Damian menggelengkan kepala, ketika melihat Freya masih berdiri mematung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Apa nona Freya masih meragukan semua ucapan ku? Percayalah aku tidak akan pernah berbohong. Begini saja Jika nona mempunyai satu desain terbaru berikan saja pada ku," pinta Damian dengan mode wajah serius.Freya menyergitkan dahi, ketika Damian meminta hal yang sangat mengejutkan."Satu desain untuk apa? saat ini aku belum ada, dan aku juga sedang tidak mood untuk menggambarnya. Tapi aku masih menyimpan satu desain dress yang belum pernah aku tunjukan pada perusahaan," Freya baru ingat bahwa ia masih memiliki duplikat sebuah desain dress, dengan cepatnya ia meraih tas selempang lalu mengambilnya.Melihat gambar desain yang ada di tangan Freya, membuat Damian begitu antusias. Dengan cepatnya lelaki itu meraih untuk melihatnya."Dress ini cukup menarik, selain di ambil dari perpaduan fashion terkenal jaman wanita Yunani kuno, di padukan dengan mode kekinian. Sungguh terlihat sangat elegan dan berkelas, dan yang pastinya dress ini mempunyai sebuah arti makna yang tersirat dari perancang untuk penggunanya." Sanjung Damian menatap kagum, karya sang istri.Freya tertegun, lagi-lagi ia di buat kaget oleh hasil review Damian. Yang begitu paham tentang desain karyanya. Padahal hanya orang-orang tertentu yang hanya bisa memahami seni desain."K-kamu, bagaimana bisa tahu dan begitu detail memahami karyaku? Padahal pekerjaanmu hanya sebatas memasukkan beberapa produk kain ke beberapa perusahaan tapi ini sangat aneh sekali?" Tanya Freya dengan penuh selidik.Damian terdiam sejenak, karena ia terlalu senang sampai-sampai keceplosan dan lupa diri."Ya ampun nona, apa kamu lupa. Walaupun pekerjaanku hanya menjual kain, tapi aku banyak Klien dan banyak mengenal para desainer di perusahaan Fashion lain, jadi sedikitnya aku sedikit paham tentang arti seni," Ucap Damian berdalih."Begitu ya," Freya akhirnya percaya, setelah mendengar penjelasan dari sang suami. Dan akhirnya Damian pun bernafas lega."Nona Freya percaya saja padaku, setelah membawa desain ini aku yakin akan ada kabar baik untukmu. Oh iya sekarang sudah malam mau makan dulu? atau nona mau beristirahat." Damian sengaja mengalihkan topik pembicaraan, karena ia tidak ingin sampai terpancing lagi dengan pertanyaan Freya.Melihat ketulusan dan perhatian Damian, perlahan hati Freya mulai luluh dan ia berusaha untuk menerima lelaki itu sebagai suaminya."Aku belum lapar, rasanya sangat gerah. Sepertinya aku ingin mandi dulu tapi sayang aku gak bawa baju ganti," Wajah Freya memerah, ia merasa malu saat mengungkapkan keinginannya itu.Jantung Damian berdegup sangat kencang, saat mendengar permintaan Freya yang seketika membuat pikirannya sebagai seorang lelaki normal mulai berfantasi liar, apa lagi mengingat insiden malam kemarin yang masih teringat jelas di dalam ingatannya."Ck, kamu dengar gak sih, aku bilang apa? Apa di sekitar sini masih ada butik yang buka? sepertinya aku ingin membeli baju ganti." Freya berdecak kesal, ketika melihat Damian yang malah mematung, seolah-olah tidak mendengar yang ia katakan.Damian pun terbuyar dari lamunan, lalu ia menjawab pertanyaan Freya dengan nada terbata-bata dan terlihat salah tingkah."T-tentu saja pertokoan di sekitar sini sudah tutup nona, jadi bagaimana jika malam ini nona memakai baju ku dulu, besok aku berjanji akan membelikan beberapa baju untukmu.""Apa! Baju mu?"Damian mengangguk sembari menatap dalam wajah cantik sang istri, karena tidak punya pilihan akhirnya Freya terpaksa menerima tawaran Damian. Lalu pergi ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.Beberapa jam