Kakek Janned tidak terkejut mendengar penjelasan Rehan mengenai cucunya.Karena dimana Joan sekarang berada, tidak terlepas dari campur tangan kakek Janned.Dimana ia sudah membayar uang dengan jumlah yang tidak sedikit untuk membebaskan Joan dari musuhnya.Hingga akhirnya Joan di turunkan paksa dari truk yang ia tumpangi, itu semua termasuk dalam rencana kakek Janned.Agar Joan dan juga Ara kembali bertemu, tanpa sepengetahuan keduanya.Karena jujur, kakek Janned ingin keduanya hidup bersama sampai maut memisahkan mereka."Bagaimana dengan hubungan keduanya?" kata Kakek Janned pada Rehan. "Kurang tahu Tuan, Tuan pasti tahu aku baru kembali dari kota."Kakek Janned hanya menganggukkan kepalanya menimpali ucapan dari Rehan. "Aku berharap, kamu bisa menyatukan mereka. Dan tenang, ada imbalan yang lebih besar untukmu jika kamu berhasil."Rehan tidak menanggapi ucapan dari kakek Janned, tidak ia pungkiri. Rehan membutuhkan uang untuk melunasi hutangnya di bank.Tapi ia tidak akan rela, j
Namun, Rehan tidak ingin menanggapi apa yang Joan katakan."Kamu bukan siapa-siapa bagi Ara, jadi jangan banyak mengatur. Aku suaminya, dan hanya aku yang berhak atas Ara, paham!" seru Jaon, mengingatkan Rehan yang tidak menanggapi ucapannya."Pelankan suaramu." pinta Ara pada Joan.Karena bagaimanapun, Rehan adalah salah satu orang yang sangat baik dan juga berjasa bagi Ara.Joan menoleh pada Ara. "Tapi dia sudah keterlaluan, Ra."Ara tersenyum dengan satu tangannya mengelus lengan Joan. Dan ini untuk pertama kalinya dengan sengaja Ara memegang lengan Joan. "Tapi Kak Rehan sudah sangat baik, mau menampung aku di tempatnya. Bukan hanya aku, tapi juga kamu.""Ah terserah padamu!" entah mengapa Joan merasa kesal dengan apa yang Ara katakan, karena ia merasa sang istri membela Rehan.Membuatnya segera beranjak dari duduknya dan pergi menuju kamar, tanpa mengatakan apapun lagi.Meninggalkan Ara dan juga Rehan yang sekarang berjalan mendekatinya."Ra, aku tahu dia suamimu. Tapi pertimbang
Beberapa minggu berlalu, dan tidak terasa usia kandungan Ara sudah memasuki usia empat bulan.Beruntungnya Ara tidak mengalami ngidam seperti wanita hamil pada umumnya, dan di usia kandungannya sekarang nafsu makan Ara meningkat, membuat perutnya terlihat lebih besar dari ukuran normal wanita hamil empat bulan.Tentu saja Ara masih tinggal bersama dengan Rehan dan juga sang suami.Meskipun beberapa saat lalu, hampir saja Ara mengikuti Joan kembali ke kota.Namun, tiba-tiba kakek Janned melarangnya. Takut perubahan besar yang Joan buktinya hanyalah sebuah sandiwara.Hingga kakek Janned yang sering menghubungi Ara, memberitahu semuanya jika ia telah lama mengetahui keberadaannya dan juga Joan, bukan hanya itu. Kakek Janned juga sudah berterus terang jika finansial yang tidak pernah ada habisnya dari Rehan, tidak lain dan tidak bukan kakek Janned yang memberikannya.Dan kakek Janned meminta Ara untuk tetap tinggal di kota tersebut bersama Joan dan juga Rehan.Tentu saja karena seringnya
Hujan di pagi hati semakin lebat, membuat orang normal pada umumnya merasakan dingin hingga menusuk tulang.Tapi tidak dengan sepasang suami istri yang sedang menikmati aktivitas panas diatas tempat tidur.Dimana keduanya sedang beradu peluh, seiringan dengan intensitas aktivitas panas yang semakin lama semakin membuat keduanya terlarut dalam kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata."Aku– emmm." Ara tidak jadi meneruskan ucapannya, bingung ingin mengatakan apa untuk mendeskripsikan rasa nikmat yang luar biasa.Dan baru kali ini Ara merasakan rasa nikmat yang luar biasa dari dalam tubuhnya, meskipun ini yang kedua kalinya ada benda tumpul masuk ke dalam daerah sensitifnya.Mungkin karena aktivitas yang sedang ia lakukan saat ini dengan Joan tanpa paksaan, dan dengan sadar Ara melakukannya, setelah beberapa saat lalu Joan meminta haknya sebagai suami.Dan Ara yang sudah menaruh hati pada Joan suaminya tersebut, tidak menolak ajakannya.Yang ada Ara penasaran dengan permi
