Share

Tak Dianggap

Auteur: Cheesecake
last update Dernière mise à jour: 2024-06-21 01:36:53

"Jelita! Oi Jelita!"

Jelita menoleh saat namanya dipanggil seseorang. Terlihat seorang wanita mendekat padanya sambil berlari tergopoh-gopoh. "Ada berita penting!"

"Apa sih? Kamu itu kebiasaan lari-larian di koridor."

"Duh penting banget ini, sampai aku pikir harus kasih tau kamu secara langsung!" seru wanita yang bernama Zeya. Zeya menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seakan memastikan tidak ada orang yang melihatnya, lalu gadis itu segera menarik Jelita ke sebuah sisi yang terdapat kursi tunggu.

"Ada apaan sih? Kok kamu panik banget?" tanya Jelita penasaran.

Dengan cepat Zeya menarik Jelita untuk duduk tepat di sebelahnya lalu berbicara setengah berbisik, "Kemarin loh! Kemarin!

Kening Jelita berkerut. "Kemarin apa?"

"Kemarin, kan aku habis visit bareng Dokter Lydia. Eh, tau gak siapa yang habis aku lihat keluar dari poli obgyn?" Keduanya saling bertatapan seakan tengah menerka. Kening Jelita berkerut menunggu Zeya kembali berbicara. "Si Chintya sama Adimas!"

Kedua mata Jelita membulat. "Chintya dan Adimas? Kamu gak salah lihat?"

"Aku juga berpikir salah lihat. Sampai aku tuh nanya Dokter Veshal, kalau hari itu ada gak pasien dia namanya Chintya. Eh, ternyata benar!" jelas Zeya. Sejenak gadis itu terdiam lalu kembali membuka mulutnya.

"Tapi, Ta. Bukannya kamu bilang kemarin si Chintya itu nikahan ya? Terus kenapa dia kesini, sama Adimas pula?" tanya Zeya kembali sambil menatap Jelita yang telah menjadi sahabatnya sejak mereka masuk perguruan tinggi.

Bibir Jelita terasa berat. Semua masih seperti mimpi buruk baginya. Raut wajah Jelita yang berubah sontak membuat Zeya mengerti jika ada sesuatu yang salah.

"Kamu gak perlu jawab kalau kamu belum siap." Zeya menggenggam kedua tangan Jelita dan berupaya menenangkan hati sahabatnya.

Jelita menghela napasnya, dan mengulas sebuah senyuman, "Bukan Chintya yang menikah, tapi aku."

"A-apa!"

***

'Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.'

Mark membanting ponselnya setelah panggilannya tak pernah tersambung. 

Wajahnya tampak frustasi, menahan amarah yang telah meluap di dalam dada. Pandangannya mengarah pada sebuah foto yang terpajang di atas meja kerjanya, foto dirinya dengan Chintya yang tengah tersenyum sambil memeluk satu sama lainnya.

Mark meraihnya lalu membelahnya hingga menjadi 2 bagian. Pecahan kaca bingkainya pun merobek telapak tangan Mark, membuat darahnya pun menetes di lantai.

"Yesi, tolong ambilkan kotak P3K!" titahnya pada sekretarisnya lewat telepon. Tak lama terdengar pintu di ketuk. Yesi masuk dengan membawa kotak pertolongan pertama yang diminta atasannya.

"Astaga, Pak! Tangan bapak kenapa?" Yesi terkejut melihat kondisi tangan Mark yang terluka. Dengan sigap ia segera melilitkan perban untuk sekedar menghentikan pendarahan.

"Gak apa-apa, saya bisa mengatasinya sendiri," ucap Mark.

"Gak bisa, Pak. Ini lukanya parah. Kita harus segera ke rumah sakit!" seru Yesi panik.

Mark hanya mengangguk, lalu bangkit tanpa banyak bicara. Keduanya pergi menuju rumah sakit terdekat dan masuk ke sebuah ruang IGD.

"Tolong atasan saya, telapak tangannya robek!" seru Yesi pada dokter yang tengah berjaga.

Deg!

Sejenak dokter muda yang tengah bertugas berjaga itu terpaku, kala melihat seorang pria yang sangat ia kenal.

"Silahkan duduk dulu, Pak," ucap seorang dokter jaga yang bertugas bersama Jelita. "Jelita, tolong bersihkan luka pasien terlebih dahulu."

"B-baik, Dok!"

Perlahan Jelita membersihkan luka pada tangan Mark walaupun dengan perasaan canggung. Mimik wajah Mark tampak datar.

"Maaf ya kalau sedikit sakit," ucap Jelita dengan suara lembutnya yang khas.

