Serena baru saja mengecek kembali kondisi Tania dengan memeriksa suhu badannya. Mulai turun. Meskipun belum bisa dikatakan normal, ketika Aarav datang. Pria itu terlihat menghentikan mobilnya di halaman. Tadinya Serena memang sempat melihat Aarav keluar. Tapi ia tidak sempat menanyakan kemana gerangan pria itu pergi. Lagipula kalau dipikir-pikir kenapa ia harus menanyakan hal tersebut pada Aarav? Pria itu pasti akan menghujatnya dengan melabeli Serena sebagai orang yang kepo dan cerewet. Toh, ia bukanlah istri sebenarnya yang harus mengetahui kemana suaminya pergi. Ia hanyalah istri yang tidak dianggap. Lebih tepatnya, istri yang dianggap hanya sebagai pembantu. Jadi, Serena memilih tidak bertanya. Karena... Sepertinya lebih baik memang begitu...Pria itu terdengar membuka pintu dan menghampiri Serena yang sedang menyiapkan air panas untuk mengompres Tania lagi. "Apa yang sedang kau lakukan dengan air panas itu?" tanya pria itu heran ketika melihat Serena menuangkan air panas ke da
Serena Williams menatap pantulan cermin. Menunjukkan wajah cantiknya yang dibalut make up cantik hasil dari penata rias terkenal. Juga rambut hitamnya yang dicepol sederhana dengan tambahan mahkota mewah membuatnya tampak anggun. Jangan lupakan betapa cantik gaun yang ia pakai. Gaun putih dengan payet berpotongan rendah pada dadanya itu sengaja dibuat agar leher jenjangnya terekspos dengan baik. Payet yang mengelilingi bagian pinggangnya terbentuk sempurna. Serena terlihat begitu menawan saat menuruni tangga yang menghubungkan tempat acara dengan kamar yang ia pesan.Dadanya berdesir ketika melihat ballroom yang ditata dengan berbagai bunga-bunga yang cantik. Ada satu kue bertingkat berukuran besar yang dihias dengan namanya berdampingan dengan nama seseorang yang hari ini akan resmi menjadi suaminya, Aarav Dominic.Ya! Hari ini ia akan menikah. Dengan sosok pria yang hanya ditemuinya beberapa hari sebelum pernikahan ini dimulai. Pernikahan yang akan ia jalani tidaklah didasarkan pada
Serena mendapatkan begitu banyak kado, ucapan selamat, dan doa dari semua yang hadir. Bukan tanpa alasan, keluarga Dominic adalah salah satu keluarga yang memiliki banyak relasi dan kolega. Seharusnya Serena bahagia, tapi entah kenapa ia merasa amat sedih. "Selamat, Serena. Aku tidak menyangka kau akan menikah dengan keluarga kaya raya! Sekarang, hutang-hutang keluarga kita lunas. Dan rumah kita tidak akan jadi dilelang. Bagus bukan?" seru Lisa, ibu tirinya dengan senyum lebar. Wanita dengan rambut berombak berwarna perak itu terlihat sangat heboh dengan pakaiannya. Serena tersenyum lembut. "Terima kasih, Ibu..."Kini Viona, saudara tirinya ikut menyalami Serena. Gadis yang dua tahun lebih tua darinya itu bahkan melakukan cipika-cipiki padanya. "Selamat, Serena. Kau benar-benar menciptakan berita yang besar dengan menikahi putra pewaris Dominic grup. Aku tidak menyangka akan memiliki saudari tiri yang begitu tersohor saat ini..."Serena hanya bisa menganggukkan kepalanya. Setelah Vi
Ada satu cerita yang selalu dibacakan mendiang ibunya ketika Serena kecil. Sebuah dongeng manis yang mengantarkannya pada angan-angan bahwa suatu hari ia akan menjadi puteri yang akan menemukan cinta sejatinya. Sebuah dongeng yang sering dibaca ibunya berulang-ulang tanpa bosan. "Ibu harap, suatu hari kau juga akan menemukan cinta sejatimu, Nak..." pesan ibunya, Maria, kala itu. Serena kecil hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ia mengharapkan hal yang sama seperti yang diinginkan ibunya. "Iya, Bu... Kalau besar nanti, aku pasti akan bertemu dengan pangeranku. Seseorang yang ibu bilang akan membuatku bahagia seeelamanya..."Namun kini, harapan itu hanyalah sebuah harapan. Serena bahkan tidak pernah menemukan pangerannya. Ia malah mendapati fakta jika suami yang seharusnya menjaga dan mencintainya malah pergi bersama dengan wanita lain di hari pernikahannya. Sisa-sisa malam pesta pernikahan itu diakhiri dengan konser musik dari band ternama yang hanya disaksikan oleh Serena. Rupanya
