Share

Kebakaran Hari Itu Disengaja

"Aku yang bicara," ujar Aruna pelan.

Yuksel mencondongkan tubuh, tangan berada di atas pangkuan dan wajah menunjukkan keangkuhan. Namun, bibir bicara dengan suara pelan dan tak lupa menambah senyuman.

"Tapi, jika kamu katakan ayahmu sudah meninggal. Aku pastikan akan menggantung kamu di dinding rumah."

Ancaman itu, membuat Aruna membeku. Ia kurang mengenal pria ini, entah ucapan barusan akan terwujud atau hanya omong kosong.

Ibunya yang mendekat membuat Yuksel duduk dengan santai lagi. Sementara Aruna menatap ibunya yang meletakkan secangkir air kelapa.

"Minumlah, ini bagus untukmu, Aruna."

Aruna tersenyum dan tanpa ragu meminumnya. "Dari mana Ibu dapatkan air kelapa jam segini?"

"Ada tetangga baru, dia jualan es kelapa."

Kemudian ibunya memandang Aruna dan Yuksel yang saling duduk terpisah. Yuksel tersenyum menang ke arah Aruna, karena sebentar lagi istri akan disuruh pindah.

"Bu, aku gerah. Kenapa jendela yang dibuka hanya satu?" tanyanya.

Hal itu membuat senyum di bibir Yuksel lang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status