"Lakukan saja dengan cepat."

Mulut Jelita seketika terbungkam dan melakukan tugasnya dengan baik tanpa sedikitpun menyapa. Namun, Yesi tampak mengerutkan keningnya. Wanita itu seakan tengah mengobrak-abrik ingatannya kala melihat wajah Jelita yang tampak familiar baginya.

"Dokter, apakah sudah selesai?" tanya Yesi saat melihat Jelita tengah berjalan sambil membawa beberapa peralatan.

"Sedikit lagi. Luka pasien sedang ditutup oleh dokter," jawab Jelita sambil tersenyum ramah.

Yesi semakin yakin, ia terus mengerutkan keningnya sambil menatap Jelita dengan tajam. "N-nyonya! Nyonya Jelita istri Pak Mark, kan?"

Jelita terkejut. Suara Yesi yang lantang membuat semua pandangan tertuju pada mereka berdua.

"Maafkan saya yang sempat tidak mengenali Anda," sambung Yesi, sambil membungkukkan tubuhnya. 

"S-saya ...."

"Siapa yang kau maksud istriku?" 

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Istri Figuran Tuan Muda    Memancing Tapi Bukan Memancing Ikan

    "K-kamu pukul aku?"Plak!Belum usai rasa sakit di pipi kiri Chintya, kini pipi kanannya pun terasa nyeri hingga telinganya berdenging. Tak hanya itu, kedua mata Chintya pun terbelalak, karena Jelita dengan kesadaran penuh berani memukulnya.Wajahnya memerah, ia menatap marah sambil menunjuk. "Kamu! Kamu, beraninya!""Mau aku pukul lagi?" tantang Jelita.Jelita tersenyum miring dan berbisik tepat di telinga Chintya. "Atau ... mau lapor polisi, Kakakku tersayang? Silahkan saja, aku penasaran siapa yang akan ditangkap?! Aku atau kamu?"Chintya berdengus, perkataan Jelita semakin membuatnya tersulut emosi. Posisinya saat ini sungguh terhimpit. Dia tak bisa melakukan apapun kepada Jelita."Dasar penyihir gila! Berani sekali kamu memukul Kak Chintya!"Dengan cepat Mark menangkap.tangan Bella.yang hendak ingin menampar Jelita. Digenggamnya erat lengan sang adik, yang membuat gadis nakal itu pun meringis kesakitan.Mark menatapnya tajam. Rasa dingin dan mencekam seketika membuat bulu kuduk g

  • Istri Figuran Tuan Muda    Kejutan di Luar Nalar

    "Ih! Minggir dikit ngapa! Sempit tau!"Di balik pilar rumah sakit itu Zeya bersembunyi. Tangannya mendorong seseorang yang ada di depannya. "Gak kelihatan, Nicky!" serunya sekali lagi."Ya ampun, istriku! Kita ini lagi ngintip, gak usah pakai toa! Lagian siapa suruh stunting? Pendek, kan?!" ejek Nicky.Kesal dengan suaminya, Zeya pun mencubit perut Nicky. Kedua matanya melotot lalu menginjak kaki sang suami sekuat tenaga."Kamu nanti malam tidur aja di luar, nyempit-nyempitin kasur! Ngabisin oksigen!" ancam Zeya yang berhasil membungkam Nicky dan membuatnya mengalah. Keduanya pun kembali fokus menyaksikan drama yang tersaji di depan mata.Sementara itu kedua pria sedang bersitatap seolah siap memangsamu. Sorot tajam mata Mark begitu mendominasi, tak selaras dengan senyuman yang menghiasi wajahnya."Loh, kok kamu di sini?" tanya Jelita terkejut.Mark mengalihkan pandangannya, seketika sorot tajam itu berubah menjadi begitu lembut dalam sekejap mata. Ia membelai pucuk kepala Jelita, lal

  • Istri Figuran Tuan Muda    Risau

    Mata Mark tak sengaja tertuju pada kancing manset tuxedo yang dikenakan Veshal.Kedua alisnya menyatu, tengah berpikir melihat hiasan ruby semerah delima yang begitu familiar."Tuan Dinata, apa kabar?" tanya Veshal ramah.Tak menyambut keramahan Veshal, Mark membuang wajahnya. Ia melihat lurus ke depan tanpa menunjukkan ekspresi apapun. "Baik," jawabnya singkat.Veshal hanya tersenyum, sepertinya rasa persaingan masih tersimpan di hati pria berwajah bule itu. Namun, ia juga tidak mengambil pusing, karena ia sadar tidak bisa memaksa siapapun untuk bersikap baik padanya.Kehadiran Veshal nampaknya menjadi momok yang mengancam bagi Mark. Walaupun sepekan telah berlalu, pria itu masih tak tenang terutama saat harus melepas Jelita berkerja. Segala khayalan liar terbesit di kepalanya. Semakin membuatnya menjadi pribadi yang lebih sensitif."Sore ini kita akan rapat bersama direksi, lalu pukul 8 malam akan menghadiri pesta amal di Hotel Semusim," ujar Yesi.Tetapi tak ada jawaban dari atasan

