Share

Tolong Aku!

Author: NARA
last update Last Updated: 2023-12-01 14:19:36

Hanya tangis yang bisa Ara lakukan, sebelum ia jatuh tidak sadarkan diri setelah tak berdaya menyaksikan dengan kedua matanya, pria yang menarik ke dalam sebuah rumah dan mendorong tubuhnya keatas kasur. Telah merenggut kesuciannya yang selama ini Ara jaga.

Kesucian yang akan Ara peruntukkan untuk suaminya nanti, tapi sekarang sudah di renggut oleh pria yang terus menyebut nama Vio.

Joan Will merasa puas dengan apa yang baru saja dilakukannya, untuk pertama kali selama bertahun-tahun menjalin kasih dengan Violet, perempuan yang baru beberapa hari memutus hubungan kasih.

Akhirnya Joan bisa meniduri kekasihnya tersebut, dan dirinya yakin. Dengan hal tersebut, Violet yang sangat dicintainya sepenuh hati, pasti akan kembali lagi padanya untuk selamanya.

Tanpa Joan sadari karena efek mabuk berat, bukanlah Violet yang ia tiduri, tapi seorang gadis yang memiliki nasib malang.

Tautan kening menghiasi wajah Joan Will, ketika menatap Violet yang masih ia tindih.

Beberapa kali ia menggelengkan kepalanya dan mengusap kedua bola matanya. Untuk memastikan apakah ia tidak salah lihat, jika gadis yang ada di bawahnya bukanlah Violet.

Namun, karena Joan sudah sangat lelah setelah hasratnya tersalurkan, apa lagi ia masih dalam pengaruh minuman beralkhohol.

Membuatnya yang masih polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya. Dengan segera Joan menjatuhkan tubuhnya di samping gadis yang bernama Ara, bukan Violet seperti apa yang Joan pikir.

***

Seorang pria tua mendatangi rumah sang cucu, yang dikabarkan sedang frutasi karena ditinggal perempuan yang sangat dicintainya.

Membuat pria tua tersebut, terpaksa turun dari mobil yang di kendarai supir pribadinya, tepat di depan pagar rumah sang cucu yang menjulang tinggi.

Kemudian mendekati seseorang yang ingin masuk ke dalam sebuah mobil mewah berwarna hitam yang berada tepat tidak jauh dari pria tersebut.

"Zack, kenapa mobil Joan ada disini?" tanya kakek Janned pada pria tampan yang berprofesi sebagai tangan kanan sang cucu dalam mengurus perusahaan.

Pria yang baru saja di panggil Zack, mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil, yang sejak kedatangannya sudah terparkir di depan gerbang. Kemudian menoleh pada kakek Janned.

"Aku kurang tahu, Tuan."

"Apa semalam kamu tidak bersama dengan Joan?"

"Tidak, Tuan. Semalam aku pulang karena orang tuaku sedang berkunjung,"

Kakek Janned hanya menganggukkan kepalanya. "Bagaimana dengan Joan?"

"Sepertinya begitu frutasi Tuan."

"Dasar! Pria macam apa dia!" gerutu kakek Janned, dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam halaman rumah yang cukup besar dan juga mewah.

Seperti biasa, ketika kakek Janned berkunjung ke rumah sang cucu, dengan segera ia memanggil kepala pelayan di rumah tersebut. "Miu." panggil kakek Janned.

Dan tak berselang lama, wanita paruh baya bergegas mendekati kakek Janned yang sudah duduk di sofa yang ada di ruang tamu.

"Selamat pagi Tuan." sapa wanita paruh baya yang bernama bibi Miu. Seorang kepala pelayan yang sudah lebih dari tiga puluh tahun bekerja di rumah tersebut.

"Dimana Joan?"

"Sepertinya Tuan Joan, belum bangun, Tuan."

"Apa semalam dia pulang larut?"

Bibi Miu tidak menjawab pertanyaan dari kakek Janned, dirinya bingung mau menjawab apa, karena semalam dirinya ketiduran setelah Joan pergi, dan tidak tahu majikannya itu pulang jam berapa.

"Kenapa diam?"

