Share

Bab 4 Sebuah Kabar Baik

Damian menggelengkan kepala, ketika melihat Freya masih berdiri mematung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Apa nona Freya masih meragukan semua ucapan ku? Percayalah aku tidak akan pernah berbohong. Begini saja Jika nona mempunyai satu desain terbaru berikan saja pada ku," pinta Damian dengan mode wajah serius.

Freya menyergitkan dahi, ketika Damian meminta hal yang sangat mengejutkan.

"Satu desain untuk apa? saat ini aku belum ada, dan aku juga sedang tidak mood untuk menggambarnya. Tapi aku masih menyimpan satu desain dress yang belum pernah aku tunjukan pada perusahaan," Freya baru ingat bahwa ia masih memiliki duplikat sebuah desain dress, dengan cepatnya ia meraih tas selempang lalu mengambilnya.

Melihat gambar desain yang ada di tangan Freya, membuat Damian begitu antusias. Dengan cepatnya lelaki itu meraih untuk melihatnya.

"Dress ini cukup menarik, selain di ambil dari perpaduan fashion terkenal jaman wanita Yunani kuno, di padukan dengan mode kekinian. Sungguh terlihat sangat elegan dan berkelas, dan yang pastinya dress ini mempunyai sebuah arti makna yang tersirat dari perancang untuk penggunanya." Sanjung Damian menatap kagum, karya sang istri.

Freya tertegun, lagi-lagi ia di buat kaget oleh hasil review Damian. Yang begitu paham tentang desain karyanya. Padahal hanya orang-orang tertentu yang hanya bisa memahami seni desain.

"K-kamu, bagaimana bisa tahu dan begitu detail memahami karyaku? Padahal pekerjaanmu hanya sebatas memasukkan beberapa produk kain ke beberapa perusahaan tapi ini sangat aneh sekali?" Tanya Freya dengan penuh selidik.

Damian terdiam sejenak, karena ia terlalu senang sampai-sampai keceplosan dan lupa diri.

"Ya ampun nona, apa kamu lupa. Walaupun pekerjaanku hanya menjual kain, tapi aku banyak Klien dan banyak mengenal para desainer di perusahaan Fashion lain, jadi sedikitnya aku sedikit paham tentang arti seni," Ucap Damian berdalih.

"Begitu ya," Freya akhirnya percaya, setelah mendengar penjelasan dari sang suami. Dan akhirnya Damian pun bernafas lega.

"Nona Freya percaya saja padaku, setelah membawa desain ini aku yakin akan ada kabar baik untukmu. Oh iya sekarang sudah malam mau makan dulu? atau nona mau beristirahat." Damian sengaja mengalihkan topik pembicaraan, karena ia tidak ingin sampai terpancing lagi dengan pertanyaan Freya.

Melihat ketulusan dan perhatian Damian, perlahan hati Freya mulai luluh dan ia berusaha untuk menerima lelaki itu sebagai suaminya.

"Aku belum lapar, rasanya sangat gerah. Sepertinya aku ingin mandi dulu tapi sayang aku gak bawa baju ganti," Wajah Freya memerah, ia merasa malu saat mengungkapkan keinginannya itu.

Jantung Damian berdegup sangat kencang, saat mendengar permintaan Freya yang seketika membuat pikirannya sebagai seorang lelaki normal mulai berfantasi liar, apa lagi mengingat insiden malam kemarin yang masih teringat jelas di dalam ingatannya.

"Ck, kamu dengar gak sih, aku bilang apa? Apa di sekitar sini masih ada butik yang buka? sepertinya aku ingin membeli baju ganti." Freya berdecak kesal, ketika melihat Damian yang malah mematung, seolah-olah tidak mendengar yang ia katakan.

Damian pun terbuyar dari lamunan, lalu ia menjawab pertanyaan Freya dengan nada terbata-bata dan terlihat salah tingkah.

"T-tentu saja pertokoan di sekitar sini sudah tutup nona, jadi bagaimana jika malam ini nona memakai baju ku dulu, besok aku berjanji akan membelikan beberapa baju untukmu."

"Apa! Baju mu?"