  • Istri Figuran Tuan Muda    Lamaran

    "Zey." Jelita menyapa. Ia berjalan menghpiri Zeta yang masih memandang kosong lewat jendela kamarnya.Malam itu langit gelap ditaburi bintang yang elok bak hamparan permata. Namun, kecantikan malam tak lantas menghibur hati seorang gadis.Jelita menepuk pundak Zeya, berusaha untuk menjadi pelipur lara sahabatnya."Sudahlah, jangan diharapkan laki-laki itu. Aku yakin pilihan orang tuamu adalah yang terbaik!" ucap Jelita.Zeya menghela napasnya. Ia sudah berupaya untuk melepaskan cinta pertamanya yang tiba-tiba saja menghilangkan bak di telan bumi. Namun, semua tak semudah apa yang diucapkan, karena hatinya tak mampu untuk berkata dusta. Jelita membalik tubuh sahabatnya, perlahan ia mengusap air mata yang mulai menggenangi pelupuk mata Zeya. "Udah cantik kayak begini! Jangan nangis dong!" "Zeya aku yakin kamu pasti akan bahagia!" lanjutnya."Tapi, Ta. Sebenarnya kemana Nicky?" tanya Zeya tiba-tiba. "Bukannya apa-apa, sebenarnya aku juga khawatir."Jelita tersenyum dan menggenggam tang

  • Istri Figuran Tuan Muda    Kekhawatiran Jelita

    "Dokter Veshal!"Veshal menghentikan langkahnya, menoleh ke arah suara yang memanggilnya.Dengan langkah setengah berlari Zeya yang baru kembali bertugas usai cuti pun tersenyum dan menghampiri Veshal."Selamat malam, Dok! Dokter apa kabarnya? Dokter kembali ke sini lagi?" tanya Zeya kembali."Kabar baik," jawab Veshal, lensa matanya yang berwarna coklat menatap Zeya dengan seksama. "Saya memutuskan kembali, karena saat di India saya merasa jiwa dan hati saya masih tertinggal di sini."Sontak jawaban Veshal membuat Zeya mengulum bibir guna menahan senyumnya. Walaupun tak berkata terus terang, Zeya seolah memahami apa yang tersirat secara halus."Oh ya, Dokter Zeya kemana aja? Beberapa hari yang lalu Jelita panik mencari kamu?" tanya Veshal kembali.Zeya tersenyum walaupun jelas sekali perasaannya yang sesungguhnya lewat sirat mata. Gadis itu memainkan stetoskop yang ada di tangannya sebelum menjawab. "Istirahat aja, Dok. Terkadang kita butuh ketenangan dan waktu sendiri agar bisa ber

  • Istri Figuran Tuan Muda    Datang Tak dijemput Pulang Tak diantar

    "Apa, apa maksudnya?"Mark gugup, dan terlihat jelas dari raut wajahnya. Sikapnya pun tentu semakin membuat Jelita curiga.Seketika Jelita sadar jika mereka tengah menjadi tontonan beberapa karyawan. Ia pun segera berdiri dan menatap suaminya. "Lebih baik kita bicara di ruangan kamu!"Jelita berjalan mendahului Mark, berusaha menahan semua rasa yang tersembunyi dalam hatinya. Setelah memastikan Mark masuk ke dalam ruang kerjanya pun Jelita segera membanting pintu, menghadang sang suami yang kini tersudut di antara tembok dan lengan istrinya."Apa ada yang kamu mau katakan padaku?" tanya Jelita tiba-tiba.Wajah pria itu pun semakin gugup, bahkan terus berupaya untuk menghindari kontak mata dengan istrinya. Sikapnya semakin menambah kecurigaan Jelita jika foto yang ia dapatkan buka. Sekedar editan belaka."Mark, jangan coba-coba menutupi sesuatu padaku. Aku tau kamu baru saja bertemu Chintya, kan?!"Deg!Tepat mengenai sasaran. Mark tidak dapat berkelit, ditambah saat Jelita mengeluarka

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status