"Maaf Tuan, aku kurang tahu. Tuan Joan pulang jam berapa, karena aku ketiduran."

Kakek Joan tidak ingin mengatakan apa pun lagi, yang ada ia beranjak dari duduknya ingin melihat seberapa menyedihkannya cucunya itu yang baru mengalami patah hati.

Bibi Miu berjalan di belakang kakek Janned, mengikuti majikannya tersebut menuju kamar sang cucu.

Namun, ketika sudah membuka pintu kamar Joan, kakek Janned tidak mendapati sang cucu berada di dalam.

"Miu, dimana Joan?" tanya kakek Janned pada kepala pelayan.

Belum juga menjawab pertanyaan kakek Janned, tiba-tiba Zack berlari mendekatinya.

"Zack ada apa? Kenapa lari-lari, hah?"

"Tuan, Tuan Joan berada di kamar tamu dan dia bersama dengan seorang gadis."

Kakek Janned memicingkan matanya menatap pada Zack. "Maksud kamu, Violet?"

"Bukan Tuan."

"Terus?"

"Gadis lain, dan gadis tersebut sedang menangis."

Kakek Janned segera melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, untuk segera menuju kamar tamu yang baru saja Zack Maksud.

Ara yang baru saja membuka kedua bola matanya beberapa saat lalu, hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang begitu malang.

Kabur dari rumah untuk menghindari pernikahan dengan pria tua, dan juga menghindar dari ayah tirinya.

Sekarang ia harus menerima nasib yang begitu mengenaskan.

Ara yang baru saja beranjak dari tidurnya, dan menutupi tubuhnya yang polos dengan selimut. Menoleh ke samping, dimana pria yang sudah merenggut kesuciannya dengan paksa, masih tertidur lelap.

Ingin rasanya Ara membunuh pria tersebut, setelah mengingat kejadian semalam. Namun, apalah daya tubuhnya benar-benar sangat lemas, untuk bergerak pun ia harus bersusah payah.

Tatapan Ara kini tertuju pada pintu kamar dimana dirinya berada yang baru saja dibuka dari luar, dan muncullah pria tua, wanita paruh baya dan juga pria lainnya yang terlihat masih muda.

"Tolong aku." kata Ara pelan, di sela-sela isak tangisnya.

Tatapan kakek Janned tertuju pada gadis yang sedang menangis, dengan rambut yang berantakan.

Hatinya terenyuh melihat gadis tersebut, apalagi mendengar suaranya.

Sekarang kakek Janned mengalihkan tatapannya pada sang cucu, yang sedang tertidur tengkurap tanpa mengenakan sehelai benangpun.

Dan Kakek Janned pun paham, apa yang sudah terjadi dengan sang cucu dan juga gadis yang masih terus menangis.

Membuatnya segera mendekati sang cucu, lalu menarik satu kaki Joan. "Bangun!" seru Kakek Janned.

Namun, Joan tidak sama sekali berkutik. Kakek Janned yang tidak pernah mengajarkan kejelekan pada sang cucu.

Menyuruh Zack untuk menarik tubuh Joan hingga jatuh dari atas tempat tidur.

Hal tersebut membuat Joan segera membuka kedua bola matanya, dengan tatapan langsung tertuju pada kakek Janned.

"Kakek! Jangan menerobos masuk. Disini ada Vio!" seru Joan dan memejamkan matanya kembali.

Kakek Janned menatap pada gadis yang sedang bibi Miu dekati. Lalu menatap kembali pada Joan. "Dimana ada Vio?"

"Di kasur Kek, semalam aku dan dia—"

Belum juga meneruskan ucapannya, sudah terlebih dahulu kakek Janned menampar pipi sang cucu.

"Kek!" seru Joan kesal. "Zack, apa apaan hah?!" tanya Joan pada orang kepercayaannya tersebut, yang memaksanya untuk beranjak dari tempatnya.

"Dimana Vio hah?!" tanya Kakek Janned dengan amarah.

"Apa dia sudah pergi?" tanya Jaon, lalu menautkan keningnya melihat seorang gadis yang tidak di kenalnya berada di atas kasur. "Siapa dia Kek?" tanyanya tanpa bersalah.