Aarav menatap Evelyn. Wanita itu baru saja mengganti bajunya. Ia sengaja mengajak wanita itu untuk beralih ke hotel yang lainnya. Ia tidak mau berada dalam satu hotel dengan keluarga ataupun Serena. Berada dalam acara tersebut membuatnya muak. Pernikahan itu juga membuatnya muak. Dan Serena... Entah berapa lama wanita itu bersembunyi dibalik kepolosannya. Aarav bahkan tidak menyangka ada manusia selicik itu hanya karena uang. "Sayang..." panggil Evelyn. Aarav yang tadinya duduk di lantai sembari menegak wine-nya, kini menatap sesosok tubuh seksi yang dibalut pakaian minim itu dengan pandangan tajam. "Malam ini... Kau tidak mau bersenang-senang denganku?" tawar Evelyn dengan suara manja. Wanita itu bergelayut di tubuh Aarav. Mengajaknya bercinta. Namun Aarav menggeleng. Ia mengibaskan tangan Evelyn. "Tidak untuk malam ini dan seterusnya..." serunya parau. Hal tersebut membuat Evelyn mendesah. "Ya ampun, kau masih marah soal hal itu?" tanya Evelyn. Aarav menarik napas panjang sebe
Satu minggu yang lalu..."Kini, Ayahmu sudah meninggal, Rav. Hanya tinggal kita berdua yang harus mengurus perusahaan..." seru Tania, menatap putranya yang terlihat angkuh di luar namun begitu merasa kehilangan atas kepergian ayahnya itu. Aarav mengangguk. "Aku yang akan meneruskan semua bisnis ayah. Jadi Ibu jangan khawatir lagi..."Tania mengangguk. "Ibu selalu percaya padamu. Kecuali satu hal...""Apa?" "Soal pernikahan. Ibu tidak pernah percaya pada janji-janji manismu kalau kau akan segera menikah..." ucap Tania sembari mengibaskan tangannya. Aarav mendesah. Lagi-lagi soal pernikahan. Kenapa pula ia harus selalu ditagih-tagih soal yang satu itu? Hidupnya benar-benar tidak tenang jika harus berurusan dengan pernikahan. "Aku tidak bohong, Bu..." katanya. "Aku memang memiliki kekasih. Dan aku memang berniat mengenalkannya pada Ibu..."Tania mengangkat alisnya tidak percaya. "Ah ya? Lalu mana?!""Ada... Tapi dia sedang di LA..."Tania mengernyitkan dahinya. "Jangan bilang kalau di
Di sisi lain, Serena Williams yang sedang asyik merajut sembari menatap orang-orang yang bekerja di perkebunan sesekali tampak tersenyum. Ia duduk di pekarangan rumahnya yang bersih dan melakukan hobinya itu dengan suka cita. Merajut adalah salah satu hal yang membuatnya bahagia. Teknik yang halus dan rapi itu diajarkan oleh mendiang ibunya ketika ia masih kecil, dan sekarang Serena hanya melanjutkan kebiasaan itu dengan konsisten. "Serena!" panggil Viona dari dalam rumahnya. Mendengar jika saudari tirinya itu menyebut namanya, Serena menoleh. "Aku di sini!" serunya lantang.Viona pun dengan cepat mendekati Serena. Wanita dengan tubuh tinggi itu tampak tidak sabaran. "Kau tahu di mana kemejaku? Hari ini aku ada interview untuk menjadi karyawan di perusahaan besar!"Serena membulatkan mata kaget. "Ah, benarkah? Itu kabar bagus!""Tentu saja itu kabar bagus. Kenapa? Kau iri ya? Kau kan hanya seorang dokter desa dengan upah tidak seberapa, pasti sulit bagimu menerima fakta jika aku ada
Seorang pria berkacamata hitam tampak keluar dari mobil mewahnya. Sepatu mengilatnya tampak asing ketika menyentuh permukaan tanah yang kotor. Ia tidak terbiasa. Pandangannya mengedar ke seluruh perkebunan teh luas di hadapannya. Matanya kemudian menangkap tubuh mungil seorang wanita yang terlihat berjalan di jalan setapak. Matanya memincing. Wanita itu berjalan membelakanginya. Gaunnya terlihat tertiup angin. Aarav menoleh pada sopirnya. "Siapa dia?""Oh itu Serena, Tuan. Serena Williams. Dia putri dari Adams, pria yang akan kita temui hari ini..." seru sopir Aarav. Aarav mengangguk. Ia ingin segera menuntaskan pekerjaannya untuk menemui Adam Williams, namun matanya tidak bisa beralih dari wanita itu. Aarav mendesah. Ada apa dengannya? Kenapa reaksinya pada wanita itu benar-benar berbeda? Padahal melihat wajahnya saja tidak. Siapa dia?"Cari tahu soal Serena! Aku mau data lengkap tentangnya. Mulai dari latar belakang pendidikan hingga kehidupan sehari-harinya. Pastikan jangan sampai