"Aww!" Ara memekik ketika tubuhnya di dorong oleh Rehan keatas tempat tidur."Harusnya sudah sejak lama aku melakukan ini padamu, Ra. Agar kamu hanya menjadi milikku!"Ara tidak memperdulikan apa yang Rehan katakan, ia bingung melihat pria tersebut melepas dan melempar kaos yang dikenakannya.Setelahnya Ara beranjak dari tempat tidur, merasa tidak beres dengan Rehan yang mulai mendekat dengan tatapan tajam."Kak, apa yang Kak Rehan lakukan. Lepas!" teriak Ara, saat salah satu tangannya di cekal oleh Rehan."Aku bisa berbuat jahat padamu, Ra. Karena aku tidak suka, kamu bersama dengan pria itu paham!""Kak!" teriak Ara, karena kembali lagi Rehan mendorong tubuhnya dan jatuh kembali diatas kasur. "Kak, apa-apaan ini." Ara mendorong tubuh Rehan yang memaksanya untuk berbaring."Kamu hanya milikku, Ra.""Jo, tolong!" teriak Ara memanggil nama Joan sang suami. "Berisik!" seru Rehan, dengan satu tangannya mencengkram rahang Ara.Hingga gadis tersebut tidak bisa mengatakan apa pun.Namun, A
Ara, Joan dan juga kakek Janned duduk di kursi yang ada di ruang tamu.Kakek Janned mengukir senyum, melihat Joan terus mengenggam satu tangan Ara di bawah sana.Dan kakek Janned baru yakin, jika cucunya tersebut memang telah berubah seperti apa yang selalu Ara katakan saat menghubunginya."Kakek ingin bicara pada kalian,""Jika tidak penting tidak usah Kek." sahut Joan."Dengarkan dulu apa yang akan kakek katakan bodoh!""Paling kakek ingin bilang untuk kami ikut kembali ke kota."Kakek Janned menautkan keningnya mendengar apa yang Joan katakan, bingung kenapa cucunya tersebut tahu, jika memang itu yang ingin kakek Janned katakan.Setelah berpikir matang, sepertinya kakek Janned tidak akan membiarkan Ara dan juga Joan tinggal di kota tersebut.Takut Rehan berbuat yang tidak-tidak pada keduanya.Terlebih lagi kandungan Ara semakin besar, dan kakek Janned tidak akan membiarkan gadis tersebut lelah jika tetap tinggal di rumah tersebut, karena Ara menolak untuk mempekerjakan asisten rum
Ara benar-benar di buat kuwalahan karena sentuhan memabukkan sang suami. Dimana Joan terus menanam jagung, itu yang tadi kakek Janned katakan pada Ara.Dan Ara sekarang tahu, apa yang di maksud menanam jagung."Terima kasih, sayang." ucap Joan tak lupa mencium kening Ara.Setelah ia mendapatkan apa yang ia inginkan di pagi hari yang membuatnya malas.Namun, sepertinya Joan tidak lagi merasa malas, dan itu karena Ara sang istri yang bisa membuatnya menikmati kenikmatan yang tiada tara.Ara yang masih merasakan sisa-sisa kenikmatan yang Joan berikan. Menatap pada sang suami dan menautkan keningnya, dimana Joan masih mengungkung tubuhnya. "Sayang?" tanya Ara untuk menimpali ucapan Joan. Ia tidak salah dengar 'kan? Jika Joan memanggilnya sayang?"Ya sayang, apa aku tidak boleh memanggil kamu sayang?"Pertanyaan Joan langsung mendapat anggukkan kepala dari Ara, entah mengapa ia menyukai jika Joan memanggilnya sayang.Membuatnya merasa sangat dicintai oleh sang suami. "Apa aku boleh mema
"Jo...""Vio."Dua orang yang pernah bersama dalam ikatan kekasih, saling pandang dengan pikirannya masing-masing.Violet yang memang sengaja meninggalkan Joan, merasa tidak enak bertemu dengan pria yang dulu pernah ia cintai.Padahal ia telah mencoba untuk menghindari Joan, yang Violet tahu masih terus mencari keberadaannya.Joan yang masih menatap Violet, tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi.Setelah susah payah Joan melupakan Violet, kini tiba-tiba ia bertemu lagi dengan Violet.Joan kembali mengingat saat Violet memutus hubungan kasih dengannya, dan juga menghilang bak di telan bumi.Yang membuat dirinya benar-benar hancur. "Vio, ke mana saja kamu selama ini?" tanya Joan dengan spontan.Namun, Violet tidak ingin menjawab pertanyaan dari Joan. Yang ada mengulurkan satu tangannya untuk menjabat tangan Joan. "Lama kita tidak bertemu, Jo. Bagaimana kabarmu?" tanya Violet untuk mencairkan suasana, karena sepertinya Joan tidak baik-baik saja.Tentu saja Joan tidak baik-baik saja,