Tatapan tajam kakek Janned tunjukkan pada Joan. "Harusnya kakek yang bertanya siapa dia hah?!"

"Tuan, dia pingsan." ujar Bibi Miu memotong perkataan kakek dan sang cucu, mendapati Ara pingsan kembali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dadakan Mafia Arogan   Penuh Cinta

    Joan menegakkan tubuhnya dan langsung berdiri dari samping sang istri.Dan senyum yang sedari tadi menghiasi kedua bibirnya kini memudar, saat kedatangan ibu mertuanya tersebut."Jo, tumben sudah pulang?" tanya Ibu Nindi, sambil berjalan mendekati tempat tidur dimana Ara berada."Iya Bu, kangen si kembar," jawab Joan coba untuk tersenyum.Ibu Nindi menaikkan sebelah alisnya sambil mengulum senyum. "Sama Ara tidak kangen?"Joan tertawa kecil. "Tantu saja kangen, Bu. Apalah daya, dia sedang sibuk," balasnya, melirik ke arah sang istri yang sedang menahan senyum.Ibu Nindi tersenyum melihat sikap menantunya yang tampak menginginkan sesuatu. Kemudian ia mengambil Ju yang sudah selesai menyusu."Biarkan Ju sama ibu, kamu temani suamimu," ucap Bu Nindi kepada Ara yang masih membetulkan bajunya. Ia tahu pasangan muda itu butuh waktu untuk berdua. Sejak kelahiran bayi kembar mereka, fokus Ara sepenuhnya tercurah pada anak-anak, sementara Joan lebih banyak sibuk di kantor.Joan yang awalnya he

  • Istri Dadakan Mafia Arogan   Gagal

    Sebulan lebih berlalu sejak Ara sadar dari komanya, segalanya terasa jauh lebih tenang, harmonis, dan penuh kebahagiaan. Tidak ada lagi bayang-bayang masa lalu yang mencoba menghancurkan pernikahan mereka. Rehan dan Vio yang terbukti bersalah, kini telah menjalani hukuman di balik jeruji besi setelah terbukti bersalah.Bersamaan dengan kebebasan dari ancaman itu, kebahagiaan Jaon dan juga Ara semakin sempurna dengan kehadiran buah hati kembar mereka, Jean Will dan Juan Will. Nama-nama itu mereka pilih dengan penuh pertimbangan, menggabungkan harapan dan cinta mereka dalam dua sosok mungil yang kini menjadi pusat hidup mereka.Meskipun sudah ada babysitter yang membantu mengurus si kembar, Ara tetap ingin terlibat secara langsung dalam membesarkan putra-putranya. Ia menyusui mereka secara eksklusif, menjaga asupan gizi, dan selalu berusaha hadir setiap kali kedua bayi itu membutuhkan kehangatannya.Seperti sore ini, Ara tengah menyusui salah satu dari bayi kembarnya, Ju, sementara Je s

  • Istri Dadakan Mafia Arogan   Main Hakim Sendiri

    "Sial!" seru Rehan, melempar cangkir kopi kosong ke dinding hingga pecah berkeping-keping. Dadanya sesak oleh kenyataan pahit yang baru saja diterimanya. Bukannya Joan yang meminum kopi beracun itu, justru Ara, gadis yang diam-diam masih dicintainya, yang kini terbaring lemah di rumah sakit, berjuang antara hidup dan mati. Tanpa dirinya tahu, jika Ara sudah sadar dari komanya. Rehan menjambak rambutnya sendiri, frustrasi. "Bodoh!" desisnya, menyesali kebodohan yang telah dilakukannya. Rencana itu seharusnya berjalan mulus, Joan mati karena racun, dan Ara kembali ke pelukannya karena kehilangan suaminya. Tapi kenyataan jauh dari yang ia harapkan. Langkah sepatu terdengar mendekat. Seorang wanita muncul di ambang pintu, berdiri dengan tangan terlipat dan senyum sinis di wajahnya, siapa lagi jika bukan Vio, rekan sementara untuk menghancurkan rumah tangga Joan dan juga Ara. "Kamu bilang tidak ingin mencelakai Joan," ucap Vio tenang, meski nadanya penuh sindiran. "Tapi apa yang kamu