kemudian, Damian yang masih fokus mengerjakan beberapa contoh sample gambar kain di layar laptopnya, tiba-tiba saja ia terkejut saat Freya keluar dari kamar mandi, yang hanya mengenakan kemeja lengan panjang di atas lutut, yang sampai membuatnya terpukau."Aku rasa bajumu cukup muat di badanku, meskipun sedikit agak longgar pinggangnya. Tapi lumayan juga buat tidur," Freya berdiri mematung seraya meremas kedua tangannya, ia merasa tidak pede memakai baju suaminya.Kedua bola mata Damian melebar, sungguh ia begitu tak menduga saat melihat pemandangan yang cukup menggoda iman, apa lagi ketika melihat setiap lekuk tubuh Freya yang terlihat begitu sexy saat memakai kemeja putih itu.Bahkan Damian yang begitu kagum, sampai ia tak sadar beberapa kali menelan saliva, saat melihat wanita yang sudah menjadi istrinya itu terlihat lebih cantik dan mempesona, bahkan jantungnya sampai berdegup kencang tak menentu.Melihat Damian yang malah bengong, membuat Freya heran. Lalu dengan cepatnya ia menyilangkan kedua tangan tepat di dadanya."Hey, berhenti menatapku dengan tatapan mesum mu. Sekarang aku ingin beristirahat. Sebagai seorang pria kau harus mengalah tidur di sofa dan biarkan tempat tidur ini aku yang pakai," Freya segera naik ke atas ranjang, lalu ia menarik selimut dan membaringkan diri, karena baginya hari ini sungguh sangat melelahkan."Iya nona," Damian setuju, lalu ia menggelengkan kepala. Serta memancarkan senyum kecil, ketika melihat sikap Freya yang terkadang terlihat sangat lucu.Malam semakin larut, Freya yang sudah terlihat tertidur pulas. Membuat Damian berjalan lalu menghampirinya."Maaf Freya, karena aku kamu harus mengalami hal berat seperti ini, tapi aku berjanji, aku akan membantu untuk mendapatkan lagi semua yang kamu miliki nama baik dan karier yang bagus, bahkan aku ingin kau mendapatkan lebih dari itu," Ucap Damian dalam hati, sembari mencoba untuk membelai wajah Freya, akan tetapi dia kembali menarik tangannya, karena tidak mau jika istrinya memandang negatif tentang dirinya.***Keesokan harinya, suara burung berkicau serta cahaya matahari yang sudah bersinar. Perlahan membuat Freya yang masih berbaring, kini terbangun dan membuka kedua pelupuk matanya."Emm, ternyata sudah pagi," Freya menggeser, lalu ia menyandarkan tubuh tepat di sandaran tempat tidur. Suasana yang hening dan kosong membuat ia bertanya-tanya dalam hati, di mana keberadaan Damian.Baru saja Freya beranjak turun, tiba-tiba saja ia kejutkan oleh sebuah nampan di atas meja, yang berisi satu gelas susu dan seporsi roti bakar. Bahkan terselip sebuah memo kecil yang berisi sebuah pesan."Aku harap nona Freya, suka dengan sarapan paginya. Aku pergi kerja lebih awal. Jika membutuhkan sesuatu telpon saja aku," Ucap Damian dalam pesan, bahkan ia juga meninggalkan nomor ponselnya.Freya merasa tersentuh dan terharu, rasanya ia tidak menyangka bahwa Damian sosok pria yang begitu perhatian dan lembut."Dia, meskipun aku terkadang bersikap kasar padanya. Tapi dia tetap lembut padaku," Freya sedikit merasa bersalah.Ketika Freya masih menatap selembar memo di tangan, tiba-tiba saja terdengar suara nada pesan masuk ke dalam ponsel miliknya."Siapa pagi-pagi seperti ini mengirimkan pesan?" Freya yang penasaran, perlahan jemari lentiknya mulai meraih benda pipih yang berada di atas nakas dan...Kedua bola mata Freya terbelalak, setelah ia membuka sebuah Imel masuk, yang mengatasnamakan sebuah perusahaan Fashion ternama dan terbesar seluruh kota, bahkan terkenal di mancanegara."Ini sebuah undangan untuk hadir? Dan desain ku masuk terpilih untuk interview?" Freya bertanya-tanya, rasanya ia masih belum percaya.Freya