Damian mengangguk sembari menatap dalam wajah cantik sang istri, karena tidak punya pilihan akhirnya Freya terpaksa menerima tawaran Damian. Lalu pergi ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa jam kemudian, Damian yang masih fokus mengerjakan beberapa contoh sample gambar kain di layar laptopnya, tiba-tiba saja ia terkejut saat Freya keluar dari kamar mandi, yang hanya mengenakan kemeja lengan panjang di atas lutut, yang sampai membuatnya terpukau.

"Aku rasa bajumu cukup muat di badanku, meskipun sedikit agak longgar pinggangnya. Tapi lumayan juga buat tidur," Freya berdiri mematung seraya meremas kedua tangannya, ia merasa tidak pede memakai baju suaminya.

Kedua bola mata Damian melebar, sungguh ia begitu tak menduga saat melihat pemandangan yang cukup menggoda iman, apa lagi ketika melihat setiap lekuk tubuh Freya yang terlihat begitu sexy saat memakai kemeja putih itu.

Bahkan Damian yang begitu kagum, sampai ia tak sadar beberapa kali menelan saliva, saat melihat wanita yang sudah menjadi istrinya itu terlihat lebih cantik dan mempesona, bahkan jantungnya sampai berdegup kencang tak menentu.

Melihat Damian yang malah bengong, membuat Freya heran. Lalu dengan cepatnya ia menyilangkan kedua tangan tepat di dadanya.

"Hey, berhenti menatapku dengan tatapan mesum mu. Sekarang aku ingin beristirahat. Sebagai seorang pria kau harus mengalah tidur di sofa dan biarkan tempat tidur ini aku yang pakai," Freya segera naik ke atas ranjang, lalu ia menarik selimut dan membaringkan diri, karena baginya hari ini sungguh sangat melelahkan.

"Iya nona," Damian setuju, lalu ia menggelengkan kepala. Serta memancarkan senyum kecil, ketika melihat sikap Freya yang terkadang terlihat sangat lucu.

Malam semakin larut, Freya yang sudah terlihat tertidur pulas. Membuat Damian berjalan lalu menghampirinya.

"Maaf Freya, karena aku kamu harus mengalami hal berat seperti ini, tapi aku berjanji, aku akan membantu untuk mendapatkan lagi semua yang kamu miliki nama baik dan karier yang bagus, bahkan aku ingin kau mendapatkan lebih dari itu," Ucap Damian dalam hati, sembari mencoba untuk membelai wajah Freya, akan tetapi dia kembali menarik tangannya, karena tidak mau jika istrinya memandang negatif tentang dirinya.

***

Keesokan harinya, suara burung berkicau serta cahaya matahari yang sudah bersinar. Perlahan membuat Freya yang masih berbaring, kini terbangun dan membuka kedua pelupuk matanya.

"Emm, ternyata sudah pagi," Freya menggeser, lalu ia menyandarkan tubuh tepat di sandaran tempat tidur. Suasana yang hening dan kosong membuat ia bertanya-tanya dalam hati, di mana keberadaan Damian.

Baru saja Freya beranjak turun, tiba-tiba saja ia kejutkan oleh sebuah nampan di atas meja, yang berisi satu gelas susu dan seporsi roti bakar. Bahkan terselip sebuah memo kecil yang berisi sebuah pesan.

"Aku harap nona Freya, suka dengan sarapan paginya. Aku pergi kerja lebih awal. Jika membutuhkan sesuatu telpon saja aku," Ucap Damian dalam pesan, bahkan ia juga meninggalkan nomor ponselnya.

Freya merasa tersentuh dan terharu, rasanya ia tidak menyangka bahwa Damian sosok pria yang begitu perhatian dan lembut.

"Dia, meskipun aku terkadang bersikap kasar padanya. Tapi dia tetap lembut padaku," Freya sedikit merasa bersalah.

Ketika Freya masih menatap selembar memo di tangan, tiba-tiba saja terdengar suara nada pesan masuk ke dalam ponsel miliknya.

"Siapa pagi-pagi seperti ini mengirimkan pesan?" Freya yang penasaran, perlahan jemari lentiknya mulai meraih benda pipih yang berada di atas nakas dan...

Kedua bola mata Freya terbelalak, setelah ia membuka sebuah Imel masuk, yang mengatasnamakan sebuah perusahaan Fashion ternama dan terbesar seluruh kota, bahkan terkenal di mancanegara.

"Ini sebuah undangan untuk hadir? Dan desain ku masuk terpilih untuk interview?" Freya bertanya-tanya, rasanya ia masih belum percaya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status