  • Istri Dadakan Mafia Arogan   Terima Kasih Sudah Bertahan

    Joan benar-benar dibuat frustasi. Ia hanya bisa mondar-mandir tanpa arah tidak jauh dari ruang ICU dimana sang Isrti berada, matanya sesekali menatap pintu ICU yang tertutup rapat, seolah berharap keajaiban datang dari balik pintu itu. Ara, istrinya, masih terbaring koma usai melahirkan putra kembar mereka. Namun kabar yang ia dengar tadi, bahwa kondisi Ara menurun, membuat dadanya sesak dan pikirannya kalut."Sayang, jangan buat aku seperti ini," gumam Joan lirih, duduk di bangku panjang lorong rumah sakit dengan kepala tertunduk. "Bangunlah... bukan hanya aku yang membutuhkan kamu, tapi juga kedua putra kita." Suaranya bergetar, dan tangannya mencengkeram rambutnya sendiri, mengacaknya kasar karena frustrasi.Beberapa saat kemudian, suara pintu terbuka mengejutkan Joan. Seorang perawat keluar dari ruang ICU dengan langkah cepat. Joan segera berdiri dan menghampirinya dengan wajah penuh harap."Sus, bagaimana keadaan istriku? Dia baik-baik saja, kan?" tanyanya cepat, nyaris terbata

  • Istri Dadakan Mafia Arogan   Koma

    Bahagia dan juga sedih bercampur jadi satu, itu yang sedang Joan rasakan sekarang.Bahagia karena ia akhirnya bisa melihat bayi kembarnya yang begitu sehat dan juga sempurna.Dan sedih, karena satu hari setelah Ara melahirkan secara caesar, istrinya itu belum juga sadarkan diri. Setelah dinyatakan koma beberapa jam setelah menjalani operasi caesar.Joan ditemani ibu mertuanya, menyaksikan kedua bayi kembarnya yang berjenis kelamin laki-laki, sedang di beri susu oleh perawat yang menjaga keduanya di sebuah ruang perawatan yang telah ia siapkan jauh hari, bukan hanya untuk kedua bayinya, tapi juga dengan Ara.Namun, hanya dua bayi kembarnya yang berada di ruang perawatan tersebut.Karena Ara masih berada di ruang ICU."Silakan jika Tuan ingin mencoba memberi susu pada bayi Tuan." kata perawat.Tentu saja Joan segera mengambil botol susu yang berada di tangan perawat tersebut.Dan dengan arahan perawat tersebut, Joan bisa memberi susu pada kedua putranya.Padahal Joan dan juga Ara telah

  • Istri Dadakan Mafia Arogan   Racun

    Dalam situasi panik, Joan menepuk-nepuk pipi sang istri yang tidak sadarkan diri. Saat sudah berada di dalam mobil untuk membawa Ara ke rumah sakit."Sayang bangunlah." dengan penuh kecemasan, Joan terus menepuk pipi Ara. Berharap istrinya tersebut segera sadar. "Aku mohon, jangan buat aku panik seperti ini sayang."Tetap saja Ara tidak merespon perkataan Joan."Pak! Bisa nyetir tidak hah?! Cepat bodoh!" seru Joan pada supir kantor yang sedang mengendarai mobilnya."Sayang, bicara yang sopan." suara Ara begitu pelan.Tapi terdengar di kedua telinga Jaon, membuatnya segera menatap wajah sang istri yang sudah berada di pangkuannya."Sayang, kamu sudah sadar?"Disaat perutnya semakin mules, Ara masih sempat tersenyum pada sang suami."Sayang, kamu baik-baik saja?" tanya Joan sambil meraup kedua pipi sang istri. "Sayang!" kini Joan berteriak, melihat sang istri kembali tidak sadarkan diri.Panik, gelisah, cemas semua bercampur menjadi satu. Setelah Joan berada di rumah sakit, dan sang ist

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status