hanya dirinya yang terli

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Ikhlas

    Ardhan baru membuka lengannya dari melindungi pandangannya yang silau karena ledakan api di vila. Melihat Alea sudah berlari menuju arah vila yang terbakar, Ardhan begitu terkejut namun segera mengambil langkah panjang untuk mengejar wanita yang sungguh membuat darahnya hampir berhenti mengalir itu.Begitu tubuh itu sudah ada dijangkauannya, Ardhan langsung meraihnya. Ledakan kedua terdengar membuat Ardhan dan Alea terpental di rerumputan beberapa meter dari tempat itu.“Lepas! Aku mau menyelamatkan anakku. LEPASIN!” Alea meronta mencoba mendorong dada Ardhan.“Sudah, Sayang! Sudah ya?” Ardhan mendekap dan mencoba menenangkan istrinya yang kalut itu. Dia sudah frustasi dan tidak berdaya melihat kilatan api itu. Hanya berharap anak buah Pram berhasil menyelamatkannya. Meski dia merasa itu tidak mungkin mengingat kobaran api yang segera membumbung sesaat setelah dia keluar rumah itu. Kemungkinan besar mereka terjebak di dalam.&ldquo

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Nekat

    “Bayimu manis sekali! Seharusnya akulah yang melahirkan anak-anakmu, bukan wanita laknat itu!” Naysila menggendong bayi yang terbungkus selimut itu sambil menimang-nimangnya. Melihat sikapnya yang manis dia tidak percaya bahwa wanita ini adalah iblis yang tega memberikan obat tidur pada bayi 2 bulannya.“Aku sudah mengabulkan permintaanmu yang pertama. Pram akan mengaburkan barang bukti itu dan mengakui itu hanyalah sebuah kesalahan. Kau akan bebas!” tutur Ardhan sambil terus mengawasi pergerakan Naysila. Menunggu kesempatan agar bisa merebut bayinya.“Apa buktinya? Kau bisa saja membohongiku. Kau sudah berkali-kali membohongiku Ardhan!”“Kau mau bukti bagaimana?”Sebentar terdengar sesuatu seperti ada yang datang. Tatapan Naysila menjadi tidak percaya pada Ardhan. Bukankah dia sudah memintanya datang sendiri tadi. Tapi sepertinya dia berbohong lagi.Dengan geram disambarnya botol minuman keras

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Menyelamatkan Javier

    Ardhan melakukan panggilan namun segera merijeknya untuk memastikan dan menunggu reaksi dari nomor tersebut. Pram sudah tidak sabar melacak lokasinya jika benar pemilik nomor itulah yang menculik Javier.Tidak berapa lama muncul notif pesan dari nomor tersebut. Netra Ardhan membulat membaca teks yang dikirimkan dari nomor itu.Pram yang juga membaca notif itu dari laptopnya menatap Ardhan terkejut. Fix, ini adalah penculiknya.[ Akhirnya kau mencariku! ]Begitu pesan yang terbaca di ponsel Ardhan.“Telpon dia!” tukas Pram.Ardhan menormalkan emosinya dan mencoba tenang sebelum menelpon ke nomor itu.Panggilan tidak langsung diangkat. Baru di panggilan ke tiga, seseorang itu mengangkatnya.“Hallo?” sapa Ardhan fokus mendeteksi suara apa saja yang bisa didengarnya dari dalam ponselnya sehingga bisa dijadikan petunjuk.“Hhhg!” suara itu baru terdengar di telinga Ardhan. Sepertinya d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status