terharu, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Antara senang dan sedih bahkan rasanya seperti mimpi indah yang sulit untuk di percaya. Namun seketika Freya teringat semua perkataan Damian beberapa hari yang lalu, untuk menunggu kabar baik darinya. "Tunggu, email ini asli apa enggak ya? Kenapa begitu mendadak? Oh iya semalam Damian membawa hasil karya desain ku, apa ini ada hubungan dengan dia?" Freya bertanya-tanya, untuk memastikan perkiraannya kini ia segera menelpon sang suami. Drrttt...drttt..Panggilan terhubung, Freya terlihat begitu antusias. Saat Damian menjawab panggilannya. "Ya, Halo?" Damian memulai topik pembicaraan terlebih dahulu. Freya yang masih merasa gugup, seolah-olah vita suaranya terasa tercekat di tenggorokan, dan bibirnya pun terasa terkunci. Tapi perempuan berparas cantik itu pun tetap berusaha, ia mencoba untuk tetap tenang lalu ia mulai memberanikan diri untuk bertanya secara langsung. "Aku Freya, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Tolong jaw
Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi. "Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati. Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya. "Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu. "I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas. Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya. "Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yan
"Maaf tuan..." sesal Freya menundukkan wajah, lalu ia segera meninggalkan ruangan itu. Dengan perasaan yang kesal. Setelah Freya pergi, Dave menghela nafas lega. Karena hampir saja ponselnya di lihat. "Untung saja tidak ketahuan," gumam Dave mengusap kasar wajahnya, sembari menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.Dave merasa bersalah, karena ia sudah membentak Freya. Tapi karena terlalu panik. Sampai ia tidak bisa berpikir jernih. "Lain kali, aku tidak boleh ceroboh." Gumam Dave, sembari memijat kening. Setelah keluar dari perusahaan Freya masih merasa kesal, karena tadi di bentak oleh atasan barunya. "Menyebalkan sekali, padahal aku tadi tak sengaja ingin melihat ponselnya, tapi dia malah marah-marah dasar orang aneh," Freya menggerutu. Akan tetapi mengingat sudah di terima di perusahaan itu, membuat rasa kesal Freya berkurang. "Sudahlah, mungkin tadi salahku juga karena ingin tahu privasi orang. Lebih baik aku telepon Damian
Wajah Damian terlihat pucat, ketika melihat Freya mencoba untuk meraih ke empat paperbag itu namun..."Tidak usah nona, biar aku saja. Nona pasti sangat lelah karena sudah memasak." Damian menolak dengan nada lembut. Freya mengerutkan kedua alis, ketika melihat sikap Damian yang sangat aneh. Seolah-olah barangnya tidak boleh di sentuh olehnya. "Ya sudahlah, terserah kamu," Freya tidak bisa memaksa. Ia kembali duduk. Setelah Damian berhasil membawa dompetnya lebih dulu. Kini lelaki tampan itu pun memberikan ke empat paperbag itu kepada Freya. "Jangan marah nona ini terimalah, aku harap nona suka dengan beberapa baju yang aku belikan," Bujuk Damian, lalu memberikan.Freya tertegun, saat mendengar apa yang di katakan oleh sang suami. "Apa! baju untukku?" Tanya Freya untuk memastikan dengan penuh selidik. Damian mengangguk, dan membenarkan semua pertanyaan Freya. "Iya, ambil dan cobalah. Bukankah sekarang nona sudah bekerja? Jadi semoga ini bermanfaat."Freya terdiam, melihat Dami
Sesampainya di mansion, Kahtrine menepis tangan Hellian dengan sangat kasar. Ketika mengingat Freya mendapatkan kesempatan bagus untuk mempromosikan desainnya. lagi. "Lepaskan tanganku!" Hellian tertegun, ketika melihat sang kekasih yang tampak marah besar. Tapi pria itu berusaha membujuk dan menenangkan hati Khatrine. "Sayang, plis. Jangan marah aku akan berusaha untuk membuat desainmu masuk ke perusahaan Alexander, agar kamu bisa mengikuti ajang festival yang kamu inginkan," ucap Hellian sembari memeluk Kathrine dari belakang. "Selalu saja begitu, aku ingin bukti. Kamu lihatkan kenapa Freya bisa mendapatkan peluang yang aku inginkan? Kenapa semua ucapanmu hanya omong kosong saja." Cibir Kahtrine memutar kedua bola mata malasnya. Hellian berusaha untuk tetap sabar menghadapi Kathrine, meskipun ucapan wanita itu sedikit menusuk hati."Sayang, ayo lah jangan marah lagi aku yakin nanti juga desain kita akan di terima oleh mereka. Lagian sudah lama kita tidak bermain. Bagaimana jik
"Hey, sampai kapan kamu mau menyuruhku untuk tetap berdiri di bawah air hujan? Apa kamu ingin aku masuk angin dan kedinginan?" tanya Freya menyergitkan dahi, saat melihat Damian yang malah bengong. Damian terbuyar dalam lamunan, lalu segera meminta maaf karena membuat istrinya menunggu. "Nona maaf, saya tadi.." Belum tuntas lelaki tampan itu berkata. Freya lebih dulu meminta untuk segera masuk, karena sudah tak tahan derasnya air hujan. "Ck, ayo cepat, niat payungin aku gak sih? " Freya berdecak kesal. "I-iya nona, mari masuk." Sahut Damian, segera menggandeng sang istri dan memayungi menuju ke dalam. Sesampainya di dalam apartemen, Freya segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Sementara Damian, berinisiatif membuatkan minuman hangat jahe merah untuk Freya. Mengingat sifat sang istri yang begitu dingin padanya membuat ia menggeleng. "Sungguh sikapnya begitu cuek dan dingin, jika bukan karena insiden malam itu, Fr
Pagi hari yang cerah, Freya yang sudah berpenampilan cantik dan rapi, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali. Karena hari ini ada beberapa skema desain yang belum ia sempurnakan. Tapi sebagai seorang istri, ia tak lupa melakukan kewajibannya lebih dulu. Dengan menyiapkan beberapa menu makanan untuk sarapan pagi. "Akhirnya selesai juga," gumam Freya, menata rapi dua gelas susu murni dan dua porsi roti bakar, yang baru saja ia panggang tadi. Baru saja Freya menoleh ke arah belakang, dan ingin memanggil suaminya. Tiba-tiba Damian sudah lebih dulu keluar dari kamar mandi. Dengan penampilan bertelanjang dada, yang hanya mengenakan handuk putih di bawah pinggangnya. Melihat sang istri yang sudah berdiri di dekat meja makan, membuat Damian menyapanya terlebih dahulu. "Selamat pagi nona..." Sapa Damian tersenyum, seraya mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah. "Aaakkkhh...ka-kamu sudah mandi? Kenapa tidak langsung memakai baju. Kenapa berdiri di depanku dengan penampilan seperti itu
Baru saja Freya berdiri untuk menunggu taksi, tiba-tiba saja ia baru ingat jika ada satu map lagi yang tertinggal di kamar, dan itu adalah map yang sangat penting di mana hasil gambar desainnya yang sudah 100 persen selesai. "Ya ampun, ternyata gambar desainku yang satu lagi tidak ada. Pasti aku lupa memasukannya," Freya terkejut, setelah memeriksa beberapa file yang ia pegang. Sebelum ada taksi yang lewat, kini Freya kembali ke apartemen suaminya dengan langkah yang terburu-buru. Hingga akhirnya sampai di depan gerbang. Namun seketika wanita cantik itu terkejut, saat tak sengaja melihat sang suami yang baru keluar dari apartemen, lalu terlihat seorang pria berpakaian serba hitam yang membukakan pintu mobil untuknya. "Damian! kenapa dia masuk ke mobil mewah? sebenarnya siapa juga pria yang di depannya?" Freya menatap dari kejauhan dengan penuh selidik. Melihat jarum jam yang melingkar di tangan hampir menunjukan jam 6:30. Membuat dirinya tak mempunyai banyak waktu lagi